Risiko Kegiatan Usaha Bank 1. Jenis Risiko Perbankan

B. Risiko Kegiatan Usaha Bank 1. Jenis Risiko Perbankan

Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor dari sedikit sektor industri yang menghadapi goncangan strategis strategic turbulance terutama pada dekade terakhir abad 20. Industri keuangan menghadapi perubahan regulasi seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan perilaku nasabah serta globalisasi 112 yang berdampak pada perubahan struktur organisasi. Pada waktu yang bersamaan, bagian terbesar industri keuangan telah semakin menyatu, terjadi pertautan antara peminjam dan yang meminjamkan, penerbit dan investor, risiko dan pengambil risiko. 113 Bank, sebagai institusi keuangan yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan income return. Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat inherent pada seluruh aktivitas bank. Seluruh aktivitas bank, produk dan layanan bank terkait dengan uang. 112 Proses Globalisasi diyakini sebagai satu – satunya jalan menuju kesejahteraan dunia dan umat manusia. Hal ini dikarenakan globalisasi seolah – olah dipandang sebagai penghapusan identitas dan batas – batas negara bangsa sehingga dengan sukacita semua orang menyerahkan diri ke dalam pelukan ideologi ini, yang dianggap sebagai jimat menuju masyarakat yang adil dan makmur. Paul Hirst dan Grahame Thompson, Globalisasi adalah Mitos Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001 hal vii. Globalisasi telah menghilangkan batas – batas tradisional kedaulatan negara dalam sistem keuangan. Modal tidak lagi dimiliki bendera nasional, dana mengalir dari satu negara ke negara lain secara cepat, bergerak melewati batas – batas negara. Globalisasi juga dapat diartikan sebagai semakin terintegrasinya pasar modal dan pasar uang yang secara populer disebut dengan konsep global village. Bank dan lembaga keuangan lainnya dalam sistem keuangan terlibat dalam proses restrukturisasi secara luas. Dalam proses ini seluruh lembaga keuangan dipaksa untuk bersikap pro aktif dalam melaksanakan perubahan dan diharuskan melakukan antisipasi terhadap perkembangan – perkembangan baru dengan cara menyusun rencana sesuai dengan perkembangan baru tersebut. Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan….Op. Cit, hal 10. 113 Ingo Walter, Mergers and Acquisitions in Banking and Finance What Works, What Fails, and Why, New York : Oxford University Press, 2004, hal 3. Di dalam Zulkarnain Sitompul, Problematika…Op. Cit, hal 12. Universitas Sumatera Utara Sifat dasar uang adalah anonim, siapa pun bisa memilikinya, siapa pun ingin memilikinya dan sangatlah mudah berpindah tangan bahkan hilang. Oleh karena itu, seluruh aktivitas bank mulai dari penyerapan dana hingga penyaluran dana sangat rentan terhadap hilangnya uang. Risiko kehilangan uang. 114 Risiko dalam hal ini adalah potensi terjadinya suatu peristiwa atau events yang mungkin dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Bismar Nasution mendefinisikan risiko sebagai potensi fluktuasi yang merugikan laba bank atau cash flow atau modal bank sebagai dampak yang diakibatkan oleh nasabah, internal control yang kurang memadai, kegagalan sistem atau kontrol, dan mismanagement. 115 Untuk itu bank harus mengerti dan mengenal risiko – risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Besarnya risiko yang terkandung dalam suatu bank pada hakikatnya menunjukkan besarnya potential problem yang dihadapi oleh bank tersebut. Agar risiko tidak menjelma secara nyata menjadi problem maka dibutuhkan sumber daya di dalam bank untuk menopangnya. Misalnya, tersedianya penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan sumber daya untuk menopang risiko kredit macet dan keberadaan alat likuid yang cukup adalah untuk mengantisipasi risiko likuiditas. Di atas segala macam sumber daya 114 Ferry. N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, hal 21. 115 Bismar Nasution, ”Aspek Hukum Peran Bank Sentral dalam Stabilitas Sistem Keuangan SSK”, Disampaikan pada ”Focuss Group Discussion FGD tentang Peran Bank Sentral dalam Stabilitas Sistem Keuangan SSK”, Padang : Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI, 28 Mei 2009, hal 19. Universitas Sumatera Utara kuantitatif tersebut, yang paling penting dan menduduki posisi sentral adalah sumber daya yang bersifat kualitatif, yaitu manajemen bank. 116 Eksekutif dalam manajemen bank serta seluruh pihak terkait harus mengetahui risiko – risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usaha bank, serta mengetahui bagaimana dan kapan risiko tersebut muncul untuk dapat mengambil tindakan yang tepat. Pemahaman umum mengenai masing – masing kategori risiko sangat penting sehingga para manajer, pelaksana risk taker dan bagian pengawasan dapat berdiskusi tentang masalah – masalah umum yang terjadi dari berbagai eksposur risiko. Risiko itu sendiri tidak harus selalu dihindari pada semua keadaan, namun semestinya dikelola secara baik tanpa harus mengurangi hasil yang ingin dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba yang atraktif. Agar manfaat tersebut dapat terwujud, para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan pengelolaannya. 117 Salah satu kekhasan perilaku bisnis perbankan adalah bahwa bisnis perbankan sebenarnya memperjualbelikan apa yang disebut dengan risk dan service. Sepintas tampaknya tidak ada persoalan yang pelik untuk mengelola risk dan service. Akan tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah, terjadinya trade off antara risk dan service yang seringkali menjadi tidak terkendali karena memang jarang disadari sebelumnya. 118 116 Ibid, hal 18. 117 Ibid, hal 22. 118 Krisna Wijaya, Reformasi Perbankan Nasional, Catatan Kolom Demi Kolom, Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2000, hal 44. Universitas Sumatera Utara Terjadinya trade off antara risk dan service memang sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Suatu bank dalam rangka menghadapi persaingan berusaha melonggarkan service-nya, agar produk yang ditawarkan oleh bank tersebut berkesan mudah dijual. Akan tetapi, seringkali tidak disadari bahwa pada saat service itu dilonggarkan, sejak itu pula tingkat risk bagi bank menjadi lebih tinggi. Begitu sebaliknya, jika unsur risk-nya ditingkatkan, service yang dapat diberikan akan berkurang, sehingga produknya menjadi sulit dipasarkan. 119 Bank Indonesia mewajibkan struktur manajemen risiko dari seluruh bank untuk mencakup risiko – risiko sebagai berikut : 120 1. Risiko Pasar Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar adverse movement dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku bunga dan nilai tukar; 2. Risiko Kredit Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan debitur dan atau lawan transaksi counterparty dalam memenuhi kewajibannya; 3. Risiko Operasional Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank; 4. Risiko Likuiditas Risiko yang antara lain disebabkan oleh bank tidak mampu memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo; 119 Contoh terjadinya trade off yang mudah dipahami, yaitu dalam hal penjualan kredit. Kalau ingin aman dengan risk yang kecil bagi bank, persyaratan dan prosedur kredit harus diperketat. Ini jelas akan mengurangi unsur service, karena persyaratan yang ketat cenderung tidak disukai. Sebaliknya, jika service- nya ditingkatkan melalui persyaratan dan prosedur kredit yang longgar, tingkat risk bagi bank menjadi tinggi. Mangasa Manurung, Kredit Bermasalah : Tanggung Jawab antara Pengurus Bank dan Debitur, Ringkasan Disertasi, Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2008, hal 32. 120 Ferry N. Idroes, Op. Cit, hal 54- 55. Universitas Sumatera Utara Jika suatu bank memiliki model bisnis yang lebih rumit, biasanya sejalan dengan skala usaha yang semakin besar dari bank yang dimaksud, maka BI akan meminta bank tersebut untuk mengatur risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan. 5. Risiko Hukum Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang – undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak; 6. Risiko Reputasi Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank; 7. Risiko Stratejik Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal; 8. Risiko Kepatuhan Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang – undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Dalam hal sebuah bank mengalami kerugian terkait dengan empat kelompok terakhir risiko hukum, risiko reputasi, stratejik dan kepatuhan, maka terhadap bank yang bersangkutan akan dipersyaratkan untuk memonitor risiko spesifik yang sedang berlangsung. Risiko kegiatan usaha perbankan yang kian beragam tersebut semakin meningkatkan kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance di bidang perbankan. Hal ini di atur di dalam Peraturan Bank Universitas Sumatera Utara Indonesia No. 8 4 PBI 2006. 121 Pengelolaan bank penting diformulasikan dengan prinsip GCG, agar kualitas pengelolaan bank dapat mendorong jalannya fungsi utama bank tersebut, sekaligus untuk menjaga kepercayaan masyarakat. 122 Karena masalah yang dihadapi industri keuangan khususnya perbankan Indonesia bukanlah telah semakin menyatunya dengan industri keuangan lainnya tetapi lemahnya penerapan good corporate governance GCG. 123 BI juga menyempurnakan penerapan GCG dengan Peraturan Bank Indonesia No. 5 8 PBI 2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang dipertegas lagi dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7 25 PBI 2005 Tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, yang mengharuskan seluruh pejabat bank dari tingkat terendah hingga tertinggi memiliki sertifikasi manajemen risiko sesuai dengan tingkat jabatannya. 124

2. Manajemen Risiko Likuiditas Perbankan