Gambaran Psikis : Informan terlihat cuek dan saklek dari segi
bicaranya dan terdapat tahi lalat di dagunya
37
.
a. Riwayat ODHA
Informan P merupakan single parent dengan mempunyai 1 anak
yang negatif
dari virus
HIVAIDS, menurut
pengakuannya informan terkena HIV dari suaminya yang pecandu narkoba. Informan “P” mengetahui bahwa suaminya
adalah mantan pecandu Putaw, P pernah memergoki suaminya sedang memakai barang tersebut.
“udah tahu, orang pernah mergokin dia lagi make gitu, sampai yang ribut gitu, terus dipatah-patahin jarumnya, saya
buang-buangin aja.”
38
P menikah dengan suaminya setelah percaya suaminya berhenti sebagai pecandu setelah 5 tahun, lalu menikah pada
tahun 2000 Setelah menikah dan mempunyai anak 1, setelah itu pada tahun 2007 sang suami lebih sering sakit-sakitan dan
akhirnya meninggal dunia setelah diketahui positif HIV. Menurut pengakuan informan kronologis semenjak 2006
sampai 2007 kondisi suaminya sudah mulai menurun drastis sampai akhirnya meninggal dunia.
“nah tahun 2007 drop lagi, malah makin parah kondisinya makin buruk sampe yang gak bisa ngapa-ngapain,
gak bisa makan, apa-apa ditempat tidur, itu belum tahu
37
Observasi pada tanggal 11 Juli 2011
38
Wawancara dengan informan WD pada tanggal 13 Juli 2011
sakitnya apa karena diagnosa awal di-rontgen ada TB nya, tapi gak ada perbaikan setelah terapi TB selama 1 tahun
setengah, akhirnya tahun 2007 bulan April ada dokter konseling di RS. Koja ditanya deh tuh latar belakangnya dan
suami saya di tes darah juga, dan dikasih tahu bahwa suami saya terkena HIV, nah HIV itu tertular bisa lewat hubungan
seksual, akhirnya saya dianjurkan tes darah untuk meyakinkan hasil diagnosa juga dan hasilnya positif.”
39
Untuk informasi HIV sendiri P merasa sangat awam, dan tidak mengetahui HIV itu apa. Seperti tidak percaya
dengan hasilnya karena menurutnya HIV itu hanya dapat diderita oleh orang-orang yang suka berhubungan seks secara
ganti-ganti pasangan, seperti PSK ataupun homoseksual. “waktu itu saya awam banget HIV itu apa, yang saya
tahu HIV itu diderita oleh PSK-PSK yang gitu deh, atau laki- laki yang suka “jajan” atau pun yang suka hubungan sesama
jenis, sama sekali gak tahu kalau mantan junkies bisa kena HIV, bener-bener gak kefikiran kesitu.”
40
Setelah hasil test darah tersebut Informan P juga harus menerima kenyataan bahwa dirinya positif HIV. Dan menurut
pengakuannya kondisinya sangat rapuh pada saat itu. Pada saat suami dirawat kurang lebih 2 bulan kondisi ekonomi keluarga
P tidak stabil, bahkan P sempat menjadi buruh di wilayah KBN cakung, Jakarta Timur.
“semenjak suami sakit juga gak ada pemasukan sama sekali, saya sampe kerja sampai larut malem, jadi buruh
pabrik borongan di KBN cakung itu saya ikut-ikut orang.”
41
39
Wawancara dengan informan P pada tanggal 28 Juli 2011
40
Wawancara dengan informan P pada tanggal 13 Juli 2011
41
Wawancara dengan informan P pada tanggal 28 Juli 2011
Untuk statusnya sebagai ODHA hingga saat ini yang bersangkutan masih menutupinya dimata masyarakat. Informan
P mulai mencari informasi terkait HIV setelah dirinya mengetahui bahwa P positif HIV. Pertemuan dengan YPI
bermula pada tahun 2004 melalui rekomendasi dokter di RS. Koja, Jakarta Utara.
“saya kenal YPI dari dokter di Rs. Koja, kebetulan beliau mempunyai teman yang praktek di klinik YPI, jadi saya
dirujuk kesana, di Rs. Koja itu kan belum ada perawatan untuk ODHA, bahkan ARV belum masuk kesana, jadi saya di rujuk
lagi, saya juga bingung saat itu saya masih ODHA baru, saya bingung atas status baru saya, jadi saya diminta lagi untuk ke
kebon baru, dimana tempat ada kelompok dukungan ODHA.”
42
Saat ini untuk memenuhi kebutuhannya dan anaknya sambil mengikuti terapi kreatif di YPI informan mengikuti
pelatihan konseling di FKM Universitas Indonesia, dan sekarang P menjadi seorang trainer dancing di LSM Syair yan
bekerjasama dengan YPI. Menurut penuturannya menjadi trainer di dance for life
adalah buah dari kegiatan yang telah diberikan oleh YPI, dimana setelah mengikuti kegiatan terapi kreatif informan P
sering diikut sertakan dalam beberapa kegiatan yang dapat membantu kondisi psikologis dan sosialnya sehingga
kepercayaan dirinya segera timbul. “iya inilah karena saya di YPI aktif, dilihat saya punya
kemampuan dan pekerja keras lalu saya diikutsertakan pada
42
Wawancara dengan informan P pada tanggal 13 Juli 2011
pelatihan yang diadakan oleh Red Zebra yang dari Afrika pada tahun kemarin, untuk masalah penghasilan emang gak gede sih
tapi lumayan buat anak-anak, incomenya itu sekitar Rp. 500.000,- per bulan.”
43
Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan yakni, P adalah seorang single parent yang mempunyai satu orang
anak yang tidak terinfeksi HIVAIDS meskipun dirinya dan almarhum suaminya positif HIVAIDS. P sendiri terkena
HIVAIDS pada tahun 2007 dari hubungan seksual dengan suaminya yang memang seorang mantan pecandu putaw,
kondisi ekonomi rumah tangga P sempat menurun saat suaminya masuk rumah sakit dan pada akhirnya meninggal.
Pada saat itu P sempat menjadi seorang buruh pabrik untuk menafkahi keluarganya, setelah suami meninggal P
bersama ibunya membuka warung nasi di rumahnya sampai saat ini dan akhirnya P direkomendasikan oleh YPI untuk
menjadi trainer dance for life yang bertujuan untuk kampanye penyuluhan HIVAIDS di kalangan pelajar seluruh Indonesia.
2. Informan YL Riwayatnya