54
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
CAPITA SELECTA SEJARAH INDONESIA KONTEMPORER
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menganalisis sejarah Indonesia pada awal kemerdekaan, demokrasi liberal dan demokrasi
terpimpin pada masa Sukarno serta perkembangan pemerintahan Orde Baru dan tumbangnya Orde Baru dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menganalisis pelaksanaan Demokrasi Liberal di Indonesia 2. Menganalisis pelaksanaan Demokrasi Terpimpin di Indonesia
3. Menganalisis pemerintahan Orde Baru dan tumbangnya Orde Baru
C. URAIAN MATERI
a. Demokrasi Liberal di Awal Kemerdekaan RI
Setelah kesepakatan diplomasi antara Indonesia-Belanda, melalui KMB Konferensi Meja Bundar di Den Haag tanggal 2 November 1945 serta
ditindaklanjuti dengan pengakuan kedaulatan atas Indonesia dari pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949 maka konstitusi resmi Indonesia adalah UUD
RIS. Konstitusi tersebut sebagai jalan kompromi bagi kelancaran penyerahan kedaulatan Indonesia.
Dengan berlakunya UUD RIS tersebut, sistem pemerintahan Indonesia menggunakan sistem parlementer atau liberal dengan bentuk negara federasi
atau serikat Nugroho Notosusanto,1977:72. Sementara itu menurut praktek ketatanegaraan berlakunya sistem demokrasi liberal di Indonesia dimulai saat
berlakunya UUD Sementara tahun 1950 yang menggantikan bentuk negara serikat menjadi negara kesatuan sejak 17 Agustus 1950 Mahfud M D, 2000:49.
Negara RIS terdiri dari 16 negara bagian dengan kepala negara atau presiden pertama Sukarno dan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri.
Sistem kabinetnya Zaken Kabinet yaitu suatu pemerintahan yang menteri-
55
menterinya diutamakan dari keahliannya dan bukan bersandar pada kekuatan partai politik. Negara RIS ini tidak berlangsung lama disebabkan dasar
pembentukannya sangat lemah dan bukan merupakan kehendak rakyat. RIS merupakan strategi diplomasi Belanda untuk dapat bertahan di Indonesia.
Setelah RIS diganti UUD Sementara maka Indonesia menganut sistem parlementer secara konstitusional serta sistem multi partai seperti yang terjadi
dalam kurun waktu tahun 1945-1949. Setelah berlangsung perundingan yang rumit pasca jatuhnya Kabinet Ali
yang pertama Ali I,Burhannudin Harahap Masyumi berhasil menyusun kabinet yang didukung oleh Masyumi,PSI dan Partai NU. Program kabinet
tersebut antara lain: Pemberantasan korupsi antara lain dengan menangkap mantan Menteri
Kehakiman Kabinet Ali I yaitu Jody Gondokusumo dengan tuduhan korupsi.
Pelaksanaan pemilu I Untuk mengurangi ketegangan dengan militer, Perdana Menteri
Burhannudin mengangkat kembali A. H Nasution sebagai KSAD. Hal ini disebabkan pemerintah menginginkan dukungan militer untuk menjaga stabilitas
keamanan berkaitan dengan rencana pelaksanaan pemilu. Kabinet Burhanudin berhasil menyelenggarakan pemilu I di Indonesia
dengan pelaksanaan sebagai berikut: –29 September 1955 memilih anggota DPR
–15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante
Kabinet Burhanudin Harahap tetap mempertahankan politik luar negeri bebas aktif meskipun tetap condong pada negara-negara Barat. Pada tanggal 13
Pebruari 1956 , kabinet mengumumkan secara sepihak untuk memutuskan Uni Indonesia-Belanda hasil dari KMB, karena Belanda menolak melakukan upaya
diplomasi lanjutan tentang Irian Barat. Dengan berhasilnya Pemilu I tersebut, tugas Kabinet Burhanudin Harahap dianggap selesai dan perlu dibentuk kabinet
baru hasil dari Pemilu tersebut. Dalam
perkembangannya, ketidakpuasan
daerah-daerah semakin
meningkat karena dukungan dari panglima militer di daerah sehingga muncul dewan-dewan di daerah seperti Dewan Banteng di Sumatera Barat. Pada
tanggal 20 Juli 1956 Muhammad Hatta mengundurkan diri sebagai wakil