8
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
SEJARAH INDONESIA MODERN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menganalisis dinamika Sejarah Modern di Indonesia yang dimulai dengan Pergerakan Nasional, Masa
Pendudukan Jepang dan Sekitar Proklamasi, dengan baik.
B.
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menganalisis dinamika Pergerakan Nasional di Indonesia 2. Menunjukkan perkembangan masa Pendudukan Jepang di indonesia
3. Menganalisis dinamika politik, sosial dan ekonomi sekitar kemerdekaan RI
C. URAIAN MATERI
1. Pergerakan Nasional Indonesia
Pergerakan nasional merupakan salah satu babak baru dalam perjuangan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu memiliki corak
perjuangan yang berbeda dengan “warna” perjuangan yang sebelumnya. Kata “Pergerakan Nasional” berarti gerakan bangsa itu, walaupun yang bergerak
sebagian rakyat atau sebagian kecil sekalipun asalkan apa yang menjadi tujuan
dapat menentukan nasib bangsa secara keseluruhan menuju tujuan tertentu yaitu kemerdekaan, maka disebut pergerak-an nasional. Pergerakan Indonesia
meliputi berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi secara modern menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu dalam
perkembangannya, gerakan yang terjadi tidak hanya bersifat radikal tetapi juga moderat. Di samping istilah ”Pergerakan Nasional” kita juga mengenal istilah
”Perjuangan Nasional”. Akan tetapi kata ”perjuangan” sebenarnya memiliki cakupan waktu yang lebih luaslama, sedangkan ”pergerakan” hanyalah meliputi
kurun waktu 1908
– 1945. Munculnya organisasi yang mengarah pada upaya mewujudkan
nasionalisme Indonesia merupakan bukti berubahnya pola pikir para tokoh pejuang kemerdekaan dari pola perjuangan fisik mengangkat senjata menjadi
non fisik diplomasi dan organisasi. Hal tersebut terwujud berkat meningkatnya
9
pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru yakni kaum intelektualgolongan terpelajar.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Kesadaran Nasional 1. Faktor Intern
a. Sejarah masa lampau yang gemilang Sebelum kedatangan bangsa Barat, bangsa Indonesia
sebagai sebuah bangsa telah mampu mengatur diri sendiri, memiliki kedaulatan atas wilayah di mana kita tinggal. Kebesaran ini tentu
secara psikologis membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Namun
demikian tidak berarti kita kembali pada masa lalu, tetapi kebesaran Majapahit dan Sriwijaya dapat menggugah perasaan nasionalisme
golongan terpelajar pada awal abad XX. Tidaklah berlebihan jika kebesaran pada masa lampau itu mendorong semangat para tokoh
pergerakan dalam upaya melepaskan diri dari penjajahan Belanda. b. Penderitaan rakyat akibat kolonialisme
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan
Perancis. Rasa benci rakyat Indonesia muncul karena adanya jurang pemisah antara bangsa Barat dengan rakyat Bumiputra. Hal ini
karena penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang politik terjadi keterbatasan
memperoleh kesempatan dalam bidang politik dan pemerintahan, dalam bidang ekonomi adanya sistem monopoli, dalam bidang sosial
adanya kesombongan rasial yang ditonjolkan, dalam bidang pendidikan kurangnya sekolah dan diskriminasi dalam memperoleh
kesempatan belajar. Penderitaan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan ini menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran
nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para intelektual maka angan-angan ini dapat menjadi
kenyataan dalam bentuk perjuangan modern. c. Peranan golongan terpelajar
10
Setelah pemilik-pemilik modal Belanda berhasil menerapkan Politik Pintu Terbuka Politik Drainage maka diterapkanlah politik etis
atau dikenal juga dengan Trilogi van Deventer. Politik etis ini mencakup Edukasi, Emigrasi dan Irigrasi.
Salah satu trilogi dari politik etis adalah edukasi, tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai
rendah dan mandor-mandor atau pelayan-pelayan yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut,
Belanda mendirikan sekolah-sekolah rakyat pribumi. Pendidikan kolonial bukan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia, namun dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga murah bagi Hindia Belanda. Salah satu kebijakan
pemerintah Hindia Belanda, kemudian banyak lembaga pendidikan berdiri. Namun demikian ternyata perbedaan warna kulit menjadi
salah satu hambatan masuk sekolah. Sistem pendidikan juga dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat Eropa,
Timur Asing dan Bumiputra. Untuk kelompok bumiputra masih diwarnai oleh status keturunan yang terdiri atas kelompok
bangsawankaum priyayi dan rakyat jelata. Macam-macam pendidikan pada masa itu antara lain:
1 Pendidikan setingkat Sekolah Dasar, di antaranya:
a
ELS Europese Lagere School, sekolah Belanda lama pendidikan 7 tahun.
b
HBS Hollands Chinese School, Sekolah Cina, lama pendidikan 7 tahun.
c
HIS Hollands Inlandse School, Sekolah Hindia – Belanda,
lama pendidikan 7 tahun. 2 Pendidikan setingkat Sekolah Menengah PertamaAtas di
antaranya:
a
HBS Hogere Burger School, Sekolah Menengah, lama pendidikan 5 tahun.
b
MULO Meer Uitgebreid Lager Ondewijs, Pendidikan Rendah Lebih Intensif, lama pendidikan 3
– 4 tahun.