Perumusan masalah Langkah-Langkah Penelitian Tindakan

134 No. Masalah Rumusan mereka sangat pasif. 3. Rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru- siswa-siswa Pengelolan interaksi guru-siswa-siswa mestinya memungkinkan setiap siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, tetapi dalam kenyataan interaksi hanya terjadi antara guru dengan beberapa siswa. 4. Rendahnya kualitas proses pembelajaran sejarah ditinjau dari tujuan mengembangkan nilai-nilai nasionalisme Proses pembelajaran Sejarah Indonesia mestinya memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan nasionalisme, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran terbatas pada hapalan saja. 5. Rendahnya kemandirian belajar siswa SMA Kemandirian belajar siswa SMA mestinya telah berkembang jika kegiatan pembelajarannya mendukungnya, tetapi dalam kenyataannya dominasi peran guru telah menghambat perkembangannya

e. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal. Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat. Dalam menimbang- nimbang berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau orang-orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teorihasil penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. 135 Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai b erikut: “Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik- teknik perbaikan yang tepat dan ‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan membacanya.” Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya. Untuk masalah-masalah yang dicontohkan di atas, diberikan contoh rumusan hipotesis tindakannya dalam tabel di bawah. Tabel 5.2, Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan No. Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan 1. Rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa SMA Siswa SMA mestinya telah mampu mengajukan pertanyaan yang kritis, tetapi dalam kenyataannya petanyaan mereka lebih bersifat klarifikasi Jika tingkat kekritisan pertanyaan siswa SMA dijadikan penilaian kualitas partisipasi mereka setelah diberi contoh dengan pembahasan-nya, kemampuan mengajukan pertanyaan kritis mereka akan meningkat. 2. Rendahnya keterlibatan siswa Dalam pembelajaran Sejarah di SMA, siswa Dengan kegiatan yang menyenangkan dalam