Bebarapa Hal Pemicu Perubahan Konsep Aron pada Masyarakat Sugihen

sampai sore duam jam lima puluh menit dan siang sampai sore sekitar tiga jam jam jadi dalam satu hari setiap kelompok aron waktu bekerja ada sekitar lima jam lima puluh menit. Dalam hal pembagian kerja dalam proses pengolahan sawah jumlah peserta laki- laki hanya terlihat dalam beberapa proses seperti dalam hal memotong nabi dan mengangkat kumpulan-kumpulan padi tersebut singangkat. Pada proses pembagian gaji Pada proses pembagian gaji masing-masing peserta aron akan menerima langsung upah mereka dari pemilik sawah. Pada pelaksanaan aron berlangsung pemilik ladang puja juma akan menyediakan makanan dan minuman untuk peserta aron, adapun makanan yang disediakan oleh pemilik sawah adalah berupa nasi, sayur, ikan, dan roti pada saat proses menanam, pemilik sawah akan membagikan kepada masing-masing peserta aron. Sedangkan untuk minuman pemilik sawah akan menyediakan air putih sedangkan teh manis hanya pada saat panen saja nabi. Dalam menentukan peserta aron setiap orang berhak menentukan siapa saja yang mau menjadi anggotanya, tidak ada sangsi dalam pelaksanaan aktivitas aron.

4.4. Bebarapa Hal Pemicu Perubahan Konsep Aron pada Masyarakat Sugihen

Untuk mempelajari suatu perubahan yang terjadi dalam masyarakat maka perlu diketahui sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya perubahan –perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam apa sebabnya dapat terjadi perubahan dalam masyarakat, maka pada umumnya dapat dikatakan bahwa yang diubah mungkin dengan sadar, mungkin juga dengan tidak sadar oleh masyarkat adalah sesuatu yang dianggap tidak memuaskan lagi adanya. Adapun sebabnya masyarakat merasa tidak puas lagi pada suatu faktor Universitas Sumatera Utara mungkin karena faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang ada itu. Mungkin itu juga masyarakat mengadakan perubahan itu karena terpaksa untuk menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu Soekanto, 1987: 299. Sejalan dengan itu bahwa terjadinya perubahan cara pengerahan tenaga tambahan dalam aktivitas bercocok tanam pada masyarakat Sugihen dari aron menjadi aron singemo buruh tani ari-ari, mborong, sinongkah yang sudah mengenal uang dan segala sesuatu pekerjaan dapat digantikan dengan uang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal pemicu antara lain yaitu dengan masuknya teknologi baru dan meningkatnya kebutuhan hidup. Pada awal tahun 2000 yang lalu beberapa orang dari masyarakat Sugihen sudah memiliki dan menggunakan peralatan modern masuknya teknologi baru dalam pengolahan ladang baik itu di sawah maupun di ladang antara lain adalah jetor mesin pengolah tanah, comben alat pemisah batang padi, mesin babat rumput, dan traktor untuk menggemburkan tanah pada menanam jagung. Pemilik mesin atau pun alat-alat modern tersebut akan menyewakan kepada setiap masyarakat, karena dengan memakai alat tersebut misalnya comben alat pemisah batang padi akan lebih mudah dan cepat serta tidak dapat menghemat biaya. Oleh karena itu jauh lebih mudah dan murah untuk menyewa tenaga bantuan dengan sistem upah dari pada melaksanakan adat lama yang penuh dengan tata cara yang banyak peraturannya. Biaya yang diperlukan pada adat pengerahan tenaga tani secara tradisional biasanya adalah untuk menjamu para tetangga ataupun kerabat dekat yang datang untuk membantu ataupun sisampat-sampaten atau siurup-urupen. Biaya itu kadang-kadang Universitas Sumatera Utara sangat tinggi karena tidak jarang ada unsur “gengsi” dalam menjamu para kerabat yang terdekat tersebut. Pada saat sekarang ini cara seperti sudah dianggap semakin kurang praktis karena sangat merepotkan petani tuan rumah atau pemilik sawah dalam menyediakan makanan dan minuman dengan biaya yang lebih tinggi. Dengan menggunakan alat modern seperti comben tidak memerlukan banyak tenaga pekerja cukup tiga orang saja, oleh karena itu pemilik sawah atau pun tuan rumah cukup menyediakan makanan dan minuman untuk tiga orang saja. Selain itu, alat modern yang sudah digunakan masyarakat adalah jetor yaitu alat pengolah tanah atau untuk membajak sawah. Dengan menggunakan mesin bajak tersebut pekerjaan akan lebih mudah dan cepat selesai. Menggunakan jetor hanya membutuhkan satu orang saja untuk mengerjakan sawah tersebut. Selain sudah menggunakan comben dan jetor masyarakat Sugihen sudah menggunakan alat mesin babat mesin pembabat, mesin babat tersebut digunakan untuk memotong rumput pada saat padi sedang menyiangi, maka pematang sawah tersebut akan dibersihkan dengan menggunakan babat tersebut. Menggunakan mesin babat tersebut pekerjaan lebih mudah dan praktis, tenaga kerja yang diperlukan cukup satu orang . Dengan masuknya teknologi modern ke dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Perubahan tersebut semula tidaklah akan jauh melampaui dugaan manusia dan tujuan manusia yakni tercapinya kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Namun lama kelamaan kemajuan teknologi yang merupakan hasil buatan itu membawa efek samping yang timbul di dalam masyarakat, misalnya dengan semakin berkurangna rasa kebersamaan yang terlihat dari makin longgarnya nilai tolong-menolong menuju munculnya sifat yang individual. Universitas Sumatera Utara Selain masuknya teknologi yang menyebabkan masyarakat lebih condong menggunakan tenaga upah adalah adanya keterbukaan hubungan dengan daerah lain, membuat mobilitas penduduk desa ini cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan frekwensi hubungan sosial ekonomi desa dan kota yang memperluas pengetahuan masyarakat tentang cara-cara yang lebih praktis dalam aktivitas pertanian yang diterapkan di desa ini. Keadaan ini semakin membuat ikatan-ikatan kekerabatan melonggar karena perasaan senasip diantara ikatan-ikatan kekerabatan melonggar karena perasaan senasip diantara warga juga sudah semakin berkurang yang kemudian memunculkan perasaan individualis semakin tampak sehingga timbullah perubahan- perubahan dalam kebudayaan masyarakat dalam hal tolong-menolong sisaron-saron pada bidang pertanian tidak murni lagi dilakukan, tetapi segala sesuatunya telah dipertimbangkan dengan uang. Penilaian masyarakat terhadap upah dan kerja pun sudah berbeda, kalau dulu masih sangat mudah untuk mengerahkan orang-orang untuk diajak kerja tanpa upah karena masyarakat masih memandang bahwa hidup kemasyarakatan adalah hidup sebagai anggota kelompok yang didasari perasaan saling mengikat dan saling memiliki dan nilai tingkah lakupun merupakan nilai yang dikembangkan bersama selama bertahun-tahun dalam kebersamaan dan wajib dijunjung tinggi. Sehingga kalau diminta untuk bekerja bersama tanpa upah dianggap mencerminkan nilai kesukuan yang berharga. Disamping itu, tanpa upah pun dengan rela masyarakat itu memberi bantuan kerja demi memperoleh hubungan kemasyarakatan dengan orang lain, dengan melakukan tolong-menolong seseorang dinaggap akan memperoleh nilai sosial tersendiri dan nilai kemasyarakatan yang tinggi. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh James Scott 1989:4 menyebutkan bahwa masyarakat petani, yang subsisten melaksanakan peraturan sosial yaitu dengan memakai pola-pola resiprositas atau saling tolong-menolong dalam pekerjaan, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak terelakkan yang mungkin dialami satu keluarga petani dan yang tanpa pengaturan-pengaturan itu dapat mengakibatkan keluarga itu jatuh ke bawah tingkat subsisten. Tetapi pada masa sekarang ini, pandangan manusia telah berubah. Sangat sukar mengerahkan tenaga orang untuk bekerja tanpa upah. Sebab kerja tanpa upah bukan lagi kerja kemasyarakatan. Hal ini disebabkan oleh pandangan manusia terhadap upah dan kerja terhadap berubah dan kerja telah berubah. Manusia telah menganggap bahwa uang adalah sesuatu yang harus didapatkan supaya bisa hidup, tidak bisa lagi hanya mengandalkan hubungan kekerabatan agar orang lain bersedia menolong. Tetapi harus berpikiran yang lebih rasional, bahwa segalanya sudah dapat dibeli dengan uang termasuk tenaga kalau menginginkan tenaga kerja, lebih cepat dapat kalau sudah diiming-imingkan dengan uang dari pada hanya mengharapkan bantuan tenaga dari keluarga. Sikap dan pandangan masyarakat pun tidak seutuh pandangan manusia masa lalu lagi. Hal pemicu yang mendorong terjadinya perubahan konsep aron pada masyarakat Desa Sugihen adalah faktor ekonomi, meningkatnya kebutuhan hidup. Sebagian besar masyarakat Sugihen pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani sawah dan menanam tanaman lain seperti jagung, dan sayur-sayuran sebagai tambahan. Dengan demikian kehidupan keluarga petani di desa ini selalu dipenuhi oleh kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian tersebut, mereka lakukan di lahan pertanian rata-rata seluas 1 Ha baik milik sendiri maupun sewaan. Dari lahan yang seluas 1 Ha para petani menggantungkan Universitas Sumatera Utara nasipnya dari hasil pertanian, para petani harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan disamping itu mereka juga harus menyisihkan kebutuhan untuk pertanian. Kebutuhan keluarga yang dimaksud sini adalah untuk kebutuhan sehai-hari yaitu kebutuhan dapur dan keperluan anak sekolah. Begitu juga dengan biaya perawatan untuk pertanian yaitu bercocok tanam padi dan jagung. Biaya untuk perawatan bercocok tanam antara lain yaitu pupuk, dan obat semprot untuk mencegah hama supaya nantinya buah padi dapat hasil yang bagus dan banyak. Oleh karena itu dengan untuk memenuhi kebutuhan tersebut kebanyakan masyarakat Sugihen memilih untuk menjadi singemo tenaga upah karena dengan ngemo gaji yang diperoleh dari pemilik ladang diterima secara perorangan . Sehingga gaji tersebut dapat dipergunakan langsung untuk kebutuhan hidup dibandingkan dengan mengikuti tradisi lama yaitu melakukan aron yang mempunyai banyak peraturan yang harus dilakukan dan tanggung jawab dalam kelompok tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan