Kemandirian Bank Indonesia Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) Dalam Mengatasi Krisis Perbankan (Studi Perbandingan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI))

BAB IV BANK INDONESIA SEBAGAI PEMBERI BANTUAN LIKUIDITAS

A. Peran Bank Indonesia Sebagai Lender of The Last Resort LoLR dalam

Pemberian Bantuan Likuiditas

1. Kemandirian Bank Indonesia

Pasal 23 Undang – Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa ”Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang – undang.” Dan kemudian, Pasal 4 angka 1 Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 3 Tahun 2004 menyatakan bahwa “Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.” Dengan ini Bank Indonesia sebagai bank sentral telah ditentukan oleh norma dasar yang berlaku di Indonesia, dimana norma dasar dianggap sebagai titik awal sebuah prosedur, yaitu prosedur pembuatan hukum positif. Untuk itu, semua ketentuan yang mengatur kewenangan suatu badan yang sama dengan kewenangan Bank Indonesia dapat dipertanyakan validitas atau keabsahannya sesuai dengan norma dasar yang berlaku. 211 211 Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Hans Kelsen tentang The Pure Theory of Law. Disebutkan bahwa dasar keabsahan sebuah norma hanya didapat pada keabsahan norma yang lebih tinggi. Hanya otoritas yang kompeten yang dapat menciptakan norma yang sah, dan ini hanya dapat dilakukan berdasarkan sebuah norma yang memberikan wewenang untuk melahirkan norma – norma. Norma yang memberikan dasar bagi keabsahan norma lainnya disebut sebagai norma yang lebih tinggi. Pencarian keabsahan terus ditarik dari norma yang lebih tinggi sampai dengan norma akhir tertinggi yang tidak dapat dipertanyakan lagi. Norma tertinggi inilah yang disebut sebagai norma dasar grundnorm dan dalam konteks Indonesia, Norma Dasar tersebut adalah Undang – Undang Dasar 1945. Apabila suatu norma yang telah disahkan ternyata bertentangan dengan norma dasar, Universitas Sumatera Utara Dalam hal pengaturan sektor keuangan misalnya dilihat dari norma dasar, Bank Indonesia memiliki kekuatan yang sangat kuat dibandingkan dengan badan lain seperti Bapepam-LK Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan LPS, dan Otoritas Jasa Keuangan OJK maupun badan yang direncanakan akan dibentuk, seperti Komite Stabilitas Sistem Keuangan KSSK. Di Indonesia, pertama kali munculnya status independensi mengenai Bank Sentral tertuang dalam salah satu butir kesepakatan Letter of Intent LoI antara Pemerintah RI – IMF pada tanggal 31 Oktober 1997. LoI itu antara lain berisi tentang kesepakatan untuk memperbaharui Undang – Undang Bank Indonesia No. 13 Tahun 1968 dan segera membentuk Bank Sentral yang independen. Niat baik tersebut terlaksana dengan diundangkannya Undang – Undang Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 yang mencantumkan secara tegas mengenai status independensi Bank Indonesia. 212 Sebelum krisis 1998, peran Bank Indonesia dalam mengatur bank dilakukan bersama Menteri Keuangan. Berbagai ketentuan pelaksanaan baik yang menyangkut perizinan, pengaturan, pengawasan sampai pemberian sanksi atas suatu pelanggaran lebih lanjut dituangkan dalam bentuk keputusan Menteri Keuangan, sedangkan Bank Indonesia hanya melaksanakan keputusan Menteri Keuangan. maka melalui rules of change, norma itu dapat dicabut dan diganti dengan yang baru. Di Indonesia, hal ini dapat diajukan dengan judicial review melalui Mahkamah Konstitusi. M. R. Zafer, Jusrisprudence : An Outline, Kuala Lumpur : International Law Book Services, 1994, hal 17-18. Di dalam Bismar Nasution, ”Aspek Hukum Peran Bank Sentral.....Op. Cit, hal 2. 212 Verry Iskandar, Op. Cit, hal 56. Universitas Sumatera Utara Peran Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan berubah dengan berlakunya Undang - Undang No. 23 Tahun 1999. Peranan penting dalam kebijakan perbankan, yaitu sebagai otoritas tunggal yang berwenang mengatur dan mengawasi perbankan. Status independen tersebut dinyatakan dalam Pasal 4 angka 2, menyebutkan bahwa : ”Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak – pihak lainnya, kecuali untuk hal – hal yang secara tegas diatur dalam undang – undang ini.” Filosofi independensi berkaitan dengan pembatasan kekuasaan eksekutif, agar organ – organ negara yang sebelumnya dianggap sepenuhnya berada dalam kekuasaan eksekutif dapat menjamin bahwa fungsinya tidak disalahgunakan oleh eksekutif. 213 Alan S. Blinder menyatakan bahwa independensi Bank Sentral dapat berarti dua hal. Pertama, Bank Sentral memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya, dan kedua, keputusan – keputusan yang diambil olehnya sulit untuk dibatalkan oleh cabang – cabang atau lembaga Pemerintahan lainnya. 214 Kebebasan dalam menentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya bukan berarti bahwa Bank Sentral dapat menentukan sendiri tujuannya, karena tujuan Bank Sentral secara umum tentu saja ditetapkan melalui legislasi yang disepakati bersama melalui suatu sistem demokrasi. Tapi yang dimaksud adalah bahwa Bank Sentral memiliki diskresi yang luas mengenai bagaimana menggunakan 213 Bismar Nasution, Aspek Hukum Peran Bank Sentral…..Op. Cit, hal 5. 214 Alan S. Blinder, Central Banking in Theory and Practice, Cambridge : The MIT Press, 1998, hal 54. Universitas Sumatera Utara instrumen – instrumennya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui undang – undang. 215 Lebih jauh lagi Blinder menegaskan mengapa independensi Bank Sentral menjadi begitu penting. Kebijakan moneter menurut Blinder memerlukan yang ia sebut long time horizon, atau pandangan yang jauh ke depan. Hal ini karena, pertama, efek – efek yang dihasilkan dari suatu kebijakan moneter, seperti yang terkait dengan inflasi baru dapat dilihat setelah sekian waktu lamanya, sehingga para decisionmakers tidak bisa langsung melihat hasil kerja mereka. Kedua, kebijakan – kebijakan moneter memiliki karakteristik yang sama seperti halnya aktivitas investasi, yaitu memerlukan sesuatu dibayar dimuka, dan akan mendapatkan hasil secara berkala setelah sekian waktu. 216 Namun, orang – orang politik yang duduk di Pemerintahan, bukanlah orang – orang yang memiliki kesabaran ataupun long time horizon. Kebanyakan dari mereka hanya melihat segala sesuatunya dalam short – term basis saja, tanpa mempertimbangkan long term gains. 217 Disini dapat pula dilihat betapa bahayanya, apabila kebijakan moneter bank sentral yang mempengaruhi kondisi negara secara makro diintervensi secara politis. 218 Berkaitan dengan filosofi yang telah disebutkan diatas, independensi dapat terganggu, apabila diintervensi oleh Pemerintah, sehingga Bank Sentral juga akan 215 Bismar Nasution, Aspek Hukum Peran Bank Sentral…..Loc. Cit. 216 Alan S. Blinder, Op. Cit, hal 55 217 Ibid, hal 55-56. 218 Bismar Nasution, Aspek Hukum Peran Bank Sentral…Op. Cit, hal 6. Universitas Sumatera Utara terganggu dalam menetapkan diskresinya sendiri untuk mewujudkan tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh undang – undang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa independensi Bank Indonesia harus dipertahankan sesuai dengan filosofi agar dapat menjamin prinsip negara hukum. Apabila Pemerintah menetapkan peraturan atau undang – undang yang kontra dengan undang – undang yang ada, hal tersebut adalah merupakan bentuk intervensi politik Pemerintah terhadap independensi Bank Indonesia dan secara normatif juga tidak dapat dijustifikasi. 219

2. Bank Indonesia dan Stabilitas Sistem Keuangan