c. Pemalsuan jenis satwa dalam dokumen SATSDNLN Surat Angkut
Tumbuhan Satwa Dalam Negeri atau Luar Negeri
Modus yang biasa terjadi adalah adanya perbedaan antara jenis satwa yang tertulis dalam dokumen dengan jenis satwa yang diangkut. Biasanya jenis satwa
yang tertulis adalah jenis satwa yang tidak dlindungi dan satwa yang diangkut adalah jenis satwa yang dilindungi. Berikut adalah gambar pemberitaan di media
terkait modus pemalsuan surat angkut.
50
Seperti yang terjadi di Tanjung Perak Surabaya, Petugas Direktorat Jenderal Bea Cukai menggalkan penyelundupan tiga
kontainer berisi tanaman dan satwa liar yang dilindungi. Tiga kontainer itu berisi Tanduk Rusa asal Papua Cervus Timorensis sebanyak 200 Kg tersimpan dalam
5 karton seberat masing-masing 40 kg. Tanduk rusa itu disembunyikan bercampur dengan 234 karung berisi daun cincau kering. Modus dilakukan dengan dengan
menggunakan dokumen Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Luar Negeri SATS-LN yang tidak sesuai dengan peruntukan. Serta tidak memberitahukan
jenis barang sebenarnya dimana dalam dokumen pengiriman hanya tertulis daun cincau kering.
51
d. Mencampurkan dengan Spesies Yang Mirip
Agar satwa liar yang diperdagangkan dapat dikirimkan pada sang pembeli, seringkali pelaku mencampurkan spesies yang mirip antar spesies yang mirip
antara spesies yang dilindungi dengan yang tidak dilindungi. Contonhya adalah jual beli daging Trenggiling. Dimana yang sudah dibersihkan dan dikemas
bersama-sama dengan daging ikan dengan tujuan untuk mengelabui pemeriksa
50
Ibid., hal.54.
51
http:microsite.viva.co.idprint_detailprinting97698-penyelundupan-tanduk-rusa- berkedok-cincau
diakses pada 3 September 2016 pukul 15.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
barang dan Bea Cukai. Modus ini juga sering digunakan padajenis burung, biasanya si penjual mencampur antar jenis burung yang dilindungi didalam
sangkar burung bersama-sama jenis burung yang tidak dilindungi.
52
e. Keterlibatan Lembaga KonsevasiPenangkaran
Lembaga konservasi atau penagkaran merupakan institusi yang memiliki kewenangan untuk melakukan konservasi, mengembangbiakkan danatau
menyelamatkan dengan tetap mempertahankan kemurnian jenis satwa. Namun sayangnya, institusi ini justru diduga memperjualbelikan satwa liar dilindungi
yang berada dibawah penguasaannya. Di Lembaga Konservasi, biasanya satwa yang diperjual belikan adalah satwa yang baru lahir, bayi satwa tersebut
dilaporkan mati, atau tidak melaporkan jumlah bayi satwa yang sebenarnya, bayi satwa tersebut diperjual belikan. Sedangkan di Lembaga Penagkaran Satwa,
biasanya dalam hal penyediaan induk satwa yang akan dikembangbiakkan, asal induk penangkaran tidak diperoleh melalui prosedur resmi. Selain itu mereka juga
melakukan klaim sebagai hasil penangakaran padahal satwa tersebut diambil langsung dari habitatnya.
53
f. Dengan Menggunakan Ambulance
Modus yang terbaru yang digunakan para pelaku perdagangan satwa liar yang dilindungi adalah dengan menggunakan ambulance sebagai transportasi
pengiriman satwa. Ambulance dipilih karena aman dan kecilnya kemungkinan dilakukannya pemeriksaan oleh aparat penegak hukum. Kasus ini telah terjadi di
Jawa Timur, bahkan pengiriman satwa ke Tanjung Perak, Surabaya, Malang, dan
52
Satuan Tugas Sumber Daya Alam Lintas Negara Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Op. Cit., hal.57.
53
Ibid, hal.59.
Universitas Sumatera Utara
Probolinggo. Ambulance dengan sangat mudah akan membantu pelaku pengiriman satwa liar yang dilindungi karena sesuai Pasal 134 dan Pasal 135
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 mengenai prioritas dan hak kedaraan gawat darurat saat lalu lintas. Sehingga apabila satwa liar yang dilindungi
diangkut menggunakan ambulance kecil kemungkinan akan diberhentikan oleh petugas pengatur lalu lintas.
54
g. Modus dengan menggunakan bus antar kota