Pergerakan Nasional Indonesia URAIAN MATERI
10
Setelah pemilik-pemilik modal Belanda berhasil menerapkan Politik Pintu Terbuka Politik Drainage maka diterapkanlah politik etis
atau dikenal juga dengan Trilogi van Deventer. Politik etis ini mencakup Edukasi, Emigrasi dan Irigrasi.
Salah satu trilogi dari politik etis adalah edukasi, tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai
rendah dan mandor-mandor atau pelayan-pelayan yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut,
Belanda mendirikan sekolah-sekolah rakyat pribumi. Pendidikan kolonial bukan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia, namun dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga murah bagi Hindia Belanda. Salah satu kebijakan
pemerintah Hindia Belanda, kemudian banyak lembaga pendidikan berdiri. Namun demikian ternyata perbedaan warna kulit menjadi
salah satu hambatan masuk sekolah. Sistem pendidikan juga dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat Eropa,
Timur Asing dan Bumiputra. Untuk kelompok bumiputra masih diwarnai oleh status keturunan yang terdiri atas kelompok
bangsawankaum priyayi dan rakyat jelata. Macam-macam pendidikan pada masa itu antara lain:
1 Pendidikan setingkat Sekolah Dasar, di antaranya:
a
ELS Europese Lagere School, sekolah Belanda lama pendidikan 7 tahun.
b
HBS Hollands Chinese School, Sekolah Cina, lama pendidikan 7 tahun.
c
HIS Hollands Inlandse School, Sekolah Hindia – Belanda,
lama pendidikan 7 tahun. 2 Pendidikan setingkat Sekolah Menengah PertamaAtas di
antaranya:
a
HBS Hogere Burger School, Sekolah Menengah, lama pendidikan 5 tahun.
b
MULO Meer Uitgebreid Lager Ondewijs, Pendidikan Rendah Lebih Intensif, lama pendidikan 3
– 4 tahun.
11
c
AMS Algemene Middelbare School, Sekolah Menengah Umum, merupakan sekolah lanjutan dari MULO, lama
pendidikan 5 tahun.
d
KS Kweek School, Sekolah Guru, lama pendidikan 6 tahun. 3 Pendidikan Tinggi di antaranya:
a
Technische Hooge School : Pendidikan Tinggi Teknik.
b
Rechts Hooge School : Sekolah Hakim Tinggi.
c
GHS Geneeskundige Hogeschool.
d
OSVIA Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren, Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi.
e
STOVIA School Tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen, Sekolah Kedokteran Jawa.
Para pelopor pergerakan nasional terdiri atas para pelajar STOVIA. Kelompok intelektual khususnya lulusan dokter Jawa termasuk
kelompok yang peka terhadap keadaan pada saat itu, mengingat tugas yang diembannya berupa pengabdian terhadap kondisi masyarakat
Indonesia yang sangat memprihatin-kan. Di mana-mana terlihat lingkungan yang kurang bersih sehingga menimbul-kan penyakit menular
khususnya penyakit kulit, kolera, disentri, dan penyakit endemi lainnya. Selain itu kemampuan berkomunikasi dan intelektualitas mereka juga
menjadi modal berharga yang membuka cakrawala berfikir sehingga pada gilirannya pada diri mereka timbul gagasan-gagasan segar, tercermin dari
gagasannya dalam mengembangkan taktik perjuangan dari gerakan yang ber-sifat fisik perjuangan menggunakan senjatafisik ke dalam
organisasi modern perjuangan diplomasinon fisik.