ladang mereka. Hewan yang mereka pelihara adalah juga merupakan sebagai tambahan keluarga disamping menanam padi yang sebagai penghasilan utama. Di areal persawahan
banyak terdapat keong emas yaitu siput yang berwarna keemasan biasanya siput ini diambil oleh warga karena dapat merusak padi dan dijadikan makanan bebek mereka.
Selain keong emas ada juga tredapat belut, sulung-sulung ikan kecil, siput hitam cih gondok, singke, dan cibet sejenis serangga tidak berbisa yang dapat dikonsumsi dan
tikus yang juga sebagai musuh dari petani karena merusak padi dengan memakan batang padi petanai.
Jenis hewan yang terdapat di hutan di sekitar desa adalah jenis-jenis burung perik seperti burung raja wali, perkutut, elang, dan lainnya. Selain itu ada juga monyet,
imbo hampir sama dengan monyet, ular, babi hutan, lobar biawak, dan pedi bentuk badan hampir sama dengan tikus dengan ukuran badan sebesar induk kelinci yang
terdapat dalam pohon bambu.
2.5. Tata Ruang Desa
Desa Sugihen memiliki luas sekitar 975 Ha, jika dilihat dari udara seolah-olah desa ini kelihatan menjadi dua bagian utama yaitu bagian tinggi dan bagian rendah.
Bagian yang tinggi disebut rumah buah dan bagian rendah disebut rumah berneh. Areal hutan atau kerangen terdapat di bagian selatan desa kerangen pamorti. Di bagian timur
desa terdapat perladangan dan juma sabah disebut dengan perjuman kenjulu, sedangkan sebelah utara adalah perjuman kerangen tambak. Selah barat terdapat perjuman sageng
dan kenjahe. Sementara itu, pemukiman berada disebelah Utara desa rumah buah dan selatan desa rumah berneh.
Universitas Sumatera Utara
Ketika memasuki wilayah rumah berneh atau kesain rumah berneh bagian selatan desa terdapat reba kebun disekitar pemukiman yang dimiliki oleh warga desa sendiri,
biasanya mereka menanam tumbuhan seperti sayur mayur untuk mereka sendiri dan biasanya luas reba ini rata-rata sekitar 4x5 meter. Di sekitar reba tersebut terdapat
beberapa rumah penduduk sekitar delapan rumah dan saling berjauhan. Jalan menuju rumah berneh masih jalan batu dan dipinggir jalan terdapat tanaman rumput.
Areal pemukiman penduduk Desa Sugihen baik itu di rumah buah maupun d irumah berneh hampir sama, yaitu memanjang dan berada di sepanjang jalan utama desa.
Rumah warga saling berhadapan antara satu rumah dengan rumah lainnya yang menjadi pembatas adalah jalan utama. Namun pemukiman di rumah berneh terdapat pemukiman
warga yang mengelompok yaitu disekitar losd atau balai desa. Jumlah rumah warga di desa ini mencapai 231 unit. Di desa ini juga terdapat
rumah adat rumah siwaluh jabu sekitar enam unit
16
. Bangunan rumah adat yang terdapat sudah lebih modern
17
Bentuk bangunan rumah warga di desa ini tergolong sederhana rumah papan semi permanen dan semi permanen. Bangunan yang terlihat semi permanen adalah bangunan
rumah yang masih setengah batu dan setengah lagi terbuat dari papan dengan fasilitas atap yang digunakan sudah terbuat dari seng dinding
papan dan berbentuk rumah panggung dan mempunyai kolong atau disebut juga dengan teruh karang. Sebagian penghuni rumah adat ini sudah menggunakan fasilitas yang
cukup memadai seperti TV dan alat masak yang menggunakan listrik seperti rice cooker dan kompor gas elpiji.
16
Dulu rumah adat tersebut dihuni oleh delapan kepla keluarga, namun pada saat sekarang ini tidak menentu ada enam, lima, dan empat kepala keluarga
17
Rumah adat asli atapnya terbuat dari ijuk dinding kayu dan mempunyai ture sejenis teras yang yang berada di depan rumah yang terbuat dari bambu
Universitas Sumatera Utara
yang sederhana. Sementara untuk bangunan yang sudah permanen sebagian besar terdapat di rumah buah yaitu dinding rumah yang sudah beton dan keramik. Rumah yang
sudah permanen ini rata-rata sudah dilengkapi dengan barang-barang elektronik seperti parabola dan peralatan rumah tangga.
Hanya beberapa warga saja yang memiliki pekarangan dengan luas 4x5 meter dan biasanya ditanamai tumbuhan bunga dan sayur seperti ubi kayu yang sekaligus menjadi
pagar rumah mereka. Selain tempat untuk bercocok tanam, warga juga memanfaatkan sebagian pekarangan tersebut menjadi tempat jemuran padi.
Tempat pembuangan sampah masing-masing rumah warga dibuat di belakang rumah dan ada juga di depan rumah mereka. Sementara bagi warga yang tinggal di rumah
siwaluh jabu tidak mempunyai tempat sama biasanya mereka membuangnya ke bawah. Jika hujan datang banyak lalat yang terdapat disekitar rumah siwaluh jabu tersebut karena
sampah yang sudah membusuk. Di rumah berneh terdapat parit dengan lebar 40- 50 cm dengan kedalaman sekitar
60 cm yang mengalir sepanjang pemukiman rumah berneh air parik ini berasal dari pembuangan air sawah warga. Parit ini sudah disemen sejak tahun 2008 kemarin di dalam
parit terdapat sampah seperti pelastik bungkus makanan yang dibuang oleh anak-anak jika hujan datang parit ini akan sumbat yang menyebabkan air parit keluar dan
menggenanggi jalan.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Tata Ruang Hutan, Pertanian, dan Air 2.6.1. Tata Ruang Hutan