terganggu dalam menetapkan diskresinya sendiri untuk mewujudkan tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh undang – undang. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa independensi Bank Indonesia harus dipertahankan sesuai dengan filosofi agar dapat menjamin prinsip negara hukum. Apabila Pemerintah menetapkan
peraturan atau undang – undang yang kontra dengan undang – undang yang ada, hal tersebut adalah merupakan bentuk intervensi politik Pemerintah terhadap
independensi Bank Indonesia dan secara normatif juga tidak dapat dijustifikasi.
219
2. Bank Indonesia dan Stabilitas Sistem Keuangan
Berdasarkan independensi Bank Indonesia tersebut, tepat untuk dipertahankan dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia berkenaan dengan fungsi
stabilitas sistem keuangan. Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter,
namun juga stabilitas sistem keuangan perbankan dan sistem pembayaran. Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh
stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua
sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas
keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila
219
Ibid, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
220
Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan itu adalah:
221
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank
Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak
langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi.
Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga
perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara – negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan
dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam
pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum law enforcement harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan
disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum law enforcement dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan
stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah
menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia
222
dan rencana implementasi Basel II.
223
220
Bank Indonesia, “Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan”, http:www.bi.go.idwebidPerbankanStabilitas+Sistem+KeuanganPeran+Bank+IndonesiaPeran+BI
, Diakses Sabtu, 25 Juli 2009.
221
Ibid
222
Arsitektur Perbankan Indonesia API merupakan kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar failure to settle pada salah
satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut
dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular contagion risk sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan
mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran
yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS Real Time Gross Settlement yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki
untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa dating dilandasi oleh visi yaitu : “Mencapai suatu sistem perbankan yang sehat,
kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.” Dahlan Siamat, Op. Cit, hal 125.
Guna mempermudah pencapaian visi API, maka dijabarkan 6 enam sasaran yang ingin dicapai. Keenam pilar tersebut adalah :
a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan; b.
Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional;
c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi risiko; d.
Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional;
e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang
sehat; f.
Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005, hal 182.
223
Impelementasi Basel II dilakukan untuk peningkatan standardisasi penghitungan kecukupan modal. Dokumen “Internationally Convergence of Capital Measurement and Capital
Standard – A Revised Framework” Basel II yang diterbitkan oleh Basel Committee on Banking Supervision dari Bank for International Settlements BIS, merupakan penyempurnaan dari Basel
Accord 1988 Basel I, yang memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko risk sensitive serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan
manajemen risiko di bank. Secara khusus, Basel II diperuntukan bagi internationally active banks yang bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan secara internasional, dengan
menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang
memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun
perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko. Bank Indonesia, ”Sekilas Implementasi Basel II di Indonesia”, http:www.bi.go.idwebidPerbankanImplementasi+Basel+II, Diakses Selasa, 11
Agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.
Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan potential shock yang
berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi
kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort LoLR. Suatu
instrumen pengawasan pada saat krisis, dimana bank sentral dapat memberikan bantuan kepada bank yang mengalami krisis likuiditas apabila ada potensi terjadi
risiko sistemik. Hal ini bertujuan untuk memulihkan kepercayaan sehingga menciptakan kredibilitas bank, yang juga turut menjaga stabilitas keuangan. Fungsi
LoLR Bank Indonesia ini yang akan dibahas lebih lanjut dalam subbab berikutnya.
3. Bank Indonesia Sebagai Lender of The Last Resort LoLR dalam