BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau:
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV,
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Seseorang yang yang telah positif terkena HIV hingga menjadi A IDS disebut sebagai Orang dengan HIVAIDS ODHA. Dalam hal ini ada
beberapa penyebab seseorang terinfeksi virus HIV hingga menjadi AIDS, hal tersebut bisa melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian sesama
pecandu narkoba, berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ataupun melalui transfusi darah dan penularan dari ibu yang
menyusui. Data statistik kasus HIVAIDS di provinsi DKI Jakarta per 1
Januari sampai dengan 30 Desember 2010 beradasarkan jenis kelamin jumlah kumulatifnya sebanyak 24.131 kasus Lk. 17.626 kasus, Pr. 6.416
kasus, tdk diketahui 89 kasus, hal ini meningkat sekitar 5.689 kasus dari data per 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus Lk. 13.654 kasus, Pr.
4.701 kasus, tdk diketahui 87 kasus
1
. Sedangkan dari perbandingan jumlah kumulatif kasus HIVAIDS berdasarkan jumlah Provinsi di
Indonesia dari tahun 2009 ke 2010 di gambarkan sebagai berikut :
Tabel 1 Jumlah kumulatif kasus HIVAIDS di Indonesia berdasarkan jumlah
Provinsi tahun 2009 No.
Provinsi AIDS
AIDSIDU Mati
1 Jawa Barat
3233 2420
588 2
Jawa Timur 3133
1002 680
3 DKI Jakarta
2811 1998
425 4
Papua 2681
2 358
5 Bali
1506 256
275 6
Kalimantan Barat 730
124 103
7 Jawa Tengah
669 146
238 8
Sumatera Utara 485
209 93
9 Riau
371 98
117 10
Kep. Riau 333
30 130
11 Sumatera Barat
293 201
75 12
Banten 275
183 51
13 DI Yogyakarta
247 120
70 14
Sumatera Selatan 219
104 38
15 Maluku
192 79
70 16
Sulawesi Utara 173
40 62
17 Jambi
165 96
50 18
Lampung 144
112 42
19 Sulawesi Selatan
143 91
62 20
NTT 138
12 25
21 Bangka Belitung
117 40
18 22
NTB 107
43 56
23 Bengkulu
85 44
18 24
Papua Barat 58
5 19
25 NADAceh
36 13
9 26
Kalimantan Selatan 27
9 5
27 Sulawesi Tenggara
20 1
4 28
Kalimatan Tengah 15
6 2
1
Redaksi Yayasan Spritia, Sejarah HIV di Indonesia, artikel di akses pada 20 April 2011 dari http www.spiritia.or.idStatsStatistik.php
29 Sulawesi Tengah
12 6
6 30
Kalimantan Timur 11
4 10
31 Maluku Utara
10 2
8 32
Gorontalo 3
2 1
33 Sulawesi Barat
Jumlah Total 18442
7498 3708
Tabel 2 Jumlah kumulatif kasus HIVAIDS di Indonesia berdasarkan jumlah
Provinsi pada tahun 2010 No.
Provinsi AIDS
AIDSIDU Mati
1 DKI Jakarta
3995 2801
576 2
Jawa Timur 3771
1046 779
3 Jawa Barat
3728 2706
665 4
Papua 3665
3 580
5 Bali
1747 269
311 6
Kalimantan Barat 1125
197 138
7 Jawa Tengah
944 178
289 8
Sulawesi Selatan 591
265 62
9 Sumatera Utara
507 222
94 10
DI Yogyakarta 505
140 108
11 Riau
477 135
132 12
Sumatera Barat 410
268 99
13 Banten
401 247
67 14
Kep. Riau 374
31 143
15 Jambi
268 155
62 16
NTT 242
15 36
17 Sumatera Selatan
219 104
38 18
Maluku Utara 192
79 70
19 Sulawesi Utara
173 40
62 20
Lampung 144
112 42
21 NTB
142 50
69 22
Bangka Belitung 120
41 18
23 Bengkulu
131 66
29 24
Papua Barat 58
5 19
25 Kalimantan Tengah
57 14
4 26
NADAceh 53
17 12
27 Kalimantan Selatan
27 9
5 28
Sulawesi Tenggara 22
1 5
29 Maluku Utara
17 5
8
30 Sulawesi Tengah
12 6
6 31
Kalimantan Timur 11
4 10
32 Gorontalo
3 2
1 33
Sulawesi Barat
Jumlah Total 24131
9233 4539
Sumber : Ditjen PP PL Depkes RI Update Terakhir pada tanggal 25 Januari 2011
Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa kasus HIVAIDS di Provinsi DKI Jakarta meningkat pada tahun 2010, hal ini terlihat dari
jumlah penderita AIDS yang semakin bertambah dari data per September 2009 sampai pada Desember 2010. Selain itu data jumlah di Provinsi pun
meningkat dimana terpapar jelas bahwa pada saat tahun 2009 DKI Jakarta menempati urutan ketiga, namun pada 2010 kasus HIVAIDS di Provinsi
DKI Jakarta bertambah hingga mencapai urutan pertama di Indonesia berdasarkan jumlah kumulatif kasus HIVAIDS menurut Provinsi.
Sementara itu berdasarkan jumlah kasus HIVAIDS menurut golongan umur dan menurut faktor resiko hingga Desember 2010 dapat dilihat pada
tabel 3 dan tabel 4 berikut ini :
Tabel 3 Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan umur
Golongan Umur AIDS
AIDSIDU 1
217 1-4
265 5-14
193 28
15-19 748
222 20-29
11438 5438
30-39 7553
2751 40-49
2268 425
50-59 628
102 60
97 9
Tdk Diketahui 724
258 Sumber : Ditjen PP PL Depkes RI
Tabel 4 Jumlah kumulatif kasus HIVAIDS menurut faktor resiko
Faktor Resiko AIDS
Heteroseksual 12717
Homo-Biseksual 724
Injection Drug User IDU 9242
Transfusi Darah 48
Transmisi Prenatal 628
Tak Diketahui 772
Sumber : Ditjen PP PL Depkes RI Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4 di atas bahwa infeksi sebagian
besar diderita oleh kelompok usia produktif 15-49, dan di Indonesia penyebab penularan HIVAIDS itu melalui hubungan seksual secara
berganti-ganti pasangan karena virus HIV tersebut bisa menular melalui cairan sperma dan cairan vagina.
Sementara itu akses lainnya mempunyai resiko tertularnya virus HIVAIDS berdasarkan tabel 4 di atas adalah melalui hubungan seksual
yang di lakukan dengan sesama jenis homoseksual, melalui transfusi darah dan infeksi terhadap bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang
telah terjangkit virus HIVAIDS. Seseorang yang telah positif mengidap HIVAIDS dalam dirinya dinamakan ODHA Orang Dengan HIVAIDS.
Keberadaan ODHA dalam kehidupan sehari-hari banyak mempunyai masalah sosial baik dengan dirinya sendiri, keluarga, tetangga,
teman, lingkungan sekitar bahkan masyarakat luas. ODHA merasa berada dalam dunia ketiga dimana mereka merasa kurang dihargai dan terhina,
inilah sanksi sosial yang diperlakukan oleh masyarakat terhadap seorang individu yang mengidap HIV dalam dirinya. Adapun yang banyak
mengidap HIV di Indonesia adalah kalangan pelajar ataupun mahasiswa hal ini sungguh miris sekali, sekelompok generasi penerus yang
seharusnya menjadi citra bangsa telah rusak akibat sebuah proses perubahan sosial yang tidak dibarengi dengan filterisasi oleh pemerintah
ataupun korban sendiri
2
. Hidup ODHA sendiri sarat dengan masalah-masalah sosial yang
akan diterima apabila seseorang tersebut diketahui oleh masyarakat umum mengidap virus yang mematikan ini. ODHA seringkali menutup-nutupi
bahwa dirinya mengidap HIVAIDS jika mau aman, dan mereka akan berterus terang apabila memang kepada seseorang yang sudah dipercaya
dapat menerima mereka dengan baik ataupun dengan orang-orang yang peduli terhadap kehidupan ODHA. Ada resiko diskriminasi di lingkungan
tempat kerja, lingkungan tempat tinggal, ataupun saat dalam mendapatkan pelayanan ataupun perawatan kesehatan bahkan yang lebih menyedihkan
adalah penolakan dari keluarga sendiri yang seharusnya menjadi tempat untuk berlindung. Hal ini membuat kondisi psikis seorang ODHA menjadi
terganggu, belum lagi pandangan masyarakat yang merendahkan dengan penuh ketakutan yang masih kuat di sekeliling ODHA, selain itu ODHA
pun sangat sulit menjaga kesehatan fisiknya yang sangat rentan terhadap suatu penyakit. Obat-obatan yang tidak tersedia ataupun tidak terjangkau
harganya, fasilitas tes kesehatan dan perawatan yang minim dan terbatas sarananya.
2
Reuben Granich, Ancaman HIV, h. 21
Untuk menanggulangi masalah tersebut tentulah banyak
melibatkan banyak pihak dan peran serta masyarakat karena selain HIVAIDS masih belum ada obatnya maka langkah yang bisa diambil
adalah langkah pencegahan preventif dan pengobatan kuratif. Sebab, dengan mencegah kita bisa meminimalisir dampak-dampak lain yang bisa
memperburuk kondisi ODHA. Pecegahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui aspek medis terus mengembangkan
vaksin antiretroviral atau vaksin lainnya untuk mencegah perkembang biakan virus yang tengah berkembang dalam diri seseorang. Kebijakan
pemerintah dengan membuat peraturan mengenai HIVAIDS yang berisikan tentang sosialisasi ataupun penyuluhan kepada remaja serta
keikutsertaan berbagai pihak dalam pencegahan pun diharapkan mampu memutus mata rantai penyebaran virus mematikan ini. Upaya lain adalah
pengobatan kuratif, namun disini pengobatan bukan dalam hal medis melainkan memperbaiki, membangun, serta memotivasi mental ODHA
yang mendapatkan perilaku yang tidak adil atas dasar stigma yang diberikan oleh masyarakat.
Yayasan Pelita Ilmu YPI yang berlokasi di Tebet Timur Dalam, Jakarta Selatan adalah yayasan yang fokus melawan HIVAIDS. Yayasan
ini sudah banyak melaksanakan program-program yang mendukung terhadap pencegahan dan pengobatan seorang ODHA, dalam hal ini adalah
terapi kreatif yang merupakan salah satu program dari YPI dalam memperbaiki ataupun membangun kondisi mental ODHA dengan
meyakinan kepada ODHA bahwa mereka layak hidup seperti masyarakat normal pada umumnya, dan dapat diterima oleh keluarga lagi pada
khusunya. Pengobatan mental ODHA beserta seluk beluknya merupakan hal
yang menarik untuk diteliti. Sebab sampai saat ini kasus tersebut banyak dijumpai dan banyak fakta-fakta yang menarik untuk digali dan dijadikan
pedoman dalam menangani berbagai macam kasus yang berhubungan dengan pelabelan terhadap ODHA.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan
dituangkan dalam skripsi dengan judul : “Program Terapi Kreatif Sebagai Upaya Penguatan Diri Orang Dengan HIVAIDS ODHA Di
Yayasan Pelita Ilmu Tebet Jakarta Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah