Kriteria Bank Penerima BLBI

keputusan yang bersifat kolegial dan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat; d. Dalam keadaan mendesak, persetujuan pemberian BLBI dapat dilakukan oleh satu orang Direktur di luar rapat Direksi. Dalam hal ini, anggota Direksi yang memutuskan tersebut bertindak sesuai dengan pendelegasian wewenang yang telah dipercayakan kepadanya. Namun, demikian anggota Direksi yang memutuskan tersebut harus segera memberitahukan pada kesempatan pertama keputusan yang diambilnya kepada Gubernur Bank Indonesia dan satu orang anggota Direksi lain yang juga membidangi hal yang diputuskan; e. Dalam pengertian keputusan yang diambil itu di luar rapat Direksi termasuk keputusan yang diambil dalam forum morning call dan evening call. 199 Selain sebagai forum untuk pengambilan keputusan, morning call dan evening call juga merupakan sarana untuk menyampaikan keputusan yang diambil oleh satu orang Direktur di luar rapat Direksi; f. Selanjutnya untuk beberapa fasilitas dilakukan pengikatan secara notariil, termasuk jaminannya terhadap BLBI yang telah diberikan melalui pengikatan Akta Pengakuan Hutang APH dan Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan APHJ.

5. Kriteria Bank Penerima BLBI

Pemberian BLBI kepada bank – bank diawali dengan persetujuan saldo debet pada rekening bank di Bank Indonesia. Hal ini terjadi karena saldo yang sedikit jumlahnya tidak mampu menampung penarikan dana nasabah yang sangat besar. Rekening bank di BI pada dasarnya hanya menampung cadangan wajib yang dikenakan kepada bank sebesar 5 dari dana masyarakat yang dihimpun oleh bank. Pada umumnya bank menyediakan pula suatu margin tertentu 1-2 untuk menampung penarikan oleh nasabahnya, agar ketentuan cadangan wajib tidak dilanggar. Namun demikian, rush penarikan dana berupa tunai bank notes dan 199 Forum Morning Call dan Evening Call pada awalnya merupakan forum pertemuan rutin harian anggota Direksi Bank Indonesia dengan pimpinan urusan yang membawahi Pasar Uang dan Devisa. Dalam perkembangannya forum ini berkembang menjadi forum pengambilan keputusan, hal ini sejalan dengan semakin memburuknya gejolak rupiah yang berimbas kepada perbankan nasional. Verry Iskandar, Op. Cit, hal 92. Universitas Sumatera Utara transfer melalui kliring oleh nasabah kepada bank lain, mengakibatkan saldo rekening menjadi di bawah ketentuan cadangan wajib, bahkan banyak bank mengalami saldo debet negatif atau overdraft. Dalam ketentuan kliring, terdapat pasal yang menyatakan bahwa bank yang saldonya tidak mencukupi diberi kesempatan untuk melunasinya sampai sebelum kliring berikutnya, dan apabila tetap tidak mampu menutup kekurangannya, dapat dikenakan penghentian sementara skorsing dari keikutsertaannya dalam kliring berikutnya dan transaksi yang terjadi, dibatalkan. Ketentuan ini mensyaratkan bank untuk mengatasi kewajibannya masing – masing tanpa bantuan BI. Mengapa BI tidak melakukan skorsing ? Pertama – tama skorsing tidak mutlak harus dilakukan, sepanjang terdapat alasan yang kuat untuk tidak melakukannya misalnya dapat mengganggu kelancaran sistem pembayaran dan kestabilan sistem perbankan. Pembatalan transaksi yang sudah terjadi dan skorsing dikenakan terhadap bank apalagi dalam jumlah banyak atau bank yang mempunyai banyak jaringan kantor cabang, atau nasabah yang banyak, dengan transaksi antarbank yang besar maka akibatnya adalah ketidakstabilan sistem perbankan yang kemudian dapat mengganggu kestabilan ekonomi. Ketentuan ini diperkuat melalui Keputusan Rapat Direksi Bank Indonesia Tanggal 15 Agustus 1997, yang menjadi dasar bagi Bank Indonesia untuk memberikan fasilitas saldo giro negatif kepada bank – bank guna mengatasi kesulitan likuiditas yang disebabkan oleh penarikan dana pihak ketiga dalam jumlah yang sangat besar. Keputusan itu tidak menyebut batas waktu dan maksimum bagi suatu Universitas Sumatera Utara bank untuk overdraft. Keputusan itu bocor di kalangan bankir dan mereka beramai- ramai melakukan overdraft bahkan sampai melebihi jumlah aset bank yang bersangkutan. Kemudian jajaran Direksi Bank Indonesia waktu itu juga mengirim surat kepada Presiden Soeharto yang intinya memberitahukan rencana Bank Indonesia untuk mengatasi masalah saldo debet dengan menggantinya dengan Surat Berharga Pasar Uang SBPU Khusus. Usulan itu disetujui Presiden Soeharto melalui Surat Menteri Sekretaris Negara berkualifikasi ”rahasia dan sangat rahasia” No. R- 183M.Sesneg121997 Tanggal 27 Desember 1997. Surat ini menyampaikan persetujuan Presiden atas usulan Bank Indonesia untuk mengkonversi saldo giro negatif bank-bank yang ada harapan sehat dengan SBPUK sebagaimana dilaporkan dalam surat Gubernur Bank Indonesia. Presiden Soeharto menilai langkah tersebut perlu dilakukan, untuk menjaga agar tidak banyak bank pada tahun itu yang terpaksa tutup dan bangkrut. 200 200 Kompas Cetak, ”Kasus BLBI sampai Kapan Akan Berakhir ?”, Rabu, 13 Februari 2008. Selanjutnya Bank Indonesia juga melakukan beberapa tindakan dalam upaya untuk mengendalikan tingkat bantuan likuiditas dan mengurangi risiko melalui pembatasan bank-bank penerima BLBI untuk tidak dapat menggunakan secara bebas dana yang mereka terima, dan untuk mendapatkan jaminan pemberian pinjaman yang telah diberikan, termasuk : a. Mengenakan Cease and Desist Orders CDO bagi bank-bank penerima yang menghadapi problem likuiditas; b. Bank yang mendapat persetujuan untuk dikonversi saldo debet ke SBPUK dengan permintaan jaminan dan tambahan jaminan, dan pada saat yang sama bank yang bersangkutan diberi petunjuk dengan menempatkan supervisor-supervisor dari BI di bank-bank mereka; c. Menempatkan supervisor di ruangan kliring untuk menyortir pembayaran yang sebenarnya; d. Meminta pemilik-pemilik dan manajer-manajer bank individual untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka akan mengikuti petunjuk BI. Hasil Riset Bank Indonesia Satgas BLBI dengan HLB Hadori Rekan, Studi Keuangan....Op. Cit, hal 83. Universitas Sumatera Utara Jadi dapat dikatakan bahwa bank – bank yang kalah kliring kemudian tidak dapat memenuhi rekening giro di Bank Indonesia dan bersaldo debet negatif, telah masuk sebagai bank yang memenuhi kriteria penerima BLBI yaitu dengan diperbolehkan tetap ikut serta dalam kliring yang merupakan salah satu fasilitas BLBI.

6. Upaya Penyelesaian BLBI a.