75
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan dengan luas 26.510 Hektar 265,10 Km
2
ini memiliki 21 Kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Medan Selayang yang dijadikan
lokasi pengambilan sampel penelitian. Kecamatan Medan Selayang secara geografis berada di wilayah Barat
Daya Kota Medan. Kecamatan Medan Selayang dibagi menjadi 6 kelurahan dan 63 lingkungan dengan status kelurahan swasembada. Adapun luas wilayah
Kecamatan Medan Selayang adalah ± 2.379 Ha. Wilayah-wilayah yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor
3. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia 4. Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu tempat yang banyak terdapat wisata kuliner. Berbagai macam makanan dan minuman banyak di jual di
Kecamatan Medan Selayang salah satunya adalah ayam penyet. Pedagang ayam penyet merupakan satu dari beberapa makanan yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Medan Selayang yaitu berjumlah 59 pedagang.
Universitas Sumatera Utara
61
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi analisa deskriftif data karakteristik responden seperti jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan, data
hygiene pedagang dan sanitasi, dan data keberadaan bakteri Escherichia Coli pada
lalapan kol.
4.2.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pedagang ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Banyaknya penjual yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah 30 penjual dengan distribusi Frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
Laki-Laki 24
80 Perempuan
6 20
Total 30
100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki
sebanyak 24 responden 80, dan perempuan sebanyak 6 responden 20.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Umur
Frekuensi Persentase
20-30 tahun 21
70 30-40 tahun
6 20
40 tahun 3
10 Total
30 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berumur 20- 30 tahun sebanyak 21 responden 70, responden yang berumur 30-40 tahun
sebanyak 6 responden 20, dan responden yang berumur 40 tahun sebanyak 3
Universitas Sumatera Utara
62
responden 10. Berdasarkan hasil wawancara bahwa pendidikan terakhir semua responden adalah SMA yaitu sebanyak 30 responden 100.
4.2.2 Hygiene Pedagang
Hygiene pedagang adalah keadaan atau tindakan pedagang yang dapat mencegah atau menyebabkan keberadaan Escherichia coli pada lalapan kol.
Hygiene pedagang terdiri atas 10 pertanyaan, berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi jawaban responden mengenai pertanyaan-
pertanyaan tersebut sebagai berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hygiene Pedagang pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Tidak Kadang-
kadang Ya
No. Pertanyaan n
n n
1. Pada saat menjamah makanan
apakah anda mencuci tangan? 1
3,1 -
- 29 96,7
2. Apakah anda mencuci tangan
memakai sabun ? 19 63,3
7 23,3
4 13,3
3. Apakah saat menangani
makanan saudara tidak memakai perhiasan seperti cincin dan
gelang? 3
10 1
3,3 26 86,7
4. Apakah saat menangani
makanan anda memakai celemek?
26 86,7 -
- 4
13,3
5. Apakah anda mencuci pakaian
yang digunakan untuk bekerja setiap hari ?
- -
- -
30 100
6. apakah anda memakai penjepit
makanan atau sendok dalam menyajikan makanan?
14 46,7 -
- 16 53,3
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.3 Lanjutan 7.
apakah saat menangani makanan anda tidak sambil berbicara?
16 53,3 14
46,7 -
- 8.
bila saudara berada di dekat makanan tiba-tiba bersinbatuk,
apakah anda menutup mulut? 24 80
- -
6 20
9. apakah saat menangani makanan
kuku anda pendek dan bersih? 3
10 3
10 24 80
10. bila kulit anda sedang gata-gatal,
luka atau tergores, apakah anda tidak menangani makanan?
19 63,3 4
13,3 7
23,3
Berdasarkan tabel diatas diketahui dari pertanyaan mengenai kebiasaan mencuci tangan bahwa dari 30 responden terdapat 29 responden 96,7 yang
mencuci tangannya pada saat menjamah makanan dan dari 29 responden yang mencuci tangan saat menjamah makanan hanya 4 responden 13,3 yang
mencuci tangan menggunakan sabun pada saat menjamah makanan sedangkan yang tidak mencuci tangan menggunakan sabun saat menjamah makanan sebesar
19 responden 63,3.
Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 30 responden terdapat 3 responden 10 yang memakai cincin dan gelang pada saat menagani makanan dan 1
responden 3,3 yang kadang-kadang memakai cincin dan gelang pada saat menagani makanan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden terdapat 26 responden 86,7 yang tidak memakai celemek pada saat menangani makanan dan hanya 4
responden 13,3 yang memakai celemek pada saat menangani makanan. Namun, 30 responden 100 tersebut selalu mencuci pakaian yang dipakai setiap
hari.
Universitas Sumatera Utara
64
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 30 responden terdapat terdapat 14 responden 46,7 tidak memakai penjepit makanan atau sendok dalam
menyajikan makanan dan 16 responden 53,3 yang memakai penjepit makanan atau sendok dalam menyajikan makanan.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 16 responden 53,3 yang selalu berbicara pada saat menangani makanan dan 14 responden 46,7 yang hanya
berbicara sesekali ketika mernangani makanan, didapatkan hasil juga bahwa ada 24 responden 80 tidak menutup mulut ketika tiba-tiba bersinbatuk saat berada
di dekat makanan dan hanya 6 responden 20 yang menutup mulutnya.
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden hanya terdapat 3 responden 10 yang memiliki kuku panjang dan tidak bersih saat menangani makanan.
Selain itu, didapatkan juga bahwa hanya 19 responden 63,3 yang menangani makanan saat kulit gatal-gatal, luka atau tergores dan 4 responden 13,3
kadang-kadang masih tetap menangani makanan saat kulit gatal-gatal, luka atau tergores. Berdasarkan hasil distribusi di atas, maka dapat dikategorikan hygiene
pedagang sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Hygiene Pedagang pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Kategori Hygiene Pedagang Frekuensi
Persentase Buruk
15 50
Baik 15
50 Total
30 100
Universitas Sumatera Utara
65
Secara kategori bahwa terdapat 15 responden 50 memiliki hygiene personal pedagang yang buruk dan 15 responden 50 memiliki hygiene
personal pedagang yang baik.
4.2.3 Hygiene Sanitasi Tempat dan Makanan
4.2.3.1 Hygiene Sanitasi Tempat
Hygiene sanitasi tempat adalah kondisi tempat dan lingkungan rumah makan yang dapat menghindarkan atau berkontribusi terhadap adanya keberadaan
Escherichia coli pada lalapan kol. Hygiene sanitasi tempat terdiri dari 33 variabel penilaian dalam lembar observasi yang berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1908
tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Tempat pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Variabel Skore
Frekuensi Persentase
A. Lokasi dan Bangunan
12 24
6 80
20 1.
Lokasi Jumlah
30 100
8 10
16 20
14 1
1 14
46,7 3,3
3,3 46,7
2. Bangunan
Jumlah 30
100 4
5 7
9 14
1 10
5 46,7
3,3 33,3
16,7 3.
Pembagian ruang
Jumlah 30
100 3,5
5 13
17 43,3
56,7 4.
Lantai Jumlah
30 100
5 14
16 46,7
53,3 5.
Dinding Jumlah
30 100
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 4.5 Lanjutan
3 8
10 14
11 5
46,7 36,7
16,7 6.
Ventilasi Jumlah
30 100
7. Pencahayaanpenerangan
10 30
100 5
2 28
6,7 93,3
8. Atap
Jumlah 30
100 2
5 14
10 6
46,7 33,3
20 9.
Langit-langit Jumlah
30 100
3 7
13 2
15 43,3
6,7 50
10. Pintu Jumlah
30 100
B. Fasilitas Sanitasi
11. Air bersih 30
30 100
6 14
16 13
16 1
43,3 53,3
3,3 12. Pembuangan air limbah
Jumlah 30
100 7
8 14
13 10
6 1
43,3 33,3
20 3,3
13. Toilet
Jumlah 30
100 10
14 16
2 13
15 6,7
43,3 50
14. Tempat sampah Jumlah
30 100
4 14
20 2
24 4
6,7 80
13,3 15. Tempat cuci tangan
Jumlah 30
100 4
8 28
2 93,3
6,7 16. Tempat mencuci peralatan
Jumlah 30
100 8
2 28
6,7 93,3
17. Tempat mencuci bahan makanan Jumlah
30 100
10 29
1 96,7
3,3 18. Locker karyawan
Jumlah 30
100 10
17 13
56,7 43,3
19. Peralatan pencegah masuknya serangga dan tikus
Jumlah 30
100
C. Dapur, Ruang Makan dan
GudangBahan Makanan
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 4.5 Lanjutan
7 21
42 49
1 13
1 10
5 3,3
43,3 3,3
33,3 16,7
20. Dapur
Jumlah 30
100 7
25 35
1 14
15 3,3
46,7 50
21. Ruang makan Jumlah
30 100
6 12
25 11
12 6
1 36,7
40 20
3,3 22. Gudang bahan makanan
Jumlah 30
100
D. Bahan Makanan dan Makanan
Jadi 35
36 50
12 1
17 40
3,3 56,7
23. Bahan makanan Jumlah
30 100
42 60
64 13
16 1
43,3 53,3
3,3 24. Makanan jadi
Jumlah 30
100
E. Pengolahan Makanan
15 25
50 14
1 10
5 46,7
3,3 33,3
16,7 25. Proses pengolahan
Jumlah 30
100
F. Tempat Penyimpanan Bahan
Makanan dan Makanan Jadi 16
24 28
14 1
15 46,7
3,3 50
26. Penyimpanan bahan makanan Jumlah
30 100
27. Penyimpanan makanan 30
30 100
G. Penyajian Makanan
35 40
1 29
3,3 96,7
28. Cara penyajian Jumlah
30 100
H. Peralatan
29. Ketentuan peralatan 90
30 100
I. Tenaga Kerja
30. Pengetahuansertifikat Hygienesanitasi makanan
30 100
6 10
28 2
93,3 6,7
31. Pakaian kerja Jumlah
30 100
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 4.5 Lanjutan
4 1
29 3,3
96,7 32. Pemeriksaan kesehatan
Jumlah 30
100 14
35 49
1 17
12 3,3
56,7 40
33. Personal hygiene Jumlah
30 100
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Observasi Hygiene Sanitasi Tempat pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Hygiene Sanitasi Tempat Frekuensi
Persentase Buruk
27 90
Baik 3
10 Total
30 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa lebih banyak Hygiene pedagang yang buruk yaitu sebanyak 27 responden 90 dibandingkan hygiene
pedagang yang baik yaitu sebanyak 3 responden 10.
4.2.3.2 Hygiene Sanitasi Makanan
Gambaran mengenai distribusi frekuensi higiene sanitasi makanan ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hygiene Sanitasi Makanan pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Tidak Kadang-
kadang Ya
No. Pertanyaan
n n
n 1.
Apakah anda selalu mencuci dahulu semua bahan mentah
sebelum diolah ? -
- -
- 30 100
2. Apakah anda mencucinya
dengan air mengalir ? 10 33,3
11 36,7
9 30
3. Apakah anda menutup
makanan yang anda jual ? 25 83,3
- -
5 16,7
4. Apakah anda memisahkan
wadah untuk setiap macam makanan yang anda jual ?
5 16,7
- -
25 83,3
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 4.7 Lanjutan 5.
Apakah peralatan yang digunakan selalu dibersihkan
sebelum dan sesudah dipakai ?
- -
24 80
6 20
Berdasarkan tabel diatas bahwa seluruh responden yaitu 30 responden 100 selalu mencuci dahulu bahan mentah sebelum mengolahnya. Namun,
terdapat 10 responden 33,3 yang tidak mencuci bahan mentah dengan air yang mengalir dan 11 responden 36,7 hanya kadang-kadang mencuci bahan mentah
dengan air yang mengalir. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 30 responden hanya
25 responden 83,3 yang menutup makanan yang mereka jual dan 5 responden 16,7 memisahkan wadah untuk setiap macam makanan yang mereka jual.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa terdapat 24 responden 80 kadang-kadang membersihkan peralatan yang digunakan sebelum dan sesudah
dipakai dan hanya 6 responden 20 yang selalu mencuci peralatan yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Hygiene Sanitasi Makanan pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Hygiene Sanitasi Makanan Frekuensi
Persentasi Buruk
19 63,3
Baik 11
36,7 Total
30 100
Secara kategori bahwa 19 responden 63,3 memiliki hygiene sanitasi makanan yang buruk, 11 responden 36,7 memiliki hygiene sanitasi tempat
yang baik.
Universitas Sumatera Utara
70
4.2.4 Keberadaan Escherichia Coli pada Lalapan Kol
Gambaran mengenai keberadaan Escherichia Coli pada lalapan kol sesuai uji laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan
Medan Selayang Tahun 2016
Keberadaan Escherichia Coli Frekuensi
Persentase Tidak Ada
10 33,3
Ada 20
66,7 Total
30 100
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.9 terdapat 10 sampel lalapan kol 33,3 yang tidak ditemukan
keberadaan Escherichia coli dan 20 sampel lalapan kol 66,7 ditemukan keberadaan Escherichia coli. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1098 Tahun
2003 bahwa angka kuman Escherichia Coli yang diperbolehkan pada makanan adalah 0gr makanan.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini menggunakan uji chi-square
data yang bersifat kategorik untuk mencari hubungan antara hygiene pedagang, hygiene sanitasi tempat dan makanan dengan variabel keberadaan Escherichia
Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet. Jika nilai ecpected count pada tabel Chi-square
≥ 25 maka menggunakan Exact Fisher. Jika diperoleh batas kemaknaan p value
≤ 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik
Universitas Sumatera Utara
71
dan jika p value 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermaknan secara statistik.
4.3.1 Hubungan Hygiene Pedagang dengan Keberadaan Escherichia Coli
pada Kol sebagai Lalapan Ayam Penyet
Hubungan antara hygiene pedagang dengan keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai lalapan ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang tahun 2016
dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Hubungan Hygiene Pedagang dengan Keberadaan Escherichia Coli
pada kol sebagai Lalapan Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Keberadaan Escherichia Coli pada kol
Ada Tidak Ada
Total Hygiene
Pedagang
n n
n p
value Rasio
Prevalen
Buruk 14
93,3 1
6,7 15
100 Baik
6 40
9 60
15 100
0,002 0,111
Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh informasi bahwa 15 responden memiliki hygiene personal pedagang yang buruk, bahwa olahan makanan yang
dihasilkan menunjukan 1 sampel lalapan kol 6,7 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli dan 14 sampel lalapan kol lainnya 93,3 ditemukan
keberadaan Escherichia coli. Sedangkan 15 responden yang memiliki hygiene personal pedagang baik, bahwa olahan makanan yang dihasilkan menunjukkan 9
sampel lalapan kol 60 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli dan 6 sampel lalapan kol lainnya 40 ditemukan keberadaan Escherichia coli.
Berdasarkan analisis uji bivariat diperoleh p value 0,002 0.05 sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara hygiene pedagang dengan
Universitas Sumatera Utara
72
keberadaan escherichia coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang tahun 2016. Berdasarkan
tabel diatas diketahui nilai Rasio Prevalen 0,111. Hal ini berarti hygiene pedagang buruk 0,111 kali lebih besar mengalami kontaminasi Escherichia coli dari pada
hygiene pedagang yang baik.
4.3.2 Hubungan Hygiene Sanitasi Tempat dan Makanan dengan
Keberadaan Escherichia Coli pada Kol sebagai Lalapan Ayam Penyet 4.3.2.1 Hubungan Hygiene Sanitasi Tempat dengan Keberadaan Esherichia
Coli pada Kol sebagai Lalapan Ayam Penyet
Hubungan antara hygiene sanitasi tempat dengan Keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai lalapan ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang tahun
2016 dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Hubungan Hygiene Sanitasi Tempat dengan Keberadaan Escherichia
Coli pada kol sebagai Lalapan Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Keberadaan Escherichia
Coli Ada
Tidak Ada Total
Hygiene Sanitasi
Tempat
n n
n p
value Rasio
Prevalen Buruk
20 74,1
7 25,9
27 100
Baik 3
100 3
100 0,030
0,259 Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh informasi bahwa 27 responden
memiliki hygiene sanitasi tempat yang buruk, bahwa olahan makanan yang dihasilkan menunjukan 7 sampel lalapan kol 25,9
tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli dan 20 sampel lalapan kol lainnya 74,1
ditemukan keberadaan Escherichia coli. Sedangkan 3 responden yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
73
hygiene personal pedagang baik, bahwa olahan makanan yang dihasilkan menunjukkan semua sampel lalapan kol 100 tidak ditemukan keberadaan
Escherichia coli. Berdasarkan analisis uji bivariat diperoleh p value 0,030 0.05 sehingga
Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara hygiene sanitasi tempat dengan keberadaan escherichia coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet
pada penjual ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang tahun 2016. Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Rasio Prevalen 0,259. Hal ini berarti
hygiene sanitasi tempat yang buruk 0,259 kali lebih besar mengalami kontaminasi Escherichia coli dari pada hygiene sanitasi tempat yang baik.
4.3.2.2 Hubungan Hygiene
Sanitasi Makanan
dengan Keberadaan
Escherichia Coli pada Kol sebagai Lalapan Ayam Penyet
Hubungan antara hygiene sanitasi makanan dengan keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai lalapan ayam penyet di Kecamatan Medan
Selayang tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini. Tabel 4.12 Hubungan Hygiene Sanitasi Makanan dengan Keberadaan Escherichia
Coli pada kol sebagai Lalapan Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Keberadaan Escherichia
Coli Ada
Tidak Ada Total
Hygiene Sanitasi
Tempat
n n
n p
value Rasio
Prevalen Buruk
18 94,7 1
5,3 19
100 Baik
2 18,2
9 81,8
11 100
0,0001 0,064
Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh informasi bahwa 19 responden memiliki hygiene sanitasi makanan yang buruk, bahwa olahan makanan yang
Universitas Sumatera Utara
74
dihasilkan menunjukan 1 sampel lalapan kol 5,3 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli dan 18 sampel lalapan kol lainnya 94,7 ditemukan
keberadaan Escherichia coli. Sedangkan 11 responden yang memiliki hygiene sanitasi makanan baik, bahwa olahan makanan yang dihasilkan menunjukkan 9
sampel lalapan kol 81,8 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli dan 2 sampel lalapan kol lainnya 18,2 ditemukan keberadaan Escherichia coli.
Berdasarkan analisis uji bivariat diperoleh p value 0,0001 0.05 sehingga Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara hygiene sanitasi makanan
dengan keberadaan escherichia coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang tahun 2016.
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Rasio Prevalen 0,064. Hal ini berarti hygiene sanitasi makanan yang buruk 0,064 kali lebih besar mengalami
kontaminasi Escherichia coli dari pada hygiene sanitasi makanan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Hygiene Pedagang dengan Keberadaan Escherichia Coli
pada Kol sebagai Lalapan Ayam Penyet
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara hygiene pedagang dengan keberadaan Escherichia coli pada kol sebagai menu
lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di Kecamatan Medan Selayang tahun 2016 dengan p value 0,002 0.05 dan nilai Rasio Prevalen 0,111.
Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa 15 responden memiliki hygiene personal pedagang yang buruk, bahwa olahan makanan yang dihasilkan
menunjukan 1 sampel lalapan kol 6,7 tidak ditemukan keberadaan
Escherichia coli dan 14 sampel lalapan kol lainnya 93,3 ditemukan keberadaan Escherichia coli. Sedangkan 15 responden yang memiliki hygiene
personal pedagang baik, bahwa olahan makanan yang dihasilkan menunjukkan 9 sampel lalapan kol 60 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli dan 6
sampel lalapan kol lainnya 40 tidak ditemukan keberadaan Escherichia coli. Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Hygiene
pedagang sangat mempengaruhi keberadaan Escherichia coli pada lalapan kol. Sikap yang baik dan benar serta pengetahuan sangat mempengaruhi mutu kualitas
makanan yang akan dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
76
Salah satu hygiene pedagang yang menjadi faktor yang mempengaruhi adanya keberadaan Escherichia coli pada lalapan kol diantaranya tidak mencuci
tangan pakai sabun. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 4 responden 13,3 yang mencuci tangan pakai sabun saat menjamah makanan , 7 responden 23,3
hanya kadang-kadang mencuci tangan pakai sabun dan 19 responden 63,3 tidak mencuci tangan pakai sabun. Hal ini dapat membuat terjadinya kontaminasi
pada makanan yang ditangani oleh penjamah, seperti menurut Hiasinta 2001 bahwa tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan
virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang
terlibat dalam penanganan makanan. Pencucian tangan, meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan atau
sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan
akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan, dan aliran air akan
menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroba. Sebagian besar pedagang yang menjamah makanan mencuci tangannya tidak menggunakan
sabun dikarenakan tidak tersedianya sabun dan banyaknya pelanggan yang membeli sehingga tidak sempat untuk mencuci tangan.
Faktor lain yang ditemukan adalah tidak menggunakan peralatan saat menyajikan makanan, didapatkan hasil dari penelitian 14 responden 46,7 yang
tidak memakai penjepit makanan atau sendok dalam menyajikan makanan hal ini
Universitas Sumatera Utara
77
dapat mengkontaminasi makanan dengan berpindahnya bakteri dari tangan langsung pada makanan, karena dari hasil pengamatan penjamah yang tidak
menggunakan penjepit makanan atau sendok dalam penyajian makanan menggunakan tangan langsung hanya sebagian kecil pedagang yang
menggunakan plastik untuk melapisi tangan saat menjamah makanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Susanna 2003 yang menyatakan 64
penjamah makanan tidak memakai alat untuk mengambilmemegang makanan. Sentuhan tangan merupakan penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran
makanan. Mikroorganisme yang melekat pada tangan akan berpindah ke dalam makanan dan akan berkembang biak dalam makanan, terutama dalam makanan
jadi. Menurut Moehyi 1992 memegang makanan secara langsung selain tampak tidak etis juga akan mengurangi kepercayaan pelanggan. Jadi, selain untuk
mencegah pencemaran juga tidak sesuai dengan etika jika memegang makanan dengan tangan, lebih-lebih jika hal itu terlihat oleh pelanggan.
Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia 2009 bahwa hygiene perorangan penting karena bagian-bagian tubuh seperti tangan, rambut, hidung, dan mulut
merupakan jalan masuk mikroba untuk mencemari makanan selama penyiapan, pengolahan, dan penyajian melalui sentuhan dan pernapasan. Berdasarkan
penelitian didapatkan bahwa hygiene pedagang 15 responden memiliki hygiene personal pedagang yang buruk hal ini akan berpengaruh pada makanan yang
dihasilkan. Peraturan BPOM 2002 menjelaskan bahwa semua pekerja yang
menjamah makanan diharuskan mencuci tangan dengan air bersih bersuhu 40oC-
Universitas Sumatera Utara
78
49
o
C dengan sabun. Namun dari hasil penelitian 19 responden 63,3 tidak mencuci tangan pakai sabun. Menurut Titin Agustina 2002 sumber kontaminasi
makanan yang paling besar pengaruhnya adalah pekerja sehingga kebersihan pekerja sangat penting dalam menghasilkan makanan yang tidak hanya enak tetapi
juga sehat. Menurut Mukono 2000 semua kegiatan pengolahan makanan harus
terlindungi dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung makanan dengan tubuh dapat dilakukan dengan memakai sarung tangan sekali
pakai, menggunakan penjepit makanan. Untuk menghindari pencemaran terhadap makanan dapat menggunakan aproncelemek, menggunakan tutup rambut, dan
memakai sepatu khusus dapur serta menerapkan perilaku sehat pada karyawan atau tenaga lain selama bekerja dengan tidak merokok, tidak makan atau
mengunyah, tidak memakai perhiasan, selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja, dan selalu memakai pakaian kerja atau pakaian pelindung dengan benar.
5.2 Hubungan Hygiene Sanitasi Tempat dan Makanan dengan