tahun, karena pada masa usia muda tersebut kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih bertanggung jawab, dan inovatif dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
Menurut Kartono 2006, pada masa muda yang diartikan sebagai kader mulai menemukan nilai-nilai hidup dalam dirinya, sehingga makin jelaslah
pemahaman tentang keadaan dirinya, mulai bersikap kritis terhadap objek-objek di luar dirinya, ia mampu mengambil sintese antara tanggapan tentang dunia luar
dengan dalam . Secara aktif dan objektif ia melibatkan diri dalam bermacam-macam kegiatan di dunia luar dalam masyarakat sekitarnya. Pada masa ini kader mulailah
mekar sikap hidup yang kritis terhadap dunia sekitar, yang didukung oleh kemantapan kehidupan batinnya. Orang muda berusaha keras dalam melakukan
adaptasi terhadap tuntutan lingkungan hidupnya, misalnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
Hasil analisa statistik dengan uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader
posyandu, dimana p = 0,259 g 0,05.
5.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Keaktifan Kader
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hasil penelitian berdasarkan variabel pendidikan 6,9 responden
berpendidikan SD, 38,9 SLTP, dan sebagian besar berkisar 51,4 responden
Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada kelompok yang berpendidikan SLTA. Tentunya responden sudah mempunyai pendidikan yang memadai dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, sehingga dengan
latar belakang pendidikan yang memadai tersebut responden dapat memberi hasil dan kontribusi yang optimal kepada masyarakat pada pelayanan kesehatan di posyandu.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keaktifan kader, dengan nilai p = 0,621 P
g 0,05. Hal ini menunjukan bahwa perilaku responden dalam meningkatkan keaktifan kader
pada pelaksanaan kegiatan posyandu sangat komplek sekali, tidak semata-mata dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden saja dalam meningkatkan keaktifan
kader pada pelaksanaan kegiatan posyandu di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan.
Sejalan dengan penelitian Haryuni dkk 1997, seorang kader berperilaku tertentu dalam mewujudkan keaktifannya, hal ini disebabkan karena adanya
dukungan motif yang menggerakkan hatinya agar berbuat sesuatu, setiap kader berbeda motifnya tergantung dari latar belakang pendidikan, pengalaman, dan
pengetahuan. Irawati 2000, pada penelitiannya di Sukabumi dan Kerawang menemukan,
kader posyandu harus mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan, sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak ada pergantian kader sedikitnya
dalam setahun, jumlah kader 5 orang, layanan yang diharapkan oleh pengguna posyandu agar mendapatkan PMT untuk balita, dan kesediaan pengguna memberi
Nilawati: Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh selatan, 2008.
USU e-Repository © 2008
imbalan uang untuk kader yang diketahui bekerja secara sukarela. Kader posyandu harus berpendidikan SLTA ke atas.
Notoatmodjo 2005 menyatakan, pengetahuan dan pendidikan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Namun sesuai
dengan penelitian Festinger Robbins, 2003, bisa saja terjadi perbedaan antara pendidikan dan perilaku seseorang, yang disebutnya sebagai disonasi kognitif.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat digambarkan bahwa, pendidikan responden yang baik didukung oleh tingkat pendidikan formal yang tinggi dari para kader, yakni
SLTA ke atas, namun terkait dengan keaktifannya dalam melaksanakan kegiatan posyandu banyak faktor dan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
mempengaruhi tingkat keaktifan kader.
5.3. Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Keaktifan Kader