meninggal dunia,WD terkena HIVAIDS melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian, menurut pengakuannya WD
menjadi pecandu sejak tahun 1994 rentang waktu kurang 9 tahun WD mengalami kondisi yang buruk dalam kesehatannya sampai
akhirnya divonis mengidap HIVAIDS. Saat ini WD bekerja sebagai konselor adiksi di Puskesmas untuk menghidupi kedua
anaknya.
2. Informan WN Riwayatnya
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : Ojeg
Gambaran Fisik : kondisi badan kurus, dengan bola mata yang selalu nampak besar, kulit sawo matang dan
rambut lurus
8
. Gambaran Psikis : walaupun sebagai mantan pecandu WN terlihat
cukup responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
9
.
a. Riwayat ODHA
Latar belakang perilaku informan WN yang pada akhirnya menjerumuskan pada Putaw, dimulai pada saat SMP
informan sudah mulai mencoba-coba memakai pil BK dan ganja yang bisa di dapat dalam harga Rp. 2.500,- per 5 butir pil
8
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
9
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
BK dan Rp. 3.000,- untuk sekitar 1 lembar yang telah dikeringkan, cara mendapatkannya adalah dengan membeli
secara diam-diam kepada seorang janda yang menjualnya dirumahnya. Dalam hal ini informan mengakui untuk dapat
mendapatkan uangnya dalam membeli barang tersebut adalah dengan mengumpulkan uang sekolahnya sendiri dan sesekali
mengambil uang dicelengan ibunya dan kemudian diganti kembali olehnya.
“waktu SMP saya udah mulai pil BK dan ganja mas, itu karena ada temen yang kasih tau, abis nyobain itu pil rasanya
enak, badan enteng jadi saya ikut-ikutan, belinya itu dirumah janda yang depannya dibuat warung kelontong tapi kalau mau
beli langsung masuk aja kedalem rumahnya, waktu itu harganya pil BK Rp. 2.500,- per 5 butir dan Rp. 3.000,-.”
10
Informan terinfeksi virus HIV pada tahun 2007 akses utamanya adalah penggunaan jarum suntik secara bergantian
bagi sesama pecandu Putaw, awal pemakaiannya adalah saat kelas 2 SMK, pada waktu itu WN berkumpul bareng dengan
temannya untuk pertama kali mencoba Putaw. “dari kelas 2 SMK saya udah pakai Putaw, jadi
pertama kali itu temen-temen saya beli paketan, saya gak tau berapa harganya, nah gak taunya yang biasa belinya tiga, ini
jadi beli 4, saya dikasih 1 deh tuh, akhirnya saya coba dan pada akhirnya terus sampe tahun 2000, saya berhenti karena
pertama mau nikah sama pacar saya, disisi lain pada tahun itu saya pernah ditangkep sama polisi.”
11
10
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
11
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
WN yang mengaku lulusan SMK ini sebelumnya pernah bekerja sebagai penarik bajaj di kawasan tempat
tinggalnya, menteng dalam Jakarta pusat. Selama menjadi pecandu WN pernah melakukan aksi penodongan di angkutan
umum selama kurang lebih 2 tahun. “Waktu itu saya pernah ngerampok juga di angkutan
umum untuk nyari duit bakal beli Putaw, saya janjian saya temen saya naik angkot jurusan mana, dari 3 orang 1 didepan
dan 2 dibelakang tuh, korbannya saya lihat dia orang ada nih, yaudah saat sepi kita pepet ke pojok, modusnya sendiri kita
pura-pura ngelabrak korban, kaya dia yang nabrak ade saya, atau dia yang malak ade saya, pokoknya kita pojokin sampe
kita minta kasih tau KTP nya, sambil ngancem pakai beceng juga kita waktu itu buat bikin takut aja, hehehe kalau nyakitin
kita mah gak berani, saat korban ngeluarin KTP baru kita rampas, supir angkot pun gak berani kalau kita lagi kaya gitu.
Saya kurang lebih 2 tahun ngelakuin hal itu diangkutan umum, tapi selama 2 tahun gak sering, 2 tahun itu bisa dihitunglah, 2
sampai 3 kali, kalo kita udah kepepet banget baru deh.”
12
Informan sendiri menjadi pecandu Putaw sejak tahun 1997 sampai dengan 2000, menurut pengakuannya tujuh tahun
kemudian baru terlihat gejala bahwa informan terkena HIV setelah menikah dan itu pun pada saat sang istri masuk rumah
sakit dan yang terindikasi awal adalah istri WN. “iya, saya tahu klo saya terkena HIVAIDS itu dari pas
istri saya masuk rumah sakit, terus di ambil darah, nah hasilnya positif, tapi saya cuek aja, saya fikir urusan kematian
itu ada ditangan Allah, gitu aja saya mah.”
13
Informan yang mempunyai 2 orang anak dari istrinya mengaku bahwa kedua anaknya negatif virus HIV.
12
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 4 Agustus 2011
13
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
“Alhamdulillah banget dua anak saya negatif virus HIV, jadi pas tahu itu istri saya shock banget klo dia kena HIV
dan gak dikasih izin oleh dokter untuk nyusuin, dan waktu itu pun saya juga divonis terinfeksi HIV juga, nah udah gitu
karena saya masa bodo apa itu HIV, balik lagi klo urusan maut ada di tangan Allah jadi saya ngerasa biasa aja, tapi istri saya
kelihatannya shock tuh soalnya saya bukannya support, atau cari tau jenis penyakit apa HIV itu gimana obatnya, tapi
sayanya cuek-cuek aja, akhirnya pelan-pelan saya cari-cari info nah ketemu lah YPI ini, itu sekitar pertengahan tahun
2004.”
14
Menurut pengakuan informan kondisi sosialnya tidak cukup terganggu akibat statusnya sebagai ODHA karena yang
bersangkutan memutuskan untuk menutup status ODHAnya di lingkungan
tempat tinggalnya
karena takut
akan keberlangsungan sosialisasi anaknya. Selain itu WN dan
istrinya hanya membuka status kepada keluarga terdekatnya. “untuk status saya, saya gak buka di lingkungan tempat
tinggal rumah, kenapa? Karena saya takut kalo nanti ada yang tahu anak-anak saya yang jadi korban, diolok-olok temen
sebayanya atau dicap negatif sama tetangga itu yang saya jaga. Kalau untuk keluarga sendiri waktu buka status saya
ODHA pun gak mudah mas, jadi saya minta tolong sama kakak perempuan saya yang kebetulan anak pertama. Jadi, dulu
kakak itu saya kasih buku-buku tentang HIV dan saya suruh baca, 1 bulan kemudian saya kasih lagi buku HIV yang agak
tebelan, baru deh selang beberapa hari saya omongin semuanya, kalau saya HIV dan minta persetujuan apakah saya
buka status di keluarga atau enggak.”
15
WN yang saat ini bekerja sebagai tukang ojek dan menjadi surveyor di sebuah LSM yang bergerak dalam bidang
pencegahan HIVAIDS, mampu untuk memenuhi kondisi
14
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
15
Wawancara dengan informan WN pada tanggal 13 Juli 2011
ekonomi keluarganya terutama anak-anaknya yang negatif dari virus HIVAIDS tersebut.
WN ODHA laki-laki yang terinfeksi virus HIV karena menjadi pecandu putaw sebelumnya tidak mengetahui kondisi
seorang pecandu putaw yang share jarum suntik bisa terkena HIVAIDS, WN pun mengetahui saat istrinya yang masuk
rumah sakit dan diperiksa darah dan ternyata terkena dari hubungan seksual dengan WN yang notabene seorang mantan
pecandu putaw. Dari keempat sumber data yang peneliti wawancarai
seputar latar belakang mereka terinfeksi HIV dan bagaimana dengan status barunya sebagai ODHA, serta terkait erat dengan
pemberian program terapi kreatif yang diberikan YPI sebagai dukungan kepada ODHA. Berikut adalah penjabaran mengenai
proses pemberian terapi kreatif dan manfaat yang telah ODHA terima setelah mengikuti terapi kreatif tersebut.
3. Proses Pemberian Terapi Menyulam