2. Perdagangan Satwa Liar Yang Dilindungi merupakan Tindak Pidana
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Perdagangan satwa liar adalah kegiatan penjualan dan tukar-menukar satwa liar oleh manusia. Satwa liar yang diperdagangkan dapat dalam keadaan
hidup atau mati, berbentuk utuh, bagian-bagian tertentu, atau dalam bentuk barang-barang yang dibuat dari bagian tubuh satwa. Kegiatan ini merupakan
aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam skal lokal, nasionla maupun internsional. Biasanya satwa liar yang diperdagangkan digunakan sebagai cinderamata, hiasan,
obat tradisional cina, hewan peliharaan dan akuarium, makanan, riset biomedis dan pembuatan vaksin, pelengkap bahan industri, salah satu bahan ritual
agamakepercayaan atau tradisi, dan pakaian. Berdasarkan ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahwa semua perbuatan diatas merupaka perbuatan pidana yang dilarang dalam
undang-undang tersebut. Sebagaimana tercantum dalam pasal 21 ayat 2yang telah disebutkan di atas.
Dari ketentuan diatas juga menjelaskan bahwa kejahatan terhadap satwa liar yang dilindungi baik menangkap, melukai, memperdagangkan satwa liar
dalam keadaan hidup ataupun mati meskipun dilakukan masyarakat secara turun temurun tetap dikategorikan sebagai kejahatan. Karena di dalam pasal tersebut
berlaku bagi setiap orang.
Universitas Sumatera Utara
Konsekuensi hukuman atas tindak pidana sesuai pasal tersebut adalah sama, sebagaimana diatur dalam pasal 40 ayat 2, yaitu
58
Melihat rumusan pidana Undang-Undang tersebut diatas, terlihat bahwa konsep pemidanaan yang dianut oleh undang-undang tersebut adalah teori
pembalasan. Teori absolut berpendapat bahwa bahwa hukuman adalah suatu pembalasan, sehingga penjatuhan hukuman merupakan konsekuensi logis dari
suatu kejahatan. :
“Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1 dan ayat 21 ayat 2 serta
Pasal 33 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak 100 juta rupiah”.
59
58
Ibid., hal.172.
59
Raynaldo Sembiring dan Wenni Adzkia, Memberantas Kejahatan Atas Satwa Liar : Refleksi Atas Penegakan Hukum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Jurnal Hukum
Lingkungan Indonesia. Vol. 02 Issue 02, 2015, hal.57.
Jenis sanksi yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tersebut adalah berupa pidana penjara dan pidana denda, pidana
kurungan dan pidana denda, ditambah penyitaan terhadap keseluruhan benda yang diperoleh dan semua alat atau benda yang dipergunakan untu melakukan
perbuatan pidana, dengan pernyataan dirampas untuk negara.
Universitas Sumatera Utara
D. PertanggungJawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana dan Sanksi Pidana
Perdagangan Satwa Liar yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya 1.
Pengertian Pertanggungjawaban Pidana
Dalam menjelaskan arti kesalahan, kemampuan bertanggung jawab dengan singkat diterangkan sebagai keadaan batin orang yang normal, yang sehat.
Dalam KUHP tidak dak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab. Menurut para ahli bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab
harus ada : 1
Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk; yang sesuai hukum dan yang melawan hukum,
2 Kemampuan untuk menentukan kehendak menurut keinsafan tentang baik
dan buruknya perbuatan.
60
Bertanggung jawab atas suatu tindak pidana berarti bahwa yang bersangkutan secara sah dapat dikenakan pidana karena tindakan yang dilakukan
nya itu. Suatu tindak pidana dapat dikenakan secara sah apabila untuk tindakan tersebut telah ada aturannya dalam suatu undang-undang, dan undang-undang itu
berlaku atas tindakan yang telah dilakukannya.
61
Ada tiga macam sistem pertanggung jawaban pidana yang dapat dikategorikan sebagai pertanggung jawaban secara pidana :
62
60
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2008, hal.178-179.
61
Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : Djambatan, 2007, hal.170.
62
Ibid., hal.171.
Universitas Sumatera Utara