Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader

kurang dan belum tersedia dapat meminjam dan meminta pada petugas atau membuat sendiri. c. Pembagian tugas diantara sesama kader dan dibantu oleh ibu-ibu lainnya, misalnya: kegiatan sebelum hari H posyandu H + , hari H posyandu, dan sesudah H H-.

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader

Keaktifan kader adalah keterlibatan kader dalam kegiatan kemasyarakatan yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan kader posyandu tersebut dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan posyandu sebagai tugas dan tanggungjawab yang diembankan padanya, kegiatan ini akan berjalan dengan baik bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta adanya tersedia waktu, tempat yang tepat, sesuai dan layak untuk menunjang kegiatan posyandu Depkes RI, 2006. Menurut Martoyo 2000 mengutip pendapat Maslow 1970, menyatakan bahwa sebagian besar perilaku sadar dari manusia berdasarkan adanya motif kebutuhan tertentu. Disebutkan pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan, minum, seks, dan sebagainya. Di atas kebutuhan dasar adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008. USU e-Repository © 2008 akan kedudukan atau status, tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatnya peran serta diri atau pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya akan dimiliki oleh orang yang telah mencapai tingkatan kebutuhan tertinggi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya yang dianggap ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis antara lain adalah penelitian yang dilakukan Anies dan Irawati tahun 2000. Hasil penelitian Anies dan Irawati 2000 yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu” melakukan penelitian di Kecamatan Mianggo Kabupaten Jepara ditemui beberapa masalah dan hambatan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu antara lain sebagai berikut: Kurangnya korodinasi antara tokoh masyarakat, pamong pemerintah, tenaga kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektor yang terkait di luar kesehatan, yaitu sebagai berikut; 1. Tokoh masyarakat pemuka agama belum sepenuhnya berperan aktif 2. Kader yang bersifat tenaga sukarela tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara rutin. 3. Latar belakang pendidikan serta perekonomian kader relatif masih rendah. 4. Kurangnya pembinaan supervisi dari puskesmas dan dinas kesehatan. 5. Buku petunjuk pedoman manual posyandu yang belum tersebar secara merata. 6. Belum ada keserasian jadwal kerja puskesmas dengan kegiatan posyandu. Menurut Anies dan Irawati 2000 di Sukabumi dan Kerawang meneliti pada masyarakat nelayan dan tani sebanyak 67 posyandu, 170 kader, 50 pembina dan Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008. USU e-Repository © 2008 1.234 pengguna posyandu menemukan bahwa ciri-ciri kader aktif adalah sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam setahun dan jumlah kader setiap posyandu 5 orang, layanan yang diharapkan pengguna posyandu agar mendapat PMT untuk balita, kesediaan pengguna memberi imbalan untuk kader yang bekerja secara suka rela, pendidikan kader harus SLTA ke atas. Menurut Razak 2006 dalam penelitiannya di Makasar menemukan bahwa kader posyandu sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai pengalaman menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan, jumlah kader sedikitnya 5 orang, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam setahun, pendidikan SLTA ke atas. Sementara itu pada penelitian yang dilakukan di kelurahan Tegal II Sumatera Utara menemukan ciri-ciri kader aktif adalah : sudah menikah, berpenghasilan, ada sarana dan fasilitas posyandu, adanya pelatihan dan pembinaan dari tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terkait Nurhayati, 1997. Menurut para ahli dan beberapa peneliti tentang kader antara lain Hartono 1978 Sumardilah 1985 di Kebayoran Lama Jakarta menemukan ciri-ciri kader yang aktif adalah : berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan tamat SLTP dan sederajad, mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, dapat mengikuti kegiatan sosial bermasyarakat, inovatif, tinggal di RWRT posyandu berada, mempunyai motivasi yang positif. Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008. USU e-Repository © 2008 Menurut Prayudha 1990 jumlah kendala yang menghadang upaya revitalisasi posyandu diantaranya, kurang kesadaran warga akan arti pentingnya keberadaan posyandu, keterbatasan ketrampilan kader, serta minimnya pendanaan.

2.2.3. Keaktifan dan Pembentukan Kader