Tahap Terminasi Proses Pemberian Terapi Menyulam

HIVAIDS dan juga testimoni sebagai ODHA, saya berceritera saat saya pakai narkoba sampai pada akhirnya saya terinfeksi HIVAIDS ini.” 29 Jadi, dalam menguatkan diri dan mental ODHA tidak hanya melakukan konseling dukungan dan terapi menyulam sebagai proses intervensi, di sini ODHA juga dilibatkan dalam kegiatan yang bersifat umum yang bertujuan untuk memperbaiki kepercayaan diri ODHA dalam hal sosialisasi diri di masyarakat. Jika diambil kesimpulan setelah pada tahap awal YPI memberikan konseling dukungan, advokasi, bantuan nutrisi dan layanan kesehatan untuk memulihkan kondisi psikologis ODHA.

d. Tahap Terminasi

Pada tahapan ini peneliti mendapatkan gambaran dari manfaat suatu program dalam sebuah organisasi adalah tercapainya suatu tujuan ataupun target yang diharapkan dari adanya program tersebut. Di sini dari hasil temuan yang didapati oleh peneliti terkait proses terminasi pada program terapi kreatif ini meliputi beberapa aspek terkait pemberdayaan ODHA di YPI, antara lain aspek ekonomi, psikologis, dan sosial. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Sri Mayanti yang mengungkapkan, bahwa: 29 Wawancara dengan WN pada tanggal 4 Agustus 2011 “Dalam hal ekonomi ini terkait pendapatan atau penghasilan keluarga, jadi apa yag telah kita ajarkan mengenai keterampilan membuat aksesoris diharapkan ODHA dapat memasarkan hasil karya mereka. Dari sosialnya sendiri dalam hal penguatan diri, yang kami tekankan itu mereka kami rangkul, kita libatkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat terbuka atau umum, selain bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri disisi lain kami juga bangun kondisi psikologisnya dengan melibatkan ODHA untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan status yang baru.” 30 Dalam penelitian yang peneliti lakukan mengenai tujuan program terapi kreatif yang berfokus pada ekonomi ODHA tidaklah berjalan dengan mulus. Hal ini dibenarkan oleh infoman WN yang menyatakan bahwa; “untuk pemasarannya masih belum luas, karena kita buat aksesoris ataupun handmade lainnya, dijualnya hanya kalau ada acara-acara tertentu aja, tidak setiap hari ada barang yang terjual, kita memang masih bingung dalam hal pemasarannya.” 31 Untuk hal ini YPI melakukan berbagai pembenahan salah satunya dengan adanya bantuan pinjaman modal kepada ODHA untuk mengambangkan usahanya, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Sundari berikut ini, “ada peminjaman modal untuk pengembangan usaha mereka, tapi hal itu tidak berjalan mulus, karena dari saat kita melakukan survey lapangan, usahanya ada yan berjalan dengan baik ada pula yang tidak berhasil, hal ini dikarenakan manajemen pengelolaan modalnya masih kurang dikuasai oleh ODHAnya, dari sekitar 10 ODHA yang kita kasih pinjaman yang besarnya mencapai Rp. 1.200.000,- hanya 5 nya saja pinjaman yang kembali.” 32 30 Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 31 Wawancara dengan Informan WN pada tanggal 13 Juli 2011 32 Wawancara dengan Ibu Sundari pada tanggal 28 Juli 2011 Dalam hal psikologis dan sosial ODHA sebagai penerima manfaat dari program terapi menyulam bisa dibilang cukup baik dibandingkan dengan perbaikan kondisi ekonomi atau income generating yang bersifat kewirausahaan, hal tersebut seperti petikan wawancara dengan Ibu Sri Mayanti berikut ini: “Kalau saya kasih contoh kongkretnya, jika digambarkan itu ODHA yang datang kesini diibaratkan dengan gelas yang masih kosong karena status barunya sebagai ODHA. Kemudian mereka gabung dengan kita, mereka kita berikan konseling, motivasi, kita ikutkan dalam pelatihan-pelathan yang bekerjasama dengan LSM lain, ataupun share dengan ODHA lain pada akhirnya mereka secara bertahap mereka dapat membangun kepercayaan dirinya. Alhamdulillah sekarang ada ODHA yang menjadi trainer, konselor adiksi puskesmas, ataupun evaluator di PKBI.” 33 Hal ini dibenarkan oleh informan WD, bahwa “sekarang gw jadi konselor adiksi di UPT puskesmas tanah abang dan di Salemba, hal ini gw peroleh dari manfaat aktif di YPI dan mngikuti kegiatan disana, salah satunya terapi menyulam, gw pernah jadi narasumber di Kolombo, Sri Langka pada 2007 untuk menjelaskan bagaimana program terapi kreatif ini membangun psikologis dan kondisi ODHA dengan statusnya yang baru.” 34 Dalam hal income generating ODHA yang telah mengikuti terapi kreatif ini tidaklah berjalan dengan baik, YPI sendiri pernah memberikan pinjaman modal untuk namun hanya beberapa ODHA yang mampu mengambalikan modal pinjaman tersebut, hal itu disebabkan karena buruknya sistem 33 Wawancara dengan Ibu Sri Mayanti pada tanggal 27 Juli 2011 34 Wawancara dengan Informan WD pada tanggal 5 Juli 2011 manajemen keuangan dalam mengatur modal usaha yang telah diberikan oleh YPI. Tahap terminasi ini adalah proses pemutusan relasi yang dilakukan oleh ohida kepada ODHA atas dasar tercapainya kebutuhan ataupun tecapainya tujuan yang diharapkan oleh kedua belah pihak. hal ini terbukti dengan adanya beberapa ODHA yang bekerja sebagai konselor adiksi di beberapa puskesmas di Jakarta, evaluator di sebuah LSM ataupun dikembalikan ke keluarganya rujukan sebagai bentuk disengagement antara Ohida dan ODHA. Dari proses tahapan pemberian terapi menyulam di atas di dapati beberapa temuan yakni, hasil yang berbeda dari dua informan yang dijadikan sumber data oleh peneliti, di sini proses terapi menyulam informan WN didapati tidak berjalan optimal karena mayoritas ODHA perempuan yang tergabung dalam kelompok terapinya, hal ini di siasati dengan diikutsertakannya informan WN sebagai narasumber penyuluhan di Depok. Namun, hal tersebut tidaklah berjalan secara berlanjut karena kerjasama Dinkes Depok dan YPI hanya beberapa waktu saja. Penguatan diri yang dilakukan pada terapi menyulam ini adalah penguatan non verbal dengan pendekatan kegiatan yang menyenangkan, yakni terapi menyulam dan kegiatan sebagai pembicara pada penyuluhan HIVAIDS. Perbedaan pencapaian hasil adalah bentuk tidak optimalnya teknis pada saat pemberian terapi menyulam karena mayoritas di huni oleh ODHA perempuan, sedangkan WN merasa tidak fokus dalam berkomunikasi satu sama lain karena perbedaan tersebut.

B. Terapi Menari

Sama halnya dengan terapi menyulam terapi ini dilakukan pada minggu pertama dan keempat setiap bulannya, dalam terapi ini diikuti oleh 4 orang ODHA dan seorang ohida sebagai therapist dan trainer. Penguatan yang dilakukan dalam terapi ini sama halnya dengan terapi menyulam yakni penguatan diri non verbal dengan pendekatan kegiatan yang menyenangkan. Tujuan dari terapi ini adalah membantu ODHA meningkatkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensinya, namun juga dalam hal peningkatan pendapatan ODHA. Hal ini seperti di ungkapkan oleh Sdr. Ika berikut ini: “pada terapi ini para ODHA diberikan keterampilan menari yang betujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri ODHA yang tengah dilanda depresi, kita bantu dengan kegiatan-kegiatan bersifat massiv sehingga ODHA tidak memandang rendah diri mereka sendiri.” 35 35 Wawancara dengan Sdri. Ika pada tanggal 11 Juli 2011