Macam-macam Penguatan Diri Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Diri

1. Macam-macam Penguatan Diri

Menurut Uzer usman mengemukakan dua macam pemberian penguatan, yaitu verbal dan non verbal. Kedua macam pengutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penguatan verbal Penguatan ini biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata- kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. 2. Penguatan nonverbal Pengutan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan, senyuman, acungan jempol wajah cerah dan masih banyak yang lainya. b Penguatan pendekatan. c Penguatan dengan sentuhan.

2. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Diri

Beberapa kompenen yang perlu dipahami yang dilakukan agar pengurus dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis adalah 16 : a. Penguatan Verbal berisi berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja ODHA. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yakni: 16 Siti kusrini, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar PPl 1 Berorientasi Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007, hlm. 107-111 1. Kata-kata, seperti: bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan sebagainya. 2. Kalimat, seperti: pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi penjelasan bagus sekali dan sebagainya. b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan gestural Penguatan berupa gerak badan dan mimik muka antara lain: senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan dan sebagainya, seringkali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Verbal “pekerjaanmu baik sekali”, pada saat itu ohida menganggukkan kepalanya. c.. Penguatan dengan sentuhan Teknik ini penggunaannya perlu menggunakan pertimbangan latar belakang klien, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Dalam penggunaan penguatan ini, beberapa prilaku yang dapat dilakukan antara lain: menepuk pundak atau bahu, serta menjabat tangan. e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan pada cara ini klien diajak untuk mengikuti kegiatan yang disenanginya, hal ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan bentuk dukungan secara moril terhadap klien, sehingga klien menjadi lebih nyaman dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penguatan berasal dari kata dasar kuat yang berarti mempunyai banyak tenaga, sedangkan penguatan adalah proses, cara, perbuatan untuk menguati atau menguatkan 17 . Dalam kamus lengkap psikologi, self-reinforcement sendiri berarti penguatan 17 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI, Jakarta: Pusat Bahsa, 2008 h. 765 suatu reaksi, dengan jalan menambah satu peningkatan kekuatan kebiasaan 18 . Dengan demikian jika dikaji lebih jauh mengenai hubungan antara self-reinforcement ODHA dengan apa yang dijelaskan oleh Bandura bahwa penguatan tersebut penting dalam membentuk suatu kepribadian dalam tingkah laku maupun mentalnya. Hal tersebut dilakukan dengan media yang berupa terapi dalam bentuk pemberian keterampilan yang akan memotivasi dan menumbuhkan rasa kepercayaan diri yang kuat terhadap mental seorang ODHA. Selain itu dalam psikologi umum penguatan diri tidak terlepas dari apa yang disebut dengan pengembangan diri Self-Development. Seperti yang diketahui bahwa hal tersebut terkait dengan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan sikap mental yang melatar belakanginya. Dalam kamus lengkap psikologi pengembangan diri adalah pertumbuhan potensial dan kemampuan seseorang 19 . Sedangkan menurut terminologi adalah aktivitas mengajari diri sendiri hal-hal yang baik, yang berpotensi mendorong diri kita untuk beraktualisasi sepenuh-penuhnya 20 . Dalam hal ini jika dikaitkan dengan masalah yang dialami ODHA terkait mental seorang ODHA yang rentan akibat cap negatif diskriminasi oleh lingkungan sekitarnya tentulah diperlukan aktivitas penguatan yang berdampak kepada kesehatan mental ODHA yang 18 JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press, 1981 Cet. Ke-1 h. 426 19 JP. Chaplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press, 1981 Cet. Ke-1 h. 451 20 Hery Wibowo, Psikologi Untuk Pengembangan Diri: Sebuah Kajian Aplikasi dari Ilmu Psikologi Untuk Optimalisasi Pengembangan Diri Bandung: Widya Padjajaran, 2010 Cet. Ke-1 h. 12 seharusnya berkeadaan sejahtera dalam aspek fisik, mental, dan sosial secara penuh 21 . Namun, pada realitanya berbanding terbalik dimana akibat dari stigma negatif yang diberikan oleh lingkungan sekitar banyak ODHA yang kondisi mentalnya lemah. Untuk itu diperlukan berupa aktivitas penguatan untuk mengembangkan diri dalam memperbaiki kondisi mental yang sehat. 21 Dalam MIF Baihaqi. Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan Jakarta:Refika Aditama h. 17

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Yayasan Pelita Ilmu YPI 1. Sejarah Berdirinya YPI

1 Yayasan Pelita Ilmu YPI adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang didirikan pada tanggal 4 Desember 1989 di Jakarta atas prakarsa dua orang dokter dan seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat, berdasarkan pada kepedulian mereka terhadap permasalahan kesehatan di Indonesia. Tujuan utama YPI adalah berpatisipasi aktif dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. Saat ini YPI menekankan kegiatannya dalam usaha pendidikanpencegahan dam pelayanan care terhadap HIVAIDS. YPI memiliki beberapa program yaitu program pencegahan, program dukungan masyarakat untuk ODHA, pusat penelitian keterampilan hidup dan klinik konsultasi dan tes HIV serta program pendidikan bagi anak-anak putus sekolah. Dengan makin maraknya pengguna narkoba melalui pengguna jarum suntik yang tidak steril, rentan menularkan HIVAIDS. Oleh karena itu YPI memberikan perhatian khusus pada para pengguna narkoba. Sampai saat ini, YPI telah bekerjasama dengan berbagai lembaga pemerintah, Lembaga 1 Website Yayasan Pelita Ilmu. Sejarah Berdirinya YPI. Artikel diakses Pada 20 April 2011 melalui www.YPI.org