Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Keaktifan Kader Pengaruh Status Pekerjaan Terhadap Keaktifan Kader

imbalan uang untuk kader yang diketahui bekerja secara sukarela. Kader posyandu harus berpendidikan SLTA ke atas. Notoatmodjo 2005 menyatakan, pengetahuan dan pendidikan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Namun sesuai dengan penelitian Festinger Robbins, 2003, bisa saja terjadi perbedaan antara pendidikan dan perilaku seseorang, yang disebutnya sebagai disonasi kognitif. Berdasarkan pernyataan di atas dapat digambarkan bahwa, pendidikan responden yang baik didukung oleh tingkat pendidikan formal yang tinggi dari para kader, yakni SLTA ke atas, namun terkait dengan keaktifannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu banyak faktor dan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini mempengaruhi tingkat keaktifan kader.

5.3. Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Keaktifan Kader

Hasil penelitian berdasarkan status perkawinan menunjukkan bahwa 36,1 responden sudah menikah, dan sebagian besar yakni berkisar 63,9 responden pada kelompok yang belum menikah, tidak terdapat responden yang berstatus janda dalam penelitian ini.Tentunya responden yang belum menikah tidak mempunyai keterikatan dan kesibukan dalam mengurus rumah tangganya, sehingga banyak memberi waktu luang dalam melakukan kegiatan posyandu, dan dapat memberi kontribusi positif dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat melalui pengabdiannya pada kegiatan posyandu. Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008. USU e-Repository © 2008 Hasil analisa statistik dengan uji regresi linier berganda terdapat nilai p = 0,135 P g 0,05 hal ini diketahui status perkawinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader pada pelaksanaan kegiatan posyandu.

5.4. Pengaruh Status Pekerjaan Terhadap Keaktifan Kader

Hasil penelitian berdasarkan status pekerjaan menunjukkan 37,5 sebagai ibu rumah tangga, 1,4 PNS dan sebagian besar responden pada kelompok yang pekerjaannya tidak tetap, yakni berkisar 61,1. Hasil pengamatan langsung di lapangan, didapatkan bahwa responden yang pekerjaan tidak tetap adalah para kader yang mempunyai pekerjaannya tidak tetap, mereka mau bekerja apa saja dan siapapun yang menyuruh bekerja dengan tidak memperdulikan jenis pekerjaannya, asal dapat membawa pengehasilan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, misalnya menjaga warung, membuat kue pala, membuat anyaman tikar, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Irawati dkk 2000, ciri-ciri kader yang aktif pada pelaksanaan kegiatan posyandu adalah yang mempunyai waktu luang dan pekerjaan tidak tetap, dan kader mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan. Hasil uji regresi berganda terdapat nilai p = 0,612 p g 0,05 hal ini diartikan bahwa status pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader dalam pada pelaksanaan kegiatan posyandu di kecamatan Samadua Aceh Selatan. Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008. USU e-Repository © 2008

5.5. Pengaruh Sikap Terhadap Keaktifan Kader