Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri

melakukan negosiasi dengan perbankan internasional yang menghasilkan Frankfurt Agreement, 196 yang isinya antara lain :

1. Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri

Bank Dalam Rangka Trade Finance Pemerintah akan menjamin kewajiban perbankan nasional dalam rangka trade finance kepada bank kreditur di luar negeri. Dasar jaminan pembiayaan perdagangana internasional yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah letter of guaranty LoG yang diterbitkan oleh Bank Indonesia kepada bank – bank kreditur di luar negeri. Jaminan Bank Indonesia dikeluarkan atas nama Pemerintah. Wujudnya berupa jaminan untuk pembayaran bank luar pemberi kredit maintaining bank, dalam hal bank lokal obligors yang memperoleh fasilitas pembiayaan perdagangan internasional tak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank mitra. Surat jaminan Bank Indonesia itu diterbitkan sekali, berlaku untuk seluruh transaksi pembiayaan perdagangan internasional yang dilakukan bank dengan maintaining bank penerima surat jaminan. Letter of guaranty berlaku selama 364 tiga ratus enam puluh empat hari, mulai tanggal efektif credit line yang disediakan Bank Indonesia. Pembiayaan perdagangan internasional yang dijamin, antara lain meliputi konfirmasi LC, akseptasi atas dasar transaksi perdagangan, pembiayaan pra pengapalan, pembiayaan atas akseptasi bank, pembiayaan LC dan non LC, pembiayaan standby LC serta garansi atas transaksi perdagangan.

2. Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri

Bank dalam rangka Inter Bank Debt Arreas Fasilitas ini diberikan dalam rangka untuk menindaklanjuti hasil kesepakatan di Frankfurt tanggal 4 Juni 1998 antara delegasi Indonesia dengan Steering Committee sebagai wakil perbankan internasional dan kreditur luar negeri. Dalam hal ini, Pemerintah RI akan membayar terlebih dahulu kewajiban bank – bank dalam negeri yang telah jatuh tempo dan tidak mampu dibayar arreas terhadap bank – bank luar negeri atas transaksi pembiayaan perdagangan trade finance dan pinjaman luar negeri antar bank inter bank debt sampai dengan tanggal 30 Juni 1998. 196 Frankfurt Agreement dilaksanakan pada tanggal 1 – 4 Juni 1998. Pihak Indonesia pada waktu itu mengirim delegasi lengkap yang terdiri dari berbagai unsur, yaitu Radius Prawiro – wakil dari Pemerintah, Dono Iskandar – Direktur Bank Indonesia, Glenn Yusuf – Dirjen Moneter Lembaga Keuangan. Verry Iskandar, Op. Cit, hal 73. Universitas Sumatera Utara

g. Fasilitas Dana Talangan Rupiah untuk Bank – bank yang Dilikuidasi

Pada tanggal 1 November 1997 Pemerintah memutuskan untuk melikuidasi 16 bank yang memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi keberadaannya. Ketiadaan program penjamin simpanan sempat membuat kepanikan dalam masyarakat, sehingga untuk meredakan gejolak tersebut Pemerintah mengeluarkan kebijakan menyeluruh blankeet guarantee dengan menjaminkan semua simpanan dana masyarakat dalam perbankan. Penyediaan dana talangan dimaksudkan untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional dan melakukan pembayaran kepada nasabah 16 bank yang dilikuidasi. Pembayaran nasabah yang dilikuidasi itu dilakukan oleh bank pendamping yang masih sehat yang mana dananya berasal dari Bank Indonesia.

h. Fasilitas Saldo Debet

Untuk memperkuat posisi serta menggunakan kepentingan Bank Indonesia terhadap bank – bank yang setelah tanggal 1 Januari 1998 masih bersaldo giro negatif, saldo giro minus tersebut tersebut mulai bulan Agustus 1998 didudukkan menjadi Fasilitas Saldo Debet, diikuti pembuatan akta notariil berupa Akta Pengakuan Hutang APH, dan Akta Pengakuan Hutang dengan Pemberian Jaminan APHJ. Bank bisa menerima fasilitas saldo negatif bila : 1. Menandatangani Akta Pengakuan Hutang dan Akta Pengakuan Hutang dengan pemberian jaminan secara notariil; 2. Jangka waktunya enam bulan, terhitung sejak tanggal berikutnya fasilitas atau tanggal diberikannya persetujuan BPPN; 3. Tingkat bunga sebesar 125 dari rata – rata JIBOR selama 1 satu bulan sebelum tanggal efektif; 4. Jaminan tambahan yang diserahkan berupa aktiva tetap milik bank atau penjamin lainnya dan saham bank atau Perusahaan lainnya milik pemegang saham serta personal corporate guarantee; 5. Pengikatan jaminan dilakukan secara notariil; 6. Bila sebelum menerima fasilitas ini bank telah menerima fasilitas lainnya, maka jaminan yang diberikan dapat berupa jaminan bersama joint collateral antara fasilitas yang dimaksud. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Jenis Bantuan Likuiditas Bank Indonesia No Jenis Jangka Waktu Suku Bunga Tujuan Keterangan 1. Fasilitas Diskonto 2 hari Menutup mismatch Jangka pendek Tidak berlaku lagi 2. Fasilitas Diskonto II 90 hari Menutup mismatch Jangka panjang Tidak berlaku lagi 3. Fasdis I Repo 7 hari Diskonto 28 Membantu bank- bank sehat yang tidak memiliki SBI tetapi kesulitan likuiditas 4. Fasilitas Diskonto 1 bulan 125 suku bunga Menutup pelanggaran GWM 5. SBPU Lelang 3 bulan Diskonto 2 di atas SBI Pelonggaran Likuiditas dlm rangka program moneter 6. SBPU Bilateral 2 minggu sd 3 bulan Memenuhi keb. Likuiditas harian 7. Saldo Giro NegatifDebet kondisional pada hari terjadi debet 125 suku bunga JIBOR Menjaga kestabilan perbankan 8. SBPU Khusus 3-18 bulan Diskonto 27 pertahun Merupakan konversi dari Fasdis I, II, Fasdis I Repo, dan Saldo Debet 9. Kredit Likuiditas Darurat 6 bulan 16 pertahun Penyehatan Bank Tidak berlaku lagi 10. Kredit Subordinisasi 20 tahun 6 capping Penyehatan bank Tidak berlaku lagi 11. Fasilitas Pemberian Jaminan thd Kewajiban Bank Umum Jaminan Pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan thd perbankan Berlaku sejak tanggal 26 Januari 1998 sd 31 Januari 2000 12. Fasilitas Pemberian Jaminan thd Kewajiban BPR Jaminan Pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan thd perbankan Berlaku sejak tanggal 26 januari 1998 sd 31 januari 2000 13. Fasilitas Dana Talangan Pembayaran Kewajiban LN dlm rangka trade finance dan inter bank debt arreas Maksimal 2 bulan -Valas JIBOR I Tahun + 10 -Rupiah SBI 1 tahun + 2 Memulihkan Kepercayaan Internasional thd perbankan nasional Pembayaran setelah tanggal 30 juni 1998 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 1 No Jenis Jangka Waktu Suku Bunga Tujuan Keterangan 14. Fasilitas Jaminan Pembiayaan Perdagangan Internasional Dalam rangka menggairahkan kembali perdagangan internasional 15. Fasilitas Dana Talangan bank BDL dan BBOBBKU Pembayaran thd nasabah bank yang dilikuidasi bank beku operasi BBO Sumber : Mengurai Benang Kusut BLBI, oleh Bank Indonesia, hal 34 – 35. Secara umum, pemberian BLBI di dasari oleh berbagai peraturan diantaranya yaitu : a Undang – Undang No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral; Pasal 29 angka 1 menyebutkan bahwa : “Bank Indonesia bertugas memajukan perkembangan yang sehat dari urusan kredit dan urusan perbankan.” Pasal ini kemudian diberi penjelasan sebagai berikut : “Tugas tersebut dalam pasal ini disandarkan kepada sifat dan kedudukan Bank Sentral sebagai pembina dan pengawas perbankan. Dalam rangka tugas tersebut bank memajukan perkembangan yang sehat dari perbankan dan perkreditan serta menjaga kepentingan masyarakat yang mempercayakan uangnya kepada bank – bank. Bank – bank sebagai perusahaan diselenggarakan berdasarkan asas- asas ekonomi perusahaan yang sehat dan wajar.” Pasal 32 angka 3 menyebutkan bahwa : ”Bank dapat pula memberikan kredit likuiditas kepada bank – bank untuk mengatasi kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat.” Penjelasan Umum angka III huruf b : ”Bank Sentral dan perbankan pada umumnya diwajibkan mengikuti batas – batas yang telah ditetapkan dalam rencana kredit. Rencana kredit tersebut disusun oleh Bank Sentral untuk diajukan kepada Pemerintah melalui Dewan Moneter dalam penyusunan rencana moneter. Sebagai banker’s bank, Bank Sentral dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank – bank untuk tujuan peningkatan produksi dan lain – lain sesuai dengan program pemerintah, sedangkan sebagai lender of the Universitas Sumatera Utara last resort Bank Sentral dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank – bank untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dihadapinya dalam keadaan darurat.” b Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan; Pasal 37 angka 2 huruf b menyebutkan bahwa : ”Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank Indonesia dapat mengambil tindakan lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.” Selanjutnya dalam penjelasannya dikatakan bahwa Bank Indonesia dapat melakukan langkah untuk menyelamatkan bank yang mengalami masalah yang membahayakan kelangsungan usahanya, sebelum dilakukan pencabutan izin usahanya danatau tindakan likuidasi. Langkah penyelamatan tersebut dilakukan terhadap bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat. c Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia; Pasal 11 angka 1 menyebutkan bahwa : “Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah untuk jangka waktu paling lama 90 sembilan puluh hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang bersangkutan.” d Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1998 Tentang Penerbitan Jaminan Bank Indonesia serta Penerbitan Jaminan oleh Bank Persero dan Bank Pembangunan Daerah untuk Pinjaman Luar Negeri; Pasal 2 angka 1 menyebutkan bahwa : “Bank Indonesia dapat memberikan jaminan atas pinjaman luar negeri dan atau atas pembiayaan perdagangan internasional yang dilakukan oleh bank.” e Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998 Tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum; Pasal 1 menyebutkan bahwa : “Pemerintah memberi jaminan bahwa kewajiban pembayaran bank umum kepada para pemilik simpanan dan krediturnya akan dipenuhi.” Universitas Sumatera Utara f Keputusan Presiden No. 193 Tahun 1998 Tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat; Pasal 2 angka 1 menyebutkan bahwa : “Pemerintah memberikan jaminan terhadap kewajiban pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.” Secara Khusus, setiap pemberian BLBI juga didukung dengan dasar hukum lainnya seperti Keputusan Menteri Keuangan, Surat Menteri Keuangan kepada Gubernur Bank Indonesia, Surat Menteri Sekretaris Negara, Surat Keputusan Bersama Direksi Bank Indonesia dengan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia serta Keputusan Rapat Direksi Bank Indonesia. a Keputusan Rapat Direksi Tanggal 15 Agustus 1997; Keputusan Rapat Direksi Bank Indonesia ini menjadi dasar bagi BI untuk memberikan fasilitas saldo giro negatif kepada bank – bank guna mengatasi kesulitan likuiditas yang disebabkan oleh penarikan dana pihak ketiga dalam jumlah yang sangat besar. b Keputusan Rapat Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku Wasbang dan Prodis tanggal 3 September 1997; Hasil rapat tersebut menginstruksikan kepada Menteri Keuangan dan Gubernur BI untuk segera membantu bank – bank nasional yang mengalami kesulitan, dan bagi bank yang secara nyata tidak sehat agar diupayakan penggabungan atau akuisisi dengan bank yang sehat, dan apabila usaha ini tidak berhasil agar segera dilikuidasi sesuai dengan peraturan perundang – undangan. c Surat Menteri Sekretaris Negara kepada Gubernur BI No. R.183M.Sesneg121997 Tanggal 27 Desember 1997 Tentang Bantuan Likuiditas kepada Bank – bank Swasta Nasional; Universitas Sumatera Utara Surat ini menyampaikan persetujuan Presiden atas usulan BI untuk mengkonversi saldo giro negatif bank – bank pada BI menjadi Surat Berharga Pasar Uang Khusus SBPUK. Pemberian Fasilitas ini disertai dengan pengikatan jaminan berupa aset bank, pemilik dan pihak lain yang terafiliasi. d Keputusan Menteri Keuangan No. 26KMK.0.171998 Tanggal 28 Januari 1998 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Penjaminan Umum Pemerintah terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum; e Surat Menteri Keuangan kepada Presiden RI No. S-8MK1998 Tanggal 8 Februari 1998 perihal Pembayaran kepada para Deposan bank-bank yang dicabut izin usahanya. Surat ini merupakan usulan Menteri Keuangan kepada Presiden untuk membayar dana nasabah diatas Rp. 20 Juta kepada nasabah 16 Bank Dalam Likuidasi BDL; f Surat Keputusan Direksi BI No. 30271KEPDIR Tanggal 3 Maret 1998 Tentang Fasilitas Diskonto, Sanksi atas Pelanggaran Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Sanksi atas Saldo Giro Negatif pada Bank Indonesia; g Surat Keputusan Bersama Direksi BI dan Ketua BPPN No. 30270KEPDIR dan No.1BPPN1998 Tanggal 6 Maret 1998 Tentang Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pembayaran Kewajiban Bank Umum; h Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 312AKEPDIR Tanggal 6 April 1998 Tentang Fasilitas Diskonto, Sanksi atas Pelanggaran GWM dalam Rupiah dan Sanksi atas Saldo Giro Negatif pada Bank Indonesia; i Hasil kesepakatan antara Delegasi Pemerintah Republik Indonesia dengan Steering Committee Perbankan Internasional di Frankfurt Tanggal 4 Juni 1998; Universitas Sumatera Utara j Surat Keputusan Direksi BI No. 3153.A.KEPDIR Tanggal 19 Juni 1998 Tentang Penyelesaian Tunggakan Devisa; k Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 3153AKEPDIR Tanggal 1 Juli 1998 Tentang Pencabutan Surat Keputusan pada huruf f dan g; l Surat Keputusan Direksi BI No. 3189KEPDIR Tanggal 7 September 1998 Tentang Jaminan Pembiayaan Perdagangan Internasional dan Surat Keputusan Direksi BI No. 31174KEPDIR Tanggal 22 Desember 1998 Tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi BI No. 3189KEPDIR Tentang Jaminan Pembiayaan Perdagangan Internasional; m Surat Menteri Keuangan Kepada Gubernur BI No. 459MK.0171998 Tanggal 26 Agustus 1998 Tentang Penyelesaian Simpanan Nasabah 16 Bank Dalam Likuidasi BDL. Surat ini berisi persetujuan agar dana nasabah 16 BDL yang didepositokan pada bank – bank Pemerintah dapat dicairkan seluruhnya tanpa pengenaan pinalti.

3. Latar Belakang Pemberian BLBI