47
- Seluruh bekas Hindia Timur Belanda ditambah dengan Malaya, tetapi tidak
mencakup Papua. -
Seluruh bekas Hindia Timur Belanda, ditambah dengan Malaya, Borneo, Timur Portugis dan Papua serta pulau-pulau yang berdekatan dengannya.
Namun terdapat perbedaan antara pemerintah Jepang dengan tokoh-tokoh nasional. Jepang beranggapan bahwa pemberian kemerdekaan dilakukan
secara bertahap dari satu daerah ke daerah lain, alasannya tingkat persiapan tiap wilayah berbeda-beda. Namun tokoh-tokoh nasional bersikeras agar
kemerdekaan diberikan kepada seluruh Indonesia sekaligus. PPKI keanggotaannya terdiri dari 21 orang dari seluruh Indonesia.
Ketuanya Ir. Sukarno dan wakil Moh. Hatta. Tugas PPKI adalah bertindak sebagai badan yang mempersiapkan penyerahan kekuasaan pemerintahan dari
tentara Jepang kepada badan tersebut.
7. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II
Pada tanggal 14 Agustus 1945 tokoh-tokoh nasional yaitu IR. Sukarno, Moh. Hatta dan dr. Radfiman Widyodiningrat berangkat kembali ke Jakarta
setelah bertemu dengan Jenderal Terauci di Dalath, Vietnam. Sementara itu perkembangan Perang Dunia II menjadi berbalik karena negara-negara fasis
mulai terdesak oleh kekuatan Sekutu setelah Jerman dan Italia kalah di benua Eropa, tanggal 9 Agustus 1945 Uni Soviet mengumumkan perang dengan
kemaharajaan Jepang – Tentara Uni Soviet menyerbu daerah-daerah yang
diduduki tentara Jepang di Asia, seperti Mancuria. Sebelumnya tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima telah diserang
Amerika Serikat dengan dijatuhi Bom Atom. Dan tanggal 9 Agustus 1945 Nagasaki juga dijatuhi Bom Atom. Kekalahan tentara Jepang sudah saatnya tiba.
Kaisar Jepang Hirohito Tenno Heika menyadari bahwa ambisi membangun Imperium Asia Timur Raya tidak mungkin tercapai. Kaisar Jepang
memerintahkan rakyat dan tentaranya untuk menghentikan perang. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Sekutu untuk tidak menjatuhkan bom atom ke 3 di
Tokyo. Dan pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat Unconditional Surrender kepada Sekutu.
48
2. Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Kemerdekaan
Peristiwa penting penyerahan Jepang kepada Sekutu tidak banyak di ketahui oleh rakyat Indonesia. Karena pada saat pendudukan Jepang, sumber
berita seperti radio disegel dan koran-koran hanya memberitakan kemenangan tentara Jepang. Pimpinan tentara Jepang dengan ketat menyembunyikan berita
kekalahan serta peristiwa bom atom, yang membuat negara Jepang porak poranda.
Pada saat Sukarno, Hatta dan dr. Radiman Widyadiningrat kembali ke Jakarta dari Vietnam, berita kekalahan Jepang belum tersebar, namun Sutan
Syahrir termasuk tokoh yang mendengar radio tentang penyerahan Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus
dimusyawarahkan dengan PPKI. Alasannya kemerdekaan yang datangnya dari pemerintahan Pendudukan Jepang atau hasil perjuangan sendiri, tidak akan
menjadi persoalan. Hal ini berbeda dengan pendapat golongan muda, yang berpendapat PPKI buatan Jepang, sehingga proklamasi kemerdekaan dengan
kekuatan sendiri terlepas dari pemerintah Jepang. Tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat dengan
hasil bahwa proklamasi harus dilaksanakan sesegera mungkin tanggal 16 Agustus 1945. Sementara golongan tua tetap perlunya mengadakan rapat PPKI
yang merupakan suatu badan perwakilan seluruh Indonesia yang representatif. Disamping itu, kekalahan Jepang pada Sekutu menjadikan pasukan Jepang
dib eri kewajiban menjaga “Status Quo” atas wilayah Indonesia, sehingga jika
golongan muda memaksa mengubah “Status Quo” akan terjadi pertumpahan darah.
Perbedaan pendapat antara kedua golongan tersebut, membawa golongan muda bertindak untuk menculik Sukarno
– Hatta. Tindakan penculikan tersebut bertujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh pemerintah
militer Jepang. Pada jam 04.00 hari Kamis 16 Agustus 1945, Sukarno – Hatta
diculik kelompok pemuda dan tentara PETA yang dipimpin Sukarni dan Shodanco Singgih dibawa ke Rengasdengklok. Dari Rengasdengklok menuju
markas PETA kompi Sudanco Subeno. Dalam pembicaraan, akhirnya disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan tanpa campur tangan
Jepang.
49
Sementara itu dalam pertemuan di Jakarta dengan golongan muda Ahmad Subarjo meyakinkan bahwa dirinya bertanggung jawab dilaksanakannya
proklamasi kemerdekaan di Jakarta secepat mungkin. Hari Kamis, 16 Agustus 1945 jam 16.00, Ahmad Subarjo menuju ke Rengasdengklok menjemput
Sukarno – Hatta. Komandan kompi PETA setempat Sudanco Subeno melepas
Sukarno – Hatta karena sebelumnya sudah ada jaminan bahwa kemerdekaan
akan dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 siang. Rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol
no.1. Rumah Laksamana Maeda dianggap aman dari kemungkinan gangguan tentara Jepang untuk menggagalkan rencana proklamasi. Rumah Maeda
sebagai Kepala Perwakilan Kaigun Angkatan Laut memiliki kekebalan “Extra – Territorial” yaitu daerah yang menurut tradisi Jepang harus dihormati oleh
Rikugun Angkatan Darat Jepang. Dan di rumah tersebut naskah proklamasi
disusun. Penyusun teks proklamasi yaitu Sukarno, Hatta dan Ahmad Subarjo dan
yang menyaksikan perumusan adalah Sayuti Melik, Sukarni, B.M. Diyah dan Sudiro. Setelah teks proklamasi dirumuskan, muncul persoalan tentang siapa
yang berhak menandatangani. Chairul Shaleh berpendapat tidak setuju jika teks proklamasi di tanda tangani PPKI karena PPKI badan bentukan Jepang. Hal ini
dapat ditafsirkan bahwa kemerdekaan Indonesia melalui campur tangan Jepang. Untuk penyelesaiannya, Sukarni berpendapat bahwa penandatangan teks
proklamasi yaitu Soekarno – Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut
disetujui dan akhirnya rumusan teks diserahkan pada Sayuti Melik untuk diketik. Terdapat beberapa perubahan antara teks proklamasi klad yang ditulis tangan
dengan yang otentik diketik.
Klad Otentik
1. Kata “Tempoh”
2. Wakil-wakil bangsa Indonesia 3. Jakarta, 17
– 8 – 05 Menjadi “Tempo”
Atas nama Bangsa Indonesia Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ’05 Tahun ’05
adalah tahun Jepang Syowa 2605 = 1945
masehi Setelah naskah proklamasi selesai diketik kemudian ditandatangani
Soekarno dan Hatta di tempat tersebut.