Mekanisme Pemberian BLBI Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) Dalam Mengatasi Krisis Perbankan (Studi Perbandingan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI))

simpanan di Amerika. Ketiadaan mekanisme skim penjaminan simpanan seperti ini pada waktu itu yang menyebabkan krisis semakin meluas dan menjadi sistemik.

4. Mekanisme Pemberian BLBI

BLBI yang diberikan oleh Bank Indonesia ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam perbankan nasional adalah melalui mekanisme kliring. Dalam kondisi dan situasi normal, pemberian BLBI melalui sistem kliring tidak akan menjadi masalah. Karena memang mekanisme kliring diperuntukkan bagi tukar menukar warkat dalam rangka memperlancar sistem pembayaran. Kegiatan kliring juga merupakan sarana penyelesaian utang piutang antara bank, nasabah dengan bank dan nasabah bank lainnya melalui Bank Indonesia. Dalam keadaan krisis, pemberian BLBI melalui mekanisme kliring berubah dari tukar – menukar warkat menjadi sarana penyaluran likuiditas dan penyaluran dana bagi bank – bank yang mengalami kesulitan. Sesungguhnya melalui mekanisme kliring, Bank Indonesia tidak mengetahui peruntukkan maupun penyaluran dana BLBI. Karena dalam mekanisme kliring yang digunakan pada saat itu adalah peralatan elektronik tanpa kertas paperless, Bank Indonesia tidak dapat menilai kelayakan permohonan kredit yang dilakukan oleh bank. Padahal seharusnya pemberian kredit harus memperhatikan persyaratan standar seperti 5C capital, condition, collateral, capacity, capability, solvabilitas dan rentabilitas. Bank Indonesia dalam memberikan BLBI hanya melihat kemampuan dari debitur untuk mengembalikan pinjaman ability to pay tanpa memperhatikan aspek Universitas Sumatera Utara jaminan produktif yang harus mempunyai nilai setara dengan bantuan likuiditas yang diberikan oleh Bank Indonesia vide Pasal 11 Undang – Undang Bank Indonesia 1999. Dalam mekanisme Bank Indonesia sendiri tidak ada prosedur pre audit, mengenai tujuan dari penggunaan dana BLBI tersebut. Bank Indonesia hanya mempunyai mekanisme post audit sebagai bentuk pengawasan terhadap penggunaan dana BLBI. Rupanya mekanisme kliring tanpa pre audit ini diketahui celahnya dan dimanfaatkan oleh kalangan bankir – bankir nakal agar Bank Indonesia terus mengucurkan BLBI dengan cara membuat program fiktif, kredit topengan, transfer pricing dan lain sebagainya. Karena dengan mekanisme post audit para bankir nakal itu dapat saja membuat laporan palsu dengan cara window dressing. Adapun mekanisme prosedural administrasi dalam penyaluran BLBI terlihat alur yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Prosedur ini digunakan dalam rangka memperkuat aspek legalitas dan mengurangi risiko tidak tertagihnya BLBI. Mekanisme tersebut adalah : 198 a. Bank – bank yang mengalami saldo debet mengajukan permohonan ke Bank Indonesia untuk tetap diperbolehkan bersaldo debet dan tetap ikut dalam kliring; b. Atas dasar permohonan tersebut, satuan kerja terkait pada huruf a mengajukan catatan pada Direktur Bidang untuk dimintakan persetujuan pada Direksi Bank Indonesia. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26162KEPDIR tanggal 22 Maret 1994, persetujuan Direksi dapat ditetapkan di dalam rapat Direksi atau diluar Rapat Direksi; c. Persetujuan yang ditetapkan di dalam rapat Direksi dilakukan dengan cara Direktur Bidang mengajukan permohonan bank yang bersangkutan dalam rapat Direksi. Setiap keputusan yang ditetapkan dalam rapat Direksi merupakan 198 Hasil Riset Bank Indonesia Satgas BLBI dengan HLB Hadori Rekan, Mengurai Benang Kusut BLBI II....Op. Cit, hal 43. Universitas Sumatera Utara keputusan yang bersifat kolegial dan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat; d. Dalam keadaan mendesak, persetujuan pemberian BLBI dapat dilakukan oleh satu orang Direktur di luar rapat Direksi. Dalam hal ini, anggota Direksi yang memutuskan tersebut bertindak sesuai dengan pendelegasian wewenang yang telah dipercayakan kepadanya. Namun, demikian anggota Direksi yang memutuskan tersebut harus segera memberitahukan pada kesempatan pertama keputusan yang diambilnya kepada Gubernur Bank Indonesia dan satu orang anggota Direksi lain yang juga membidangi hal yang diputuskan; e. Dalam pengertian keputusan yang diambil itu di luar rapat Direksi termasuk keputusan yang diambil dalam forum morning call dan evening call. 199 Selain sebagai forum untuk pengambilan keputusan, morning call dan evening call juga merupakan sarana untuk menyampaikan keputusan yang diambil oleh satu orang Direktur di luar rapat Direksi; f. Selanjutnya untuk beberapa fasilitas dilakukan pengikatan secara notariil, termasuk jaminannya terhadap BLBI yang telah diberikan melalui pengikatan Akta Pengakuan Hutang APH dan Akta Pengakuan Hutang dengan Jaminan APHJ.

5. Kriteria Bank Penerima BLBI