Keadaan Penduduk Aron Pada Masyarakat Karo ( Konsep Aron pada Masyarakat Sugihen Dalam Bidang Pertanian di Desa Sugihen Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo

Versi kedua hampir sama dengan versi pertama, hanya beda tempat, menurut cerita yang berkembang bahwa istri si Tindang menetas di penaperen yang berasal dari kata naper menetas yang merupakan nama sebuah perladangan yang terdapat di desa ini. Sugihen adalah pendiri desa ini ia bermaga Ginting. Box 2: lahirnya Marga Ginting Dimasa dahulu ada sepasang suami- istri nama sisuami adalah Tindang yang sudah lama menikah namun belum mempunyai keturunan. Suatu ketika tanpa disadari istri Tindang hamil, pada suatu hari pada saat diperjalanan istri si Tindang menjerit merasa kesakitan, tanpa sadar ia telah melahirkan bayi yang berbentuk telur, beberapa hari kemudian telur itu menetaskan sepuluh bayi, sembilan bayi laki-laki, dan satu bayi perempuan. Ketika mereka tumbuh dewasa mereka terpisah satu sama lain. Seiring dengan terpisahnya kesembilan saudara tersebut si Sugihen memilih tetap tinggal di daerah ini dengan mendirikan perladangan. Beberapa lama kemudian ia mendirikan sebuah perkampungan dan menamainya dengan namanya sendiri. Berdasarkan dua versi sejarah Desa Sugihen tersebut maka yang menjadi pemukiman sebelumnya penduduk pada awalnya adalah berada dirumah berneh yang salah satu menjadi pemukiman penduduk pada saat ini. Awalnya hanya beberapa rumah tangga dengan bentuk bangunan rumah adat siwaluh jabu.

2.3. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Sugihen sekitar 815 Jiwa, perempuan 457 jiwa dan laki-laki 358 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sekitar 257 KK. Penduduknya sebagian besar adalah Universitas Sumatera Utara menganut agama Kristen Protestan 80, dan mayoritas yang tinggal di desa ini adalah adalah etnis Karo adapun etnis lain hanya sebagian kecil saja seperti Batak Toba, Simalungun, dan Jawa. Etnis Batak Toba dan Simalungun ini datang ke desa ini karena tugas yang diberikan oleh pemerintah misalnya seperti Manteri yang ditempatkan di desa ini berasal dari Simalungun Yaitu Hotlan Saragih yang sudah tinggal menetap selama sekitar 20 tahun. Sedangkan etnis Jawa datang ke desa ini sebagai buruh tani yang tinggal di ladang warga sebagai penjaga ladang sekaligus sebagai pekerja misalnya merawat jeruk dan cokelat semua keperluan hidup dibiayai oleh pemilik ladang, dan ada juga berdagang, seperti membuka warung nasi kecil-kecilan seperti pecal, mie dan pisang goreng . Selain itu ada juga yang bekerja sebagai karyawan pabrik padi. Dari segi tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Sugihen adalah tamatan SLTA 33,1 , tamat SLTP ada sekitar 140 orang 17,8, tamat SD ada sekitar 230 orang 29,3 dan tidak tamat SD sama sekali ada sekitar 100 orang 12,7 ini biasanya terjadi pada orang tua yang sudah berumur. Selain itu ada juga tamat SLB sekolah luar biasa yaitu satu orang 0,1, sedangkan untuk tamatan perguruan tinggi ada sekitar 55 orang 7, setamat SMU kebanyakan anak memilih mencari kerja di luar desa terutama bagi kaum perempuan dan ada juga memilih tinggal di desa sebagai aron. Bertani merupakan mata pencaharian yang utama bagi penduduk Desa Sugihen 90,9 baik itu di sawah maupun di ladang. Sisanya ada yang bekerja sebagai pegawai perintah ada sekitar 4,1, tenaga honor guru bantu 0,8, wiraswasta sekitar 4,2 dan sebagian tukang bangunan sekitar 0,40.Walaupun pekerjaan utama mereka bukan sebagai petani namun mereka juga mempunyai lahan dan menggunakan tenaga aron. Begitu juga dengan wiraswasta yaitu mereka yang berdagang seperti jual beli padi dan Universitas Sumatera Utara beras atau warga menyebutnya perpage-page. Untuk memperkerjakan sawahnya mereka menggunakan sekelompok aron dan ada juga yang sudah berlangganan dengan perpage- page tersebut. 2.4. Keadaan Geografis 2.4.1. Jenis Tanah