d. Lembaga pemasyarakatan sesuai tujuan pemidanaan melakuka
rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana perdagangan satwa liar yang dilindungi.
2.2 Pengertian Sistem Peradilan Pidana
Pada dasarnya, aspek pemidanaan merupakan puncak dari sistem peradilan pidana yaitu dengan dijatuhkan putusan hakim. Sistem peradilan sering diartikan
secara sempit sebagai sistem pengadilan yang menyelenggrakan keadilan atas nama negara atau suatu mekanisme unruk menyelesaikan perkara atau sengketa.
Pengertian tersebut menurut Barda Nawawi Arief merupakan pengertian yang sempit, karena hanya melihat dari segi aspek struktural dan hanya melihat dari
segi aspek kekuasaan mengadilimenyelesaikan perkara. Perlu terlebih dahulu dijelaskan mengenai makna sistem dalam sistem
peradilan pidana tersebut. Menurut Satjipto Rahardjo, sistem adalah sebagai jenis satuan yang mempunyai tatanan tertentu.
25
25
Rocky Marbun, Sistem Peradilan Pidana Indonesia , Malang : Setara Press, 2015, hal.15-16.
Tatanan tertentu ini menunjukkan kepada suatu struktur yang tersusun dari bagian-bagian. Beliau juga memaknai
sistem sebagai suatu rencana, metode atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Mardjono Reksodiputro, bahwa sistem peradilan pidana adalah
sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi maslah kejahatan, menanggulangi disini berarti usaha untuk mengendalikan kejahatan agar berada
dalam batas-batas toleransi masyarakat. Menurut Romli Atmasasmita, sistem peradilan pidana dapat dilihat dari berbagai sudut pendekatan, yaitu antara lain ;
Universitas Sumatera Utara
1. Pendekatan normatif yang memandang keempat aparatur kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan sebagai institusi pelaksana peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga keempat
aparatur tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem penegakan hukum semata-mata;
2. Pendekatan manajemen atau administratif yang memandang keempat
aparatur penegak hukum kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan sebagai suatu organisasi manajemen yang memiliki
mekanismen kerja, baik hubungan yang bersifat horisontal maupun yang bersifat vertikal sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku dalam
organisasi tersebut. Sistem yang digunakan adalah sistem administrasi; 3.
Pendekatan sosial yang memandang keempat aparatur penegak hukum kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem sosial sehingga masyarakat secara keseluruhan ikut bertanggung jawab atas
keberhasilan atau ketidakberhasilan dari keempat aparatur penegak hukum tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Sistem yang dipergunakan adalah
sistem sosial. Ketiga bentuk pendekatan tersebut sekalipun berbeda, tetapi tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan lebih jauh ketiga pendekatan tersebut saling mempengaruhi dalam menetukan tolak ukur keberhasilan dalam menanggulangi
Universitas Sumatera Utara
kejahatan. Sedangkan menurut Remington dan Ohlin bahwa yang dimakksud dengan Criminal Justice System adalah :
26
Dari berbagai pengertian-pengertian terkait dengan istilah Sistem Peradilan Pidana, maka pada dasarnya sudah dapat diketahui tujuan dari Sistem
Peradilan Pidana. Salah satu ahli hukum yang cukup secara jelas dan gamblang menjelaskan tujuan dari Sistem Peradilan Pidana adalah Mardjono Reksodiputro.
Beliau menjelaskan bahwa tujuan dari pembentukan Sistem Peradilan Pidana merupakan suatu upaya suatu upaya untuk penanggulangan dan pengendalian
kejahatan yang terjadi di masyarakat. Mardjono Reksodiputro menjelaskan lebih rinci terkait dengan tujuan dari Sistem Peradilan Pidana sebagai berikut ;
“Sebagai pendekatan sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana sebagai suatu sistem dan merupakan hasil interaksi antara peraturan
perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial.”
27
1. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan
2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas
bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana 3.
Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya.
Sistem Peradilan Pidana yang diserap dalam KUHAP, diberlakukan melalui Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981, menganut sistem Campuran yang
meletakan kerangka landasan penyelenggaraan sistem peradilan dengan mengatur
26
Ibid., hal.18-19.
27
Ibid., hal.31.
Universitas Sumatera Utara
hubungan antar subsistem peradilan. Hal demikian juga dapat dilihat dari penyelenggaraan peradilan pidana secara normatif dapat digambarkan sebagai
berikut : 1.
Tahap Penyelidikan. 2.
Tahap Penyidikan. 3.
Tahap Penuntutan. 4.
Tahap Pemeriksaan disidang peradilan 5.
Tahap upaya Hukum. 6.
Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
3. Pengertian Satwa Liar yang dilindungi