UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
55
menterinya diutamakan dari keahliannya dan bukan bersandar pada kekuatan partai politik. Negara RIS ini tidak berlangsung lama disebabkan dasar
pembentukannya sangat lemah dan bukan merupakan kehendak rakyat. RIS merupakan strategi diplomasi Belanda untuk dapat bertahan di Indonesia.
Setelah RIS diganti UUD Sementara maka Indonesia menganut sistem parlementer secara konstitusional serta sistem multi partai seperti yang terjadi
dalam kurun waktu tahun 1945-1949. Setelah berlangsung perundingan yang rumit pasca jatuhnya Kabinet Ali
yang pertama Ali I,Burhannudin Harahap Masyumi berhasil menyusun kabinet yang didukung oleh Masyumi,PSI dan Partai NU. Program kabinet
tersebut antara lain: Pemberantasan korupsi antara lain dengan menangkap mantan Menteri
Kehakiman Kabinet Ali I yaitu Jody Gondokusumo dengan tuduhan korupsi.
Pelaksanaan pemilu I Untuk mengurangi ketegangan dengan militer, Perdana Menteri
Burhannudin mengangkat kembali A. H Nasution sebagai KSAD. Hal ini disebabkan pemerintah menginginkan dukungan militer untuk menjaga stabilitas
keamanan berkaitan dengan rencana pelaksanaan pemilu. Kabinet Burhanudin berhasil menyelenggarakan pemilu I di Indonesia
dengan pelaksanaan sebagai berikut: –29 September 1955 memilih anggota DPR
–15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante
Kabinet Burhanudin Harahap tetap mempertahankan politik luar negeri bebas aktif meskipun tetap condong pada negara-negara Barat. Pada tanggal 13
Pebruari 1956 , kabinet mengumumkan secara sepihak untuk memutuskan Uni Indonesia-Belanda hasil dari KMB, karena Belanda menolak melakukan upaya
diplomasi lanjutan tentang Irian Barat. Dengan berhasilnya Pemilu I tersebut, tugas Kabinet Burhanudin Harahap dianggap selesai dan perlu dibentuk kabinet
baru hasil dari Pemilu tersebut. Dalam
perkembangannya, ketidakpuasan
daerah-daerah semakin
meningkat karena dukungan dari panglima militer di daerah sehingga muncul dewan-dewan di daerah seperti Dewan Banteng di Sumatera Barat. Pada
tanggal 20 Juli 1956 Muhammad Hatta mengundurkan diri sebagai wakil
56
presiden. Pengunduran diri Hatta berarti terlemparnya tokoh luar Jawa yang disegani oleh Pusat. Dewan Banteng yang diketuai Let.Kol Ahmad Husein
mengambil alih pemerintahan sipil di Sumatera dengan tuntutan kepada pemerintah Pusat agar Muhammad Hatta dikembalikan dalam posisi politik yang
dominan dalam pemerintahan. Disamping itu mereka menuntut pembagian alokasi anggaran pembangunan yang proposional antara Pusat dan Daerah.
Pada bulan Oktober 1956 Presiden Sukarno menawarkan jalur alternatif untuk mengatasi krisis politik berupa gagasan Demokrasi Terpimpin. Menurut
Sukarno, Demokrasi Terpimpin merupakan sistem musyawarah-mufakat yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Wacana Demokrasi Terpimpin tersebut
menimbulkan perpecahan diparlemen karena partai-partai politik menyambut suara pro dan kontra tentang konsepsi tersebut. Partai Masyumi dan Partai
Katholik menentang ide Sukarno tersebut sementara PNI dan PKI mendukungnya.
Konsepsi Demokrasi Terpimpin juga mendapat tantangan keras dari daerah terutama luar Jawa yaitu Sumatera dan Sulawesi. Krisis politik ini
memuncak dengan pengunduran diri Kabinet Ali II. Namun sebelumnya Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo menendatangani dekrit yang menyatakan “Negara
dalam keadaan darurat untuk semua wilayah” atau SOB State of Siegel. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kabinet Djuanda.
Kabinet tersebut merupakan Zaken Kabinet, dengan programnya terdiri 5 lima pasal Panca Karya sehingga disebut kabinet karya Program kerjanya
adalah : Membentuk Dewan Nasional
Normalisasi situasi negara dan mempergiat pembangunan Perjuangan merebut Irian Barat
Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB Nugroho
Notosusanto,1977:98. Posisi kabinet Djuanda sangat kuat karena negara dalam keadaan bahaya
sehingga yang berperan adalah presiden dan TNI sehingga parlemen tidak dapat mengeluarkan mosi untuk menjatuhkan kabinet. Pemerintah juga membentuk
Dewan Nasional yang diketuai Sukarno, bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan-kekuatan dalam masyarakat serta bertugas sebagai
penasehat dalam menjalankan pemerintahan dan menjaga stabilitas keamanan.