Faktor Ekonomi Maraknya Komunitas Pecinta Satwa

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN SATWA LIAR YANG DILINDUNGI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Satwa Liar yang

Dilindungi Kegiatan perdagangan terhadap satwa liar yang dilindungi tidak terlepas dari adanya faktor yang mempengaruhi pelaku tindak pidana melakukan kegiatan tersebut, beberapa faktor yang penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan satwa liar yang dilindungi adalah sebagai berikut ;

1. Faktor Ekonomi

Di Asia Tenggara banyak spesis satwa liar yang diburu sehingga mengakibatkan satwa tersebut hampir punah. perburuan yang dilakukan para pelaku kejahatan terhadap satwa tersebut di dorong oleh adanya permintaan pasar untuk mengkonsumsi daging satwa liar tersebut. Akses pasar adalah faktor kunci dalam mendapatkan nilai ekonomi dari produk-produk satwa liar, termasuk daging satwa liar tersebut. Pendapatan dari perburuan dan perdagangan satwa liar ini, meskipun banyak diabaikan dalam statistik perdagangan nasional resmi dipercaya memainkan peran penting dalam ekonomi di banyak negara. 30 30 Salah satu sumber permintaan utama produk satwa liar adalah industri pengobatan tradisional Tiongkok. Praktik ini berakar dari 3.000 tahun silam. Namun http:tatavetblog.blogspot.co.id201303daging-satwa-liar-faktor-budaya-sosio.html diakses pada 8 Oktober 2016 pukul 08.00 Wib Universitas Sumatera Utara popularitasnya meningkat beberapa tahun terakhir seiring dengan perbaikan tingkat ekonomi yang dialami oleh Tiongkok dan negara-negara yang memanfaatkan pengobatan Tiongkok. Namun demikian sumber permintaan lain juga mendorong perdagangan satwa atau bagian-bagian tubuh satwa untuk dimanfaatkan sebagai satwa peliharaan, pernak-pernik, cendera mata. 31

2. Maraknya Komunitas Pecinta Satwa

Bermunculan komunitas satwa di berbagai daerah di Indonesia yang mengatasnamakan penyelamatan menjadi pemicu tingginya angka perburuan di Indonesia. Komunitas satwa tersebu memberikan kesempatan kepada para pecinta satwa untuk menjadi anggota, misal komunitas para pecinta elang. Keanggotaan komunitas tersebut mewajibkan setiap anggotanya untuk memiliki minimal satu ekor jenis satwa, maka dapat dibayangkan beberapa ekor satwa liar yang dilindungi yang ada dalam komunitas tersebut. Di komunitas tersebut kerap kali juga ditemukan satwa liar dilindungi hasil perburuan yang langsung diambil dari alam, kemudian dibesarkan oleh komunitas tersebut agar dapat dilatih untuk melakukan atraksi satwa. 32 Maraknya komunitas-komunitas yang mengaku sebagai pecinta satwa kebanyakan adalah mereka yang dari kalangan orang muda seperti pelajar SMA Sekolah Menengah Atas dan Mahasiswa. Telah terjadi perubahan kolektor satwa cenderung usia 40 tahun keatas, orang tua atau pensiunan karena mereka tidak 31 https:www.google.co.idq=faktor+ekonomi+sebagai+faktor+perdagangan+satwa , Proyek Perubahan Untuk Keadilan Changes For Justice Kejahatan Terhadap Satwa Liar Di Indonesia : Penilaian Cepat Terhadap Pengetahuan, Tren, dan Prioritas Saat ini, diakses pada 8 Oktober 2016 32 Satuan Tugas Sumber Daya Alam Lintas Negara Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Panduan Penanganan Perkara Terkait Satwa Liar, Jakarta : Kejaksaan Agung RI, 2014, hal.48. Universitas Sumatera Utara mempunyai aktivitas. Pada kenyataannya fenomena dewasa ini menunjukkan bahwa banyak anak muda dengan bangganya membawa satwa liar dilindungi seperti kukang ke tempat-tempat umum atau tempat para komunitas tersebut melakukan perkumpulan. 33 Masyarakat yang menyebut dirinya pecinta satwa liar namun memelihara, justru tidak memahami aturan kepemilikan satwa tersebut. Para pecinta satwa mengaku menangkarkan satwa yang dimilikinya, faktanya satwa liar yang mereka miliki atau pelihara kebanyakan diperoleh dari pasar gelap atau para pemburu saat satwa tersebut masih bayi. 34

3. Pemanfaatan Satwa Liar Mengatasnamakan Adat Isriadat atau

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN SATWA YANG DILINDUNGI (Studi Putusan Perkara No. 331/Pid.Sus/2011/PN.TK.)

2 15 53

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN SATWA BURUNG YANG DILINDUNGI (STUDI BKSDA LAMPUNG)

14 97 54

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar yang Dilindungi ( Studi Putusan Nomor 1731 Pid.Sus 2015 PN.Medan dan Nomor 124 Pid.Sus 2016 PN.Mdn)

0 0 8

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar yang Dilindungi ( Studi Putusan Nomor 1731 Pid.Sus 2015 PN.Medan dan Nomor 124 Pid.Sus 2016 PN.Mdn)

0 0 1

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar yang Dilindungi ( Studi Putusan Nomor 1731 Pid.Sus 2015 PN.Medan dan Nomor 124 Pid.Sus 2016 PN.Mdn)

0 0 26

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar yang Dilindungi ( Studi Putusan Nomor 1731 Pid.Sus 2015 PN.Medan dan Nomor 124 Pid.Sus 2016 PN.Mdn)

0 0 24

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Satwa Liar yang Dilindungi ( Studi Putusan Nomor 1731 Pid.Sus 2015 PN.Medan dan Nomor 124 Pid.Sus 2016 PN.Mdn)

0 0 3