merupakan kebijakan Pemerintah dimana Bank Indonesia pada saat itu merupakan bagian dari Pemerintah.
Jika keadaan seperti ini berlangsung terus, maka penyelesaian BLBI akan menemui jalan buntu. Karena itu seharusnya Pemerintah dan Bank Indonesia
menyadari untuk bersama – sama menanggung beban atas BLBI yang telah dikeluarkan, percuma jika hanya saling melempar tanggung jawab, karena pada
hakekatnya Bank Indonesia dan Pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan ibaratnya seperti organ lambung bagian kiri dan kanan yang berada dalam satu tubuh
yaitu negara Indonesia. BLBI bagaimana pun juga harus diterima sebagai sebuah pelajaran yang amat berharga. Pilihannya pada saat itu memang sangat sulit dan
dilematis bagi siapapun otoritas moneter dan Pemerintah pada waktu itu. Pembagian beban burden sharing atas BLBI ditanggung secara bersama –
sama oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Tujuan dari pembagian beban tersebut adalah untuk mengurangi beban pada APBN, mengupayakan penyelesaian aset
assets recovery oleh BPPN. Dan yang lebih penting adalah hal ini dapat menjadi pelajaran sangat berharga bagi otoritas moneter di masa yang akan datang agar tidak
mengulangi kejadian yang sama.
B. Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP
1. Pengertian FPJP
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek yang selanjutnya disebut FPJP adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank untuk mengatasi kesulitan
Universitas Sumatera Utara
pendanaan jangka pendek yang dialami oleh bank. Kesulitan pendanaan jangka pendek adalah keadaan dialami bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana
masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar mismatch dalam Rupiah sehingga bank tidak dapat memenuhi GWM rupiah.
2. Dasar Hukum FPJP
a. Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia;
b. Undang – Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang – Undang
No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia; c.
Undang – Undang No. 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia menjadi Undang – Undang;
d. Peraturan Bank Indonesia No. 220PBI2000 Tentang Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek bagi Bank Umum; e.
Peraturan Bank Indonesia No. 515PBI2003 Tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum;
f. Peraturan Bank Indonesia No. 1026PBI2008 Tentang Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek bagi Bank Umum; g.
Peraturan Bank Indonesia No. 1030PBI2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 1026PBI2008 Tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
bagi Bank Umum.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses Timbulnya FPJP
Bank dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya menghadapi risiko keuangan berupa kesulitan pendanaan jangka pendek yang apabila tidak segera
diatasi dapat menimbulkan masalah yang lebih besar dan bersifat struktural. Kesulitan pendanaan jangka pendek disebut juga bank dalam menghadapi permasalahan
likuiditas. Permasalahan likuiditas yang dialami bank disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara arus dana masuk dibandingkan dengan arus dana keluar
mismatch. Permasalahan likuiditas tersebut dapat mengakibatkan terjadinya saldo giro bank pada Bank Indonesia menjadi negatif. Saldo giro negatif adalah saldo
rekening giro rupiah bank pada Bank Indonesia yang menunjukkan angka negatif pada saat Bank Indonesia menutup sistem akuntingnya.
Apabila permasalahan likuiditas yang dihadapi bank tidak segera ditangani, dikhawatirkan kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut merosot dan nasabah
berbondong – bondong menarik uangnya bank runs sehingga bank dimaksud tidak dapat berfungsi secara normal. Bank runs sangat rentan terhadap rumor yang dengan
mudah menyebar dan makin besar yang dapat berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Suatu bank dapat kolaps apabila semua
nasabah percaya terhadap rumor yang berkembang ditengah masyarakat dan kemudian semua bertindak menarik simpanannya. Bank tersebut tidak akan mampu
melikuidasi asetnya dalam waktu singkat untuk dapat memenuhi kewajibannya terhadap nasabah. Hal tersebut dapat menimbulkan efek domino terhadap bank lain
Universitas Sumatera Utara
sehingga bank – bank lain kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran kepada nasabahnya dampak sistemik.
Untuk mengatasi permasalahan likuiditas pada dasarnya bank terlebih dahulu harus mengupayakan dana di pasar uang, dengan menggunakan berbagai instrumen
pasar uang yang tersedia. Dalam hal bank gagal memperoleh dana di pasar uang, maka Bank Indonesia sebagai lender of the last resort dapat membantu untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut. Selain mengupayakan dana dari pasar uang, bank juga dapat memanfaatkan Fasilitas Likuiditas Intrahari FLI dan melakukan
repurchase agreement kepada Bank Indonesia atas Sertifikat Bank Indonesia SBI dan Surat Utang Negara SUN yang dimilikinya Fasilitas Repo. Fasilitas Likuiditas
Intrahari
204
adalah fasilitas pinjaman dari Bank Indonesia kepada bank untuk mengatasi ketidaksesuaian arus kas dalam jangka sangat pendek sepanjang jam
opersional sistem pembayaran. Apabila bank tidak dapat melunasi FLI maka bank tersebut dapat memanfaatkan fasilitas repo. Berdasarkan Undang – Undang tentang
204
Fasilitas Likuiditas Intrahari FLI disempurnakan melalui PBI No.1029PBI2008. FLI adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank umum untuk mengatasi kesulitan
pendanaan yang terjadi selama jam operasional Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI – RTGS karena nilai transaksi keluar outgoing transaction melalui sistem BI – RTGS lebih besar
dibandingkan dengan saldo rekening giro Rupiah bank di Bank Indonesia. Sistem BI – RTGS adalah sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan
secara seketika per transaksi individual. Penggunaan FLI dilakukan secara otomatis melalui BI – RTGS pada saat saldo rekening giro Rupiah bank di BI tidak mencukupi untuk melakukan transaksi
keluar berdasarkan kecukupan nilai agunan FLI yang tersedia di rekening penggunaan surat berharga dalam sarana BI – SSSS Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System. Selanjutnya
pelunasan FLI dilakukan secara otomatis oleh sistem BI – RTGS setiap terdapat transaksi masuk yang” mengkredit rekening giro Rupiah bank bersangkutan di BI sampai dengan batas waktu pelunasan FLI.
Bank wajib melunasi FLI sampai batas waktu pelunasan FLI yang ditetapkan BI. Jika bank tidak melunasi nilai FLI sampai dengan batas waktu pelunasan FLI yang ditetapkan, maka terhadap nilai FLI
yang tidak dapat dilunasi diberlakukan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP. Dahlan Siamat, Op. Cit, hal 206 – 207.
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia, Bank Indonesia dapat memberikan kredit kepada bank untuk mengatasi permasalahan likuiditas yang dijamin dengan agunan yang berkualitas
tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia menyediakan fasilitas pendanaan dalam rangka mengatasi permasalahan likuiditas kepada bank, dengan maksud agar
kelangsungan kegiatan usaha bank dan kelancaran sistem pembayaran dapat terpelihara. Pemberian kredit oleh Bank Indonesia tersebut berupa penyediaan
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP
4. Persyaratan FPJP