34
Kepentingan migrasi, maksudnya wilayah Jepang yang sempit sedang jumlah penduduk banyak maka dibutuhkan tempat bagi pemerataan penduduk.
Pada awalnya kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia disambut dengan suka cita, karena beberapa alasan diantaranya :
Kesengsaraan rakyat akibat imperalis Belanda. Adanya slogan Tiga A Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon
Pemimpin Asia. Penduduk pribumi diangkat sebagai Pegawai Administrasi Pemerintahan.
Tokoh-tokoh nasional seperti Sukarno, Hatta dan Syahrir yang sebelumnya
diasingkan Belanda, dibebaskan oleh Jepang. Diijinkannya pengibaran bendera merah putih untuk dikibar-kan dan lagu
Indonesia Raya untuk dikumandangkan. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam urusan formal dan non formal serta
pelarangan penggunaan Bahasa Belanda. Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap ramalan Jaya Baya.
Jayabaya adalah Raja Kerajaan Daha, Kediri 1051 – 1062. Masyarakat
Jawa banyak yang percaya terhadap ramalan-ramalannya. Ramalan itu antara lain “Pulau Jawa kelak akan diperintah bangsa kulit putih Belanda, kemudian
dari arah utara akan datang bangsa Katai, kulit kuning bermata sipit.
Pemerintahan dari bangsa kulit kuning tidak lama, hanya seumur jagung. Dan se
sudah itu Jawa akan merdeka”.
2. Usaha Jepang Menanamkan Kekuasaan
Sejak perjanjian Kalijati 8 Maret 1942, maka berakhirlah Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia dan secara resmi dikuasai Jepang. Sesaat setelah
menduduki Indonesia, Jepang membagi tiga pemerintahan militer di Indonesia yaitu :
Tentara ke-16 meliputi Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta. Tentara ke-25 meliputi Sumatra dengan pusatnya Bukit Tinggi.
Armada Selatan kedua di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Irian, dengan pusatnya di Makasar. Dalam perkembangnya tampak sekali bahwa pendudukan Jepang di
Kawasan Asia hanyalah ambisi Jepang untuk mewujudkan Imperium di Asia.
35
Jepang juga berusaha untuk memperkenalkan budaya Jepang di Indonesia, antara lain dengan :
Penggantian penggunaan tarikh masehi dengan tahun Sumera Tarikh Jepang.
Pemasangan bendera Hinomaru dan lagu Kimigayo dalam setiap perayaan hari-hari besar.
Rakyat Indonesia wajib merayakan hari raya Tencosetsu hari lahirnya Kaisar Hirohito.
Janji-janji pasukan Jepang untuk membebaskan saudara muda hanya taktik sementara untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Jepang mulai dengan
wajah aslinya. Pada tanggal 20 Maret 1942 dikeluarkan peraturan pemerintahan militer yaitu :
Pelarangan rapat dan gerakan mengenai pemerintahan dan struktur negara. Pelarangan pengibaran bendera kecuali bendera Jepang.
Disamping itu, tentara Jepang mulai bertindak kasar dan kejam terhadap warga pribumi. Baik secara mental maupun fisik, rakyat Indonesia merasakan
tekanan dari penguasa baru yang sebelumnya dianggap saudara tua.
3. Organisasi-organisasi pada masa Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, organisasi ataupun partai politik yang ada pada masa Hindia Belanda dibekukan. Sebagai gantinya didirikan organisasi-
organisasi seperti :
a. Gerakan Tiga A
Dengan Motto Nippon pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia. Gerakan “Tiga A” merupakan organisasi pertama di Indonesia yang
bertujuan untuk memobilisasi rakyat Indonesia agar mendukung Jepang dalam
menghadapi Sek utu. Gerakan “Tiga A” yang didirikan pada tanggal 29 April 1942
dipelopori oleh Pendudukan Jepang “Bagian Propaganda Tentara Jepang” yang dikenal dengan nama “Sendenbu”. Tokohnya bernama Shinaizu Hitoshi.
Gerakan tiga “A” yang di sponsori oleh “Sendenbu” ini di ketuai oleh orang Indonesia yang bernama Mr. Syamsuddin seorang tokoh Parindra.
Namun gerakan “Tiga A” hanya bertahan sebentar karena dianggap gagal dalam menggerakkan rakyat Indonesia dalam rangka mendukung Jepang
36
menghadapi Sekutu. Jepang menyadari bahwa kaum intelektual pribumi telah membina Pergerakan Nasional Indonesia yang mengakar pada masyarakat.
b. PUTERA Pusat Tenaga Rakyat
Kegagalan gerakan Tiga “A” gagal disebabkan dipimpin oleh Mr. Syamsuddin yang bukan merupakan pemimpin Nasional Indonesia yang
berpengaruh. Akhirnya Jepang merangkul pemimpin Pergerakan Nasional yang senior seperti Sukarno dan Hatta. Untuk itu Jepang membebaskan Sukarno
Hatta dan Sutan Syahrir yang masih dalam pengasingan pada akhir jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Dibawah kepemimpinan Empat Serangkai Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kiai Haji Mas Mansur pada tanggal 9 Maret 1943 berdirilah
organisasi baru PUTERA Pusat Tenaga Kerja. Dalam PUTERA ini antara kepentingan Jepang dan kepentingan bangsa
Indonesia dapat berjalan searah. Pihak Jepang berharap agar PUTERA dapat menjadi penggerak tenaga rakyat Indonesia untuk membantu usaha-usaha
perang Jepang menghadapi sekutu. Jepang berusaha menanamkan perasaan sentumen anti barat kepada rakyat Indonesia, sementara itu, bagi pemimpin-
pemimpin bangsa Indonesia, PUTERA dijadikan sarana untuk menanamkan serta membangkitkan nasionalisme dan kesiapan mental rakyat bagi terwujudnya
kemerdekaan. Bung Karno sering berpidato bersemangat dan berapi-api dihadapan masa pada rapat raksasa ataupun melalui siaran radio.
Namun PUTERA akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Jepang, alasannya adalah :
Pejabat-pejabat Jepang tidak puas dengan PUTERA yang lebih menguntungkan Indonesia dengan persiapan-persiapan kemerdekaan.
Jepang, khawatir jika PUTERA menjadi bomerang bagi Jepang. Memburuknya situasi Perang Asia Timur Raya yang menuntut dimaksimalkan
pengerahan untuk perang. Sebelum dibubarkannya “PUTERA” terjadi perkembangan dalam sikap
pemerintah Jepang terhadap status Indonesia yaitu: Pernyataan Perdana Menteri Jepang yaitu Tojo pada tanggal 16 Juni 1943
mengenai diberikannya partisipasi politik bagi orang Indonesia.