36
menghadapi Sekutu. Jepang menyadari bahwa kaum intelektual pribumi telah membina Pergerakan Nasional Indonesia yang mengakar pada masyarakat.
b. PUTERA Pusat Tenaga Rakyat
Kegagalan gerakan Tiga “A” gagal disebabkan dipimpin oleh Mr. Syamsuddin yang bukan merupakan pemimpin Nasional Indonesia yang
berpengaruh. Akhirnya Jepang merangkul pemimpin Pergerakan Nasional yang senior seperti Sukarno dan Hatta. Untuk itu Jepang membebaskan Sukarno
Hatta dan Sutan Syahrir yang masih dalam pengasingan pada akhir jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Dibawah kepemimpinan Empat Serangkai Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kiai Haji Mas Mansur pada tanggal 9 Maret 1943 berdirilah
organisasi baru PUTERA Pusat Tenaga Kerja. Dalam PUTERA ini antara kepentingan Jepang dan kepentingan bangsa
Indonesia dapat berjalan searah. Pihak Jepang berharap agar PUTERA dapat menjadi penggerak tenaga rakyat Indonesia untuk membantu usaha-usaha
perang Jepang menghadapi sekutu. Jepang berusaha menanamkan perasaan sentumen anti barat kepada rakyat Indonesia, sementara itu, bagi pemimpin-
pemimpin bangsa Indonesia, PUTERA dijadikan sarana untuk menanamkan serta membangkitkan nasionalisme dan kesiapan mental rakyat bagi terwujudnya
kemerdekaan. Bung Karno sering berpidato bersemangat dan berapi-api dihadapan masa pada rapat raksasa ataupun melalui siaran radio.
Namun PUTERA akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Jepang, alasannya adalah :
Pejabat-pejabat Jepang tidak puas dengan PUTERA yang lebih menguntungkan Indonesia dengan persiapan-persiapan kemerdekaan.
Jepang, khawatir jika PUTERA menjadi bomerang bagi Jepang. Memburuknya situasi Perang Asia Timur Raya yang menuntut dimaksimalkan
pengerahan untuk perang. Sebelum dibubarkannya “PUTERA” terjadi perkembangan dalam sikap
pemerintah Jepang terhadap status Indonesia yaitu: Pernyataan Perdana Menteri Jepang yaitu Tojo pada tanggal 16 Juni 1943
mengenai diberikannya partisipasi politik bagi orang Indonesia.
37
Maklumat Perdana Menteri Koiso pengganti Tojo pada tanggal 9 September 1944 bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan di kemudian hari.
c. Jawa Hokokai
Pada tanggal 8 Januari 1944, Jepang mendirikan Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa. Sebagai pengganti “PUTERA” maka sifat
Jawa Hokokai berbeda dengan organisasi sebelumnya. PUTERA merupakan
suatu gerakan Indonesia yang dipimpin tokoh-tokoh Indonesia sedangkan Jawa Hokokai merupakan organisasi Jepang yang anggotanya :
Perbedaan antara PUTERA dan Jawa Hokokai PUTERA
Jawa Hokokai
1. Suatu Gerakan Indonesia dibawah pengawasan
pendudukan Jepang. 1. Organisasi pemerintah
pendudukan Jepang, anggotanya 5 orang Jepang dan masyarakat
Indonesia. 2. Di pimpin oleh tokoh-tokoh
Indonesia. 2. Di pimpin oleh Gunseikan kepala
pemerintah militer Jepang. 3. Penanaman sikap anti barat
3. Penonjolan sifat kebaktian pada Jepang.
4. Usaha Jepang Mempertahankan Kekuasaan
Dalam perkembangan Perang Pasifik, situasi menjadi berubah karena kekuatan pasukan Sekutu menjadi lebih dominan di beberapa Front Pertempuran
dibanding tentara Jepang. Kondisi ini memaksa Jepang merubah sikapnya terhadap negeri-negeri yang didudukinya. Jepang membutuhkan bantuan rakyat
setempat guna menahan Ofensif Tentara Sekutu. Menyikapi hal tersebut, berdasar keputusan sidang parlemen ke-82 di
Tokyo, di kemukakan Perdana Menteri Tojo dilapangan IKADA, Jakarta pada tanggal 7 Juli 1943 tentang adanya, kesempatan untuk ambil bagian dalam
pemerintahan. Disamping itu pemerintah militer Jepang mulai mengerahkan pemuda-pemuda Indonesia membantu usaha perang Jepang.
Pada bulan Januari 1943 dibukalah pusat latihan militer untuk pemuda- pemuda Indonesia yang dikenal dengan nama “Sainen Dojoú” tempat latihan
pemuda-pemuda di Tangerang, Jawa Barat. Sainen Dojo dipimpin perwira