16
Organisasi-organisasi pada Masa Pergerakan Nasional
1.  Budi Utomo
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi modern pertama kali di Indonesia  yang  didirikan  oleh  Dr.  Sutomo  pada  tanggal  20  Mei  1908.
Istilah  Budi  Utomo  berasal  dari  bahasa  Sansekerta,  yaitu  bodhi  atau budhi
,  berarti  “keterbukaan  jiwa”,  ”pikiran”,”  kesadaran”,  “akal”,  atau “pengadilan”. Sementara itu, utomo berasal dari perkataan Jawa:  utama,
yang dalam bahasa Sansekerta berarti “ tingkat pertama”  atau “ sangat baik” .
Dr.  Wahidin  Sudirohusodo  merupakan  pembangkit  semangat organisasi  Budi  Utomo.  Sebagai  lulusan  sekolah  dokter  Jawa  di
Weltvreden sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA, merupakan salah satu  tokoh  pelajar  yang  berusaha  memperjuangkan  nasib  bangsanya.
Wahidin  menghimpun  beasiswa  agar  dapat  memberikan  pendidikan modern  cara  Barat  kepada  golongan  priyayi  Jawa  dengan  mendirikan
Studie  Fonds  atau  Yayasan  Beasiswa.  Gerakan  pendirian  studiefonds disusul  dengan  berdirinya  Budi  Utomo    pada  tanggal  20  Mei  1908  di
Jakarta.  Organisasi  ini  diketuai  oleh  dr.  Sutomo  yang  dibantu  M.  Suraji, M. Saleh, Mas Suwarno, M. Sulaeman, Gunawan dan Gumbreg. Tanggal
berdirinya Budi Utomo tersebut sampai sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Program  utama  dari  Budi  Utomo  mengusahakan  perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial disebabkan
saat  itu  belum  dimungkinkan  didirikannya  organisasi  politik  karena adanya  aturan    yang  ketat  dari  pihak  pemerintah  Hindia  Belanda.  Pada
tanggal 3 – 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongresnya yang
pertama  di  Yogyakarta.  Kongres  ini  berhasil  menetapkan  tujuan organisasi  yaitu:  Kemajuan  yang  harmonis  antara  bangsa  dan  negara,
terutama  dalam  memajukan  pengajaran,  pertanian,  peternak-an  dan dagang,  tehnik,  industri  serta  kebudayaan.  Sebagai  ketua  Pengurus
Besar  yang  pertama  terpilih  R.T  Tirtokusumo  Bupati  Karang  Anyar dengan wakil ketua dr. Wahidin Sudiro Husodo.
Dalam kongres itu, terdapat kelompok minoritas yang dipimpin Dr. Cipto  Mangunkusumo  yang  berusaha  memperjuangkan  Budi  Utomo
17
berubah  menjadi  partai  politik  yang  berjuang  untuk  mengangkat  rakyat pada umumnya tidak terbatas hanya golongan priyayi dan kegiatannya
meliputi  seluruh  Indonesia,  tidak  hanya  Jawa  dan  Madura  saja.  Namun pandangan  Dr.  Cipto  Mangunkusumo  gagal  mendapat  dukungan  bahkan
pada  tahun  1909  Dr.  Cipto  Mangunkusumo mengundurkan  diri  dari  Budi Utomo kemudian bergabung dengan Indische Partij.
Setelah  mendapat  persetujuan  dari  pemerintah Kolonial  Belanda, Budi  Utomo  pada  tahun  1909  diberi  status  sebagai  organisasi  yang
berbadan hukum sehingga diharapkan organisasi pertama di Indonesia ini dapat  melakukan  aktivitasnya  secara  leluasa.  Gubernur  Jenderal  van
Heutsz  menyambut  Budi  Utomo  sebagai  bagian  keberhasilan  dari pelaksanaan  politik  etis.  Dengan  demikian,  BU  tumbuh  menjadi
organisasi yang moderat, kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda. Pada  perkembangannya  BU  mengalami  stagnasi,  aktivitasnya
hanya  terbatas  pada  penerbitan  majalah  Goeroe  Desa  dan  beberapa petisi  yang  ditujukan  kepada  pemerintah  Hindia  Belanda  dalam  rangka
meningkatkan  mutu  pendidikan.  Kelambanan  aktivitas  BU  disebabkan para  pengurus  atau  pemimpin  mereka  berstatus  sebagai  pegawai  atau
bekas  pegawai  pemerintah,  sehingga mereka  takut  bertindak  dan  lemah dalam  gerakan  kebangsaan.  Di  samping  itu,  BU  kekurangan  dana  dan
pemimpin yang dinamis. Pada  tahun  1912  R.T  Tirtokusumo  berhenti  sebagai  ketua
digantikan  oleh  Pangeran  Noto  Diridjo,  anak  dari  Paku  Alam  V  yang berusaha  mengejar  keter-tinggalan  organisasi  itu  dalam  aktivitasnya.
Ketua  baru  tidak  banyak  membawa  perubahan.  Hasil-hasil  yang  dicapai antara  lain  perbaikan  pengajaran  di  daerah  Kasultanan  Yogyakarta  dan
Kasunanan  surakarta,  serta  mendirikan  organisasi  dana  belajar Darmoworo.
Peran  BU  semakin  memudar  seiring  berdirinya  organsasi  yang lebih  aktif  dan  penting  bagi  pribumi.  Beberapa  di  antaranya  bersifat
keagamaan,  kebudaya-an  dan  pendidikan  serta  organisasi  yang  bersifat politik. Organisasi baru tersebut antara lain: Sarekat Islam, Indische Partij,
dan  Muhammadiyah.  Dengan  muncul-nya  organisasi-organisasi  baru tersebut  menyebabkan  BU  mengalami  kemundur-an.  BU  tidak  bergerak