BPPN dengan JITF.
262
Struktur hubungan antara KKSK dengan BPPN menjadi kurang lancar dan semakin kompleks tercermin dari keberadaan beberapa lembaga
pengawasan seperti Satuan Kerja Audit Internal SKAI, Ombudsman, Komite Audit, Oversight Commitee, auditor eksternal, BPK, dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan BPKP. Kerancuan terjadi karena objek yang sama di BPPN diperiksa berkali – kali oleh berbagai lembaga pengawasan tersebut sehingga timbul
kekhawatiran pejabat dan pegawai BPPN untuk melaksanakan tugasnya. Dengan kondisi demikian, beberapa persoalan yang menjadi kewenangan BPPN dilaksanakan
oleh KKSK.
263
2. Pembentukan Jaring Pengaman Sistem Keuangan Financial Safety Net
Salah satu ciri utama pada ketentuan yang mengacu pada undang – undang Bank Indonesia setelah krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1998 dan khususnya
setelah amandemen adalah dirumuskannya pasal yang mengakomodasi salah satu persyaratan Jaring Pengaman Sistem Keuangan JPSK. Ketentuan tersebut adalah
fungsi lender of the last resort yang mengantisipasi kesulitan perbankan yang telah bersifat sistemik, sebagaimana tertuang dalam Pasal 11 angka 4 dan angka 5 Undang
– undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang – undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, menyebutkan bahwa :
262
Krisis telah menyebabkan sektor korporasi insolven. Pada puncak krisis, 75 utang pada sistem perbankan menjadi non performing loan NPL dan BPPN menguasai lebih dari 90 dan BPPN
terlibat 40 dalam kasus – kasus yang di mediasi oleh JITF. Kusumaningtuti. SS, Op. Cit, hal 180.
263
I Putu Gede Ary Suta dan Soebowo Musa, BPPN The End, Jakarta : Sad Satria Bhakti, 2004, hal 292.
Universitas Sumatera Utara
”........4 Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem
keuangan, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah;
5 Ketentuan dan tata cara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan bank yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat dan
sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diatur dalam undang – undang tersendiri, yang ditetapkan selambat – lambatnya akhir tahun
2004.”
Guna menindaklanjuti ketentuan pasal tersebut, Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia dewasa ini menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang – Undang atau Rancangan Perpu tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Ketentuan tersebut merupakan landasan hukum yang amat diperlukan untuk
mempersiapkan apabila terjadi krisis lagi. Rancangan Perpu tersebut memuat pengaturan mengenai pembiayaan darurat, rapat komite koordinasi, penanganan krisis
dan sumber pendanaan krisis. Dua hal yang amat penting dalam Rancangan Perpu tersebut adalah :
1. Terdapat pengaturan indemnity yang menyebutkan bahwa ”Menteri
Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan, dan atau pejabat yang melaksanakan tugas sesuai Perpu
ini tidak dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam
Perpu ini sepanjang dilakukan dengan itikad baik;
2. Terdapat definisi krisis dan penetapan krisis sebagai berikut : ”Krisis adalah
suatu kondisi yang berdasarkan pertimbangan cermat dinyatakan membahayakan stabilitas perekonomian nasional. Kondisi krisis antara lain
ditandai dengan adanya beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan permodalan sehingga membahayakan perekonomian nasional.”
Selanjutnya, disebutkan bahwa ”Presiden selaku Kepala Negara menetapkan kondisi krisis berdasarkan usul Komite Koordinasi.”
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dalam Penjelasan Umum amandemen Undang – undang Bank Indonesia No. 3 Tahun 2004 disebutkan :
“Sehubungan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, selama ini pelaksanaan fungsi sebagai lender of the last resort dilakukan oleh Bank Indonesia
melalui pemberian fasilitas kredit kepada bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
dicairkan. Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi lender of the last resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau krisis. Untuk itu,
dengan undang – undang ini dimungkinkan Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah, dalam
hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan. Mekanisme
ini merupakan bagian dari konsep jaring pengaman sistem keuangan Financial Safety Net yang akan diatur dalam undang – undang tersendiri.”
Muatan dalam undang – undang tersebut menunjukkan Indonesia telah
mengikuti perkembangan internasional yang menyadari dengan pengalaman pengalaman krisis keuangan yang terjadi di banyak negara, pengelolaan krisis juga
perlu mencakup tahap penguatan ketahanan atau yang sering disebut sebagai crisis perevention. Crisis prevention meliputi kebijakan yang diambil untuk menghindarkan
timbulnya permasalahan perbankan.
264
Crisis prevention ini dilakukan dengan mengadakan financial safety net yang merupakan rangkaian dari terselenggaranya
fungsi lender of the last resort oleh Bank Sentral, penetapan bea fiskal pada anggaran Pemerintah, forum koordinasi stabilitas sistem keuangan, lembaga penjamin atau
asuransi simpanan, sistem pengawasan bank berdasarkan prinsip prudensial serta bureau credit yang mengatasi asymetric information. Disamping itu, diperlukan
264
Sukarela Batunanggar, “Reformulasi Manajemen Krisis Indonesia : Deposit Insurance Lender of The Last Resort”, www.scribd.comdoc3932765Batunanggar-Reformulasi-Manajemen-
Krisis-Indonesia:Deposit-Insurance-and-the-lender-of-the-last-resort-257k, Diakses, Selasa 3 Maret 2009.
Universitas Sumatera Utara
lembaga yang menangani bank – bank yang gagal dan mengelola aset yang bermasalah untuk penyelesaiannya. Keseluruhan rangkaian tersebut harus dilandasi
oleh kerangka hukum dan ketentuan yang jelas termasuk mekanisme penetapan kondisi darurat atau krisis sehingga ketentuan dalam kondisi normal dapat diatasi
oleh ketentuan pada saat krisis.
265
Proposal Jaring Pengaman Sistem Keuangan tersebut kemudian dikembangkan bersama – sama oleh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam hal ini
diwakili oleh Departemen Keuangan dan memiliki tiga elemen penting yaitu : 1. Pembentukan dan Pelaksanaan skim penjaminan deposito; 2. Fungsi lender of the last
265
Kusumaningtuti. SS, Op. Cit, hal 76-78 Prinsip – prinsip implementasi pencegahan dan penanganan krisis meliputi :
1. Kecepatan Pengambilan Keputusan
Keputusan penanganan terhadap permasalahan bank harus dilakukan segera mungkin paling tidak ketika terjadi indikasi bahwa hal tersebut dapat menjadi awal pemicu dampak sistemik terhadap
sistem keuangan. Tindakan cepat, pesan signaling yang jelas dan kepemimpinan yang didefinisikan secara baik akan memberikan dampak positif untuk menjaga dan atau pemulihan
kepercayaan publik;
2. Transparansi dan kredibilitas keputusan
Menjaga integritas dan kepercayaan publik dalam penanganan krisis menjadi faktor yang sangt penting untuk keberhasilan pemulihan kepercayaan sistem keuangan nasional. Untuk itu sangat
diperlukan adanya proses yang menjamin bahwa pelaksanaan pencegahan dan penanganan krisis dilakukan secara transparan dan akuntabel, serta dilakukan oleh lembaga yang kompeten. Dengan
demikian, diperlukan data dan informasi yang handal reliable, staf yang berkualitas, koordinasi institusional yang erat, dan komunikasi publik yang baik;
3. Kepastian Hukum
Keputusan yang diambil dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis oleh otoritas fiskal dan otoritas moneter merupakan keputusan yang sah dan mengikat, sehingga dapat memberikan
kepastian hukum
4. Akuntabilitas penggunaan dana publik
Dalam pencegahan dan penanganan krisis yang memerlukan dukungan pendanaan dari APBN, mekanismenya dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dengan
mempertimbangkan kecepatan pengambilan keputusan.
Naskah Akademik Rancangan Undang – Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan JPSK, http:www.jpsk.infopublishdetail.php?module=det_naskahid=11Diakses Jum’at, 31 Juli 2009
Universitas Sumatera Utara
resort oleh Bank Indonesia dan 3. Pembentukan komite untuk koordinasi tindakan Pemerintah dalan hal lembaga – lembaga terkait mengalami kesulitan sistemik.
Dengan kata lain, Rancangan Undang - Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan harus menjadi salah satu prioritas Pemerintah bersama dengan DPR untuk
dibicarakan bersama agar menjadi Undang - Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan sebelum segala sesuatunya terjadi dan semua pihak akhirnya hanya
menyesali apa yang sudah terjadi tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.
266
Tindakan Pemerintah Departemen Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan bersama
dengan Bank Indonesia menyiapkan cetak biru blue print protokol manajemen krisis di sektor keuangan sebagai acuan hukum bagi bekerjanya KSSK ketika
melakukan tindakan-tindakan darurat terkait penggunaan anggaran negara dan menjadi ”payung hukum” yang kuat sekaligus sebagai perlindungan hukum bagi
KSSK dalam mekanisme atau protokol penanganan krisis keuangan di Indonesia.
267
Langkah – langkah koordinasi yang solid antara Bank Indonesia dan Pemerintah,
266
Menurut Menkeu, Sri Mulyani, RUU JPSK harus mengandung kriteria-kriteria yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menentukan kondisi seperti apa fasilitas ini bisa digunakan. Tujuan
utamanya adalah agar menghindari terjadinya moral hazard. Kriteria-kriteria ini harus di-set agar tidak terjadi moral hazard. Karena tanpa kriteria-kriteria ini, kita tidak bisa menentukan kondisi seperti apa
yang bisa berdampak sistemik sehingga JPSK harus digunakan. Adanya kriteria-kriteria ini, lanjut Sri Mulyani, penting untuk menjadi acuan Pemerintah guna mengambil keputusan menggunakan fasilitas
JPSK dalam waktu singkat. Alasannya, dalam kondisi ekonomi terguncang atau krisis, otoritas tidak dapat membuang waktu untuk mencari asal muasal persoalan sementara persoalan terus berjalan.
JPSK.info,
”RUU JPSK tetap sangat dibutuhkan”, http:www.jpsk.infopublishdetail.php?module=det_newsid=24, Diakses Selasa, 11 Agustus
2009.
267
Ryan Kiryanto, ”Urgensi Undang – Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan”, http:www.bernardsimamora.comlang-insorot-ekonomis-a-bisnis1118-urgensi-uu-jpsk.html,
Diakses, Senin 20 Juli 2009.
Universitas Sumatera Utara
sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengambil peran dan kewenangan DPR akan tetapi justru menempatakan peran strategis DPR karena hanya dengan persetujuan
DPR dapat digunakan dana APBN untuk pencegahan dan penanganan krisis.
268
3. Crisis Management Protocol CMP