13
ternyata gerakan-gerakan yang ada di Asia ini bukan sekedar perlawanan terhadap dominasi asing, tetapi lebih merupakan suatu
revolusi politik dan moral. Demikian juga dengan akibat yang ditimbulkan, hanyalah penderitaan terhadap bangsa yang terjajah.
Dalam perkembangannya kemudian di Philipina muncul seorang tokoh Jose Rizal, yang pada tahun 1892 melakukan
perlawanan bawah tanah terhadap kekejaman Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme
Philipina dalam
menghadapi penjajahan
Spanyol. Dalam
perjuangannya Jose Rizal dihukum mati setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Perjuangan bangsa Philipina melawan
penjajah ini merupakan salah satu contoh perlawanan terhadap dominasi asing yang kemudian juga terjadi di negara-negara lain
seperti di Mesir, Turki, dan Cina.
B. Lahirnya Nasionalisme dan Kesadaran Nasional 1. Peranan golongan terpelajar dan profesional
Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, berasal dari kata Natie Belanda, atau nation Inggris yang berarti bangsa. Bangsa dapat
terbentuk karena faktor budaya, ekonomi, politik, teritorialwilayah yang memiliki kesepakat-an bersama serta mempunyai suatu tujuan tertentu.
Sebelum lahirnya pergerak- an nasional telah ada “benih-benih” terlebih
dahulu yaitu kesadaran nasional. Kesadaran nasional sebenarnya suatu pandangan yang sangat terkait dengan soal perasaan, kehendak untuk
hidup bersama yang timbul antara sekelompok manusia yang nasibnya sama dalam masa lampau yang mengalami penderitaan bersama.
Kesadaran nasional memiliki fungsi penting yakni suatu kesadaran yang menempatkan pengalaman, perilaku serta tindakan individuseseorang
dalam kerangka nasional. Rasa kebangsaan terbentuk sejak Kebangkitan Nasional pada
tahun 1908. Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia menghadapi penjajah dipicu oleh harga diri sebagai bangsa yang ingin merdeka di
tanah airnya sendiri tanpa tekanan penjajah. Hal ini ditunjang dengan munculnya pendidikan. Kebutuhan pendidikan telah disadari sebagai
14
kebutuhan yang tidak bisa ditunda dan diabai-kan lagi, kesadaran ini semakin hari semakin meluas di Indonesia. Pendidikan pula yang
akhirnya melahirkan golongan terpelajar yang mampu membuka kesadaran bahwa penguasaan ilmu pengetahuan merupakan bekal untuk
menghadapi bangsa barat menuju kemerdekaan yang kita cita-citakan. Selain golongan terpelajar muncul juga golongan sosial yang
bekerja sesuai dengan bidangnya yang disebut sebagai golongan profesional. Mereka memiliki ruang gerak sosial yang luas sehingga
mendapat kesempatan pergaul-an yang luas dengan masyarkat dari berbagai suku dan budaya yang berlainan. Hubungan ini pada akhirnya
tidak terbatas pada hubungan kerja, keluarga, namun juga menciptakan hubungan sosial yang harmonis, sehingga lambat laun muncul integritas
nasional.
2. Peranan Pers
Pada masa kolonial mulai tahun 1744 mulai muncul pers di antaranya: a. Bataaviaasch Nouvelles di Batavia Jakarta
b. Bataviassche Courant c. Bataviassche Handelsblad
d. Soerabajasche Courant di Surabaya e. Semarangsche Advertentieblad di Semarang
Kemudian sejak tahun 1850 bermunculan pers di berbagai daerah, seperti:
a. Bintang Timoer di Surabaya b. Tjahaja Mulia di Surabaya
c. Retnodhumilah di Yogyakarta d. Sinar Djawa di Semarang
e. Sinar Hindia di Semarang f. Tjahaja Siang di Manado
g. Panghantar di Ambon h. Matahari di Makasar
i. Bianglala, Bintang Barat, Dini Hari, Sinar Terang, Bintang Betawi, Neratja dan Bintang Johar di Jakarta
15
Pers pada masa itu merupakan sarana komunikasi yang sangat penting dalam menyebarluaskan suara organisasi. Hal ini dikarenakan para
pimpinan dan redaksi pers adalah tokoh-tokoh pergerakan sehingga mereka menggunakan pers untuk menyuarakan cita-cita perjuangan
yakni Indonesia merdeka. Tokoh-tokoh pers pada masa itu antara lain: a. Moh. Hatta dan tokoh Perhimpunan Indonesia mendirikan majalah
Hindia Poetra yang kemudian diganti menjadi Indonesia Merdeka b. Dr. Wahidin Sudirohusodo redaktur Retnodhumilah
c. Moh. Samin redaktur Benih Merdeka di Medan 1916 d. Abdul Muis dan H. Agus Salim pemimpin surat kabar Neratja
e. Mohammad Yamin redaktur surat kabar Kebangoenan f. T.A. Sabariah memimpin surat kabar Perempuan bergerak di Medan
1919 g. Perada Harahap memimpin surat kabar mingguan Sinar Merdeka di
Padang 1919 Oleh karena itu tidak mengherankan jika Belanda seringkali mengadakan
pem-berangusanpembubaran surat kabar karena dianggap telah mengecam dan membahayakan sistem kolonial yang sedang
berlangsung.
C. Identitas Nasional
Kata Indonesia mulai disebut-sebut sebagai ganti kata Nusantara pada pertengahan abad ke-19. Kata yang dipakai untuk menyebut pulau-
pulau atau kepulauan Hindia tersebut diperkenalkan dalam suatu artikel tahun 1850 oleh seorang ahli geografi dari Inggris J.R Logan yang menjadi
redaktur Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Kemudian G. Windsor Earl juga menggunakan istilah Indonesian dan Melayunesian untuk
menyebut kepulauan Hindia. Kemudian A. Bastian pada tahun 1884 memakai kata Indonesia pada bukunya yang berjudul Indonesien oder die Inselor dan
Melaysiachen Archipels. Sejak itulah kata Indonesia digunakan dalam ilmu etnologi ilmu tentang suku bangsa.