41
yaitu membungkuk memberi hormat pada kaisar Jepang. Hal ini yang mendorong munculnya perlawanan rakyat. K.H. Zainal Mustafa dapat ditangkap dan
dipenjara di Cipinang Jakarta. Namun tanggal 25 Oktober 1944, ia bersama pengikutnya dibunuh tentara Jepang.
b. Perlawanan di Aceh
Pada tanggal 10 November 1942 di daerah Cot Plieng, Lhok Seumawe, Aceh terjadi perlawanan rakyat menentang pasukan Jepang. Perlawanan ini
dipimpin Teungku Abdul Jalil. Namun, ketika Teungku Abdul Jalil bersama pengikutnya sedang bersembahyang, dibunuh oleh tentara Jepang.
c. Perlawanan PETA di Blitar
Pada tanggal 14 Februari 1945, Shodanco Supriyadi memimpin pemberontakan PETA di Blitar, sedang Shodanco Muradi sebagai komandan
pertempuran. Pemberontakan bergerak keseluruh penjuru kota Blitar dan menuju ke pos-pos pasukan Jepang di luar kota.
Akhirnya pemberontakan tersebut dapat diredam. Para pemberontak ditangkap ataupun dibujuk untuk kembali ke Blitar dengan kemauan sendiri.
Namun pasukan Jepang telah meng-gunakan taktik tipu daya. Kolonel Katagiri komandan Batalyon dari Malang membujuk kepada Shodanco Muradi dan anak
buahnya untuk menyerah dan akan diampuni oleh pemerintah militer Jepang. Perundingan antara Muradi dan Katagiri didaerah Ngancar, Blitar pada tanggal
21 Februari 1945. Ternyata pemerintah militer Jepang ingkar janji karena para pemberontak
PETA, tetap diajukan di meja perundingan. Sidang pengadilan militer Jepang pada tanggal 13
– 16 April 1945 yang dipimpin Kolonel Yamamoto dengan jaksa penuntut Letnan Kolonel Tanaka akhirnya menjatuhkan hukuman mati kepada
Shodanco Muradi dan kawan-kawannya. Sementara itu Shodanco Supriyadi dinyatakan hilang. Ada dugaan Supriyadi tertangkap dan dibunuh.
5. Pembentukan BPUPKI
Pada tahun 1943, perang pasifik mulai berbalik arah. Tentara Jepang yang pada awalnya mampu dengan mudah mengalahkan tentara Sekutu, sekarang
bersifat defensik. Tentara Sekutu bergerak ofensif untuk merebut kembali wilayah-wilayahnya di Asia
– Pasifik. Pemerintah Jepang dan penguasa militer di Tokyo akhirnya meninjau
kembali sikap mereka terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Juni