Untuk mengolah pekerjaan di sawah warga membentuk kelompok yang disebut dengan aron, bentuk kelompok aron tersebut dibentuk berdasarkan letak sawah
perjuman seperti perjuman kenjulu sebagai lokasi awal yang dijadikan areal persawahan, maka disebut aron perjuma kenjulu. Cara kerja dibuat secara bergiliran pada
saat mengerjakan sawah untuk setiap peserta aron. Setiap peserta harus wajib datang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dalam kelompok aron tersebut dibuat ketua
kelompok sebagai pemimpin yang dapat mengatur kelompok pematang, ketua akan dipilih oleh peserta aron itu sendiri yang dianggap mampu untuk mengatur kelompok
tersebut. Ketua akan menentukan sawah siapa yang harus pertama sekali dikerjakan yaitu dilihat berdasarkan keadaan sawah masing-masing peserta aron.
3.1.3. Kelompok Aron Setelah Bercocok Tanam di Sawah
Seiringnya dengan kemajuan jaman dan pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk desa ini juga mengalami peningkatan, sehingga areal persawahan semakin luas
dan semakin bertambahnya jumlah kelompok aron yang dibentuk. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1952 kelompok aron yang dibentuk bukan berdasarkan letak sawah warga
lagi namun, setiap orang dapat bergabung dengan perjuman yang lain dalam menentukan kelompok aronnya. Jumlah kelompok aron yang ada sekitar delapan kelompok aron
dengan jumlah peserta masing-masing kelompok aron adalah diantara 6-12 orang. Diantara peserta aron tersebut masih ada hubungan keluarga dekat misalnya saudara
sepupu dan ada juga yang tetangga. Pada proses pengolahan sawah dilakukan secara bergiliran untuk setiap peserta aron. Jika peserta tidak dapat datang di sawah salah satu
Tahun 1952-1970
Universitas Sumatera Utara
peserta, maka wajib membayar kepada peserta yang tadi berupa tenaga pada giliran berikutnya. Setiap kelompok aron mempunyai ketua sebagai pematang yaitu yang
mengatur cara kerja kelompok aron tersebut. Setiap peserta harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati bersama dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
kelompok tersebut. Setiap pagi ketua aron akan mendatangi rumah pesertanya satu persatu ngiah-ngiahi.
Jam kerja dimulai pada pukul 07.30 Wib – 18.00 Wib, pada saat pekerjaan belum selesai namun jam kerja sudah habis, peserta aron tidak langsung pulang tetapi
menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai selesai siurup-urup, misalnya pada saat panen harus selesai dalam satu hari untuk menghindari datangnya hujan. Jika pemilik sawah
merasa kekurangan tenaga pemilik sawah tersebut akan meminta bantuan kepada kerabat dekatnya untuk membantu mengerjakan pekerjaan tersebut. Ketika panen telah selesai
pemilik sawah tersebut akan memberikan hasil panennya kepada kerabatnya yaitu berupa beras sebagai tanda terima kasih atas bantuan tenaga yang sudah diberikan. Sebagian
warga juga akan mengadakan pesta kecil-kecilan ketika panen rani semua saudara terdekat akan diundang dan dibuat makan bersama dengan memotong ayam dan
membuat cimpa dan dibagikan kepada peserta aron dan tetangga yang ikut membantu pada saat proses panen berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Box 1: Sejarah Guro-guro Aron
Ketika panen selesai masyarakat desa akan mengadakan suatu
perayaan sebagai tanda raya syukur atas hasil panen yang
diperoleh yang disebut dengan guro-guro aron. Dalam acara
guro-guro aron, muda-mudi akan mengadakan rapat dengan
beberapa orang tua dan penge- tua adat. Dalam rapat tersebut
akan ditentukan kapan dilaksa- nakan, dan apa saja yang perlu
diperlukan dalam acara guro- guro aron tersebut.
Pada proses pengolahan sawah seperti pada saat proses membajak warga menggunakan cangkul yang disebut dengan ergat-gat dengan tujuan untuk membalikkan
lapisan tanah dengan cara mencangkol. Pekerjaan ergat-ergat dikerjakan oleh kaum laki- laki dan kaum perempuan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pekerjaan ergat-
gat tersebut sebanyak delapan atau sembilan orang. Selain itu, sebagian ada juga yang menggunakan tenaga hewan yaitu kerbau yang disebut dengan istilah ngerbo. Jumlah
kerbau yang dibutuhkan sebanyak 10-15 ekor kerbau sada permakanen.
Guro-guro aron artinya adalah pesta muda-mudi yang terdiri dari kata guro-guro yaitu hburan atau
pesta sedagkan aron adalah kelompok muda-mudi. Acara dilaksanakan oleh muda-mudi atau singuda-
nguda –anak perana, perayaan ini dilaksanakan pada saat setelah panen selesai sebagai ucapan
syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas hasil panen diperoleh. Pesta guro-guro aron tersebut
dilaksanakan pada bulan delapan. Dalam pelaksanaan pesta tersebut keluarga akan diundang
baik keluarga jauh maupun dekat, untuk memeriahkan acara tersebut muda-mudi akan
membuat hiburan berupa tarian dan penyanyi yang disebut dengan permanga-mangga pada saat ini
disebut dengan perkolong-kolong. Selain itu akan dipotong lembu atau sapi sebagai ucapan syukur
tanda riah ukur dan dilakukan makan bersama dengan keluarga dan hidangan lain seperti cimpa
sejenis makanandan rires lemang. Pada pelaksanaan gendang tersebut tempat duduk
masing-masing aron berbeda, mereka duduk berdasarkan marga masing-masing baik laki-laki
maupun perempuan. Untuk laki-laki disebut dengan bapa aron sedangkan untuk perempuan disebut
dengan nande aron. Ketika menari ada aturanya yaitu yang pertama menari pengulu kuta pendiri
desa, kelompok kalimbubu kuta, dan anak beru kuta. Kedua menari landek pulu aron dan nande
aron yang menjadi pulu aron adalah bermarga ginting dan menjadi kemberahen adalah beru tarigan
berdasarkan sejarah berdirinya desa ini. Selanjutnya menari secara bergiliran berdasarkan marga yang
ada di desa ini yaitu diawali dari marga ginting, tarigan, sembiring, perangin-angin, dan karo-karo.
Sebelum acara menari dimulai pengulu kuta akan memberikan kata sambutan untuk atas
terlaksananya acara tersebut dan hasil panen yang didapat mbuah page. Pengulu Kepala desa akan
menghamburkan beras kepada penonton menandakan sukacita atas hasil panen yang
diperoleh. Sebelum acara selesai aron singuda- nguda anak perana akan membagikan cimpa lapet
kepada penonton dan akhir acara adalah menari bersama. Biasa setelah selesai gendang tersebut
ada beberapa diantara singuda-nguda anak perana tersebut akan menikah erjabu karena sudah saling
cocok terlebih saat aktivitas aron berlangsung di juma aron sering ketemu dan bertukar pikiran satu
sama lain.
Universitas Sumatera Utara
Seiring kemajuan jaman, jumlah penduduk Desa Sugihen semakin bertambah yaitu menjadi 100 KK. Areal persawahan semakin luas yaitu 422 ha seluas areal
persawahan sekarang sehingga membutuhkan tenaga yang banyak untuk mengerjakan pekerjaan di sawah. Jumlah kelompok aron yang terdapat adalah sekitar 20 kelompok
aron. Dalam pembentukan kelompok aron setiap orang berhak menentukan siapa peserta aronnya sendiri. Jam kerja dimulai pada pukul 8.00 Wib – Pukul 18.00 Wib, pembagian
kerja dilakukan berdasarkan jenis pekerjaan misalnya pada saat panen pekerjaan laki-laki adalah mengangkat kumpulan-kumpulan padi yang sudah selesai dipotong raden. Pada
saat ini tahun 1980 masyarakat sudah menggunakan uang dalam membayar tenaga aron, bagi peserta aron yang tidak dapat datang pada waktu proses bekerja, maka ia
membayar dengan uang kepada peserta aronya tersebut sesuai dengan gaji aron satu hari, gaji aron pada saat itu adalah Rp. 5000 sehari. Pada saat pekerjaan di sawah masing-
masing peserta kosong, kelompok aron tersebut akan bekerja di sawah orang lain yang membutuhkan tenaga kerja. Pemilik sawah akan menanyakannya kepada ketua aron. Gaji
yang akan diterima juga akan diberikan kepada ketua aron selanjutnya ketua aron yang akan membagikan kepada peserta lainnya. Makanan dan minuman sudah disediakan oleh
pemilik sawah untuk makan siang namun sayur ditanggung oleh peserta aron. Awal tahun 1980- awal tahun 1990
Pada awal tahun 1990 jumlah kelompok aron yang terdapat dalam aktivitas pertanian adalah 15 kelompok aron, jumlah pesertanya tidak menentu sebagian jumlah
peserta ada sekitar 9 orang, dan ada juga 10 orang. Jam kerja dimulai pada pukul 9.00 Wib- 17.30 Wib, gaji aron untuk satu orang adalah sebesar Rp. 7000 hari. Gaji akan
Tahun 1990- awal tahun 1998
Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada ketua aron selanjutnya ketua akan membagikan kepada anggotanya. Pada proses pengolahan sawah sebagian warga sudah menggunakan alat modern seperti
mesin alat pemisah batang padi dengan buah yang disebut dengan mesin pengangin oleh warga desa, jadi tidak mengharapkan tenaga angin untuk membersihkan padi tersebut.
Untuk membawa padi kerumah sebagian warga sudah menggunakan mobil seperti perjuman kenjulu dan perjuman kerangen tambak sudah dapat dilalui oleh mobil, cukup
dengan memberikan bayaran padi sudah langsung dibawa ke rumah, pada saat itu upah untuk membawa padi kerumah sebesar Rp.10.000, bisa juga dibayar dengan padi yaitu
sada pelgan yaitu dua kaleng padi dua ayan. Bagi perjuman sabah areal persawahan warga yang belum dapat dilalui mobil seperti perjuman taneh mate untuk membawa hasil
panen kerumah adalah dengan menggunakan pedati gereta lembu karena jalan menuju perjuman tersebut jalan tanah yang berlumpur dan sempit susah dilalui mobil, upah
membawa padi dengan menggunakan pedati gereta lembu adalah dua pelgan page yaitu empat kaleng padi satu pelgan harga padi sebesar Rp.15.000.
Pada tahun 1998 sebagian para petani sudah mesin untuk membajak sawah yang disebut dengan jetor, membajak dengan menggunakan jetor jumlah pekerja cukup satu
orang. Upah menggunakan jetor dalam satu hari adalah sebesar Rp. 50.000, menggunakan jetor sawah seluas ½ ha dapat terselesaikan. Jumlah kelompok aron yang
terdapat adalah sebanyak 10 kelompok aron dengan jumlah peserta yang tidak menentu. Gaji aron untuk satu hari adalah sebesar Rp. 10.000 hari, ketika pekerjaan belum selesai
dikerjakan pemilik sawah akan meminta kepada aron menyelesaikan ngelembor Awal tahun 1998- akhir tahun 2002
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan tersebut dengan menambah upah aron tambahan gaji tersebut dihitung per jam berdasarkan gaji satu hari dan waktu bekerja. Pada saat panen sebagian warga sudah
menggunakan comben untuk memisahkan padi dari batang atau maspas dengan menggunakan bambu dan pelepah kelapa salodang talah. Menggunakan comben
membutuhkan tiga orang pekerja yaitu satu orang mengambil potongan-potongan padi, satu memasukkan kedalam mesin dan satu orang lagi mengumpulkan padi yang sudah
selesai dibersihkan.
Awal tahun tahun 2003 sebagian warga sudah menggunakan mesin babat untuk proses pengolahan sawah yaitu pada membersihkan dinding sawah atau napsapi.
Pekerjaan napsapi membutuhkan delapan orang dengan upah sebesar Rp.18.000 hari untuk satu orang. Dengan menggunakan mesin babat membutuhkan biaya sebesar Rp.
40.000hari pekerjaan napsapi dengan menggunakan mesin cukup satu orang saja. Pada tahun ini 2003 adalah merupakan masa-masa sulit bagi warga Desa Sugihen dimana,
sebagian besar petani mengalami gagal panen, sementara biaya perawatan bertani mahal, harga tanaman murah, padi yang diserang penyakit tidak sebanding dengan harga padi.
Jenis padi yang ditanam warga pada waktu itu adalah jenis padi lokal yaitu page cantik manis, yang mempunyai masa panen sekitar tiga bulan.
Awal tahun 2003- tahun 2009
Pada tahun 2009 jumlah kelompok aron yang terdapat sebanyak lima kelompok aron, dengan jumlah peserta aron yang tidak menentu. Jam kerja dimulai dari 10.10
Wib- 16.30 Wib. Pembagian kerja dilakukan berdasarkan jenis pekerjaan, sedangkan pembagian gaji diterima oleh masing-masing peserta, gaji aron adalah Rp. 25.000hari.
Setiap orang berhak untuk menentukan siapa kelompok aronnya.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Tahap-tahap Pengolahan Sawah