30 diterima sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan bagi hasil
dan atau marjin ”.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok Bank Syariah, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang membutuhkan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi 2 dua hal berikut :
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produk perdagangan maupun investasi.
2.
Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
.
17
2. Jenis-Jenis Pembiayaan atau Penyaluran Dana
a. Pembiayaan Bagi Hasil
1.
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai
kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai penyandang dana shahibul maal dengan pengelola usaha mudharib sesuai
dengan kesepakatan. Umumnya porsi bagi hasil ditetapkan bagi mudharib lebih besar daripada shohibul maal. Pada akhir jangka waktu
pembiayaan, dana
pembiayaan dikembalikan
kepada
17
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 160.
31 bank.
18
Mudharabah dapat berupa mudharabah mutlaqah atau
mudharabah muqayyadah.
Mudharabah mutlaqah untuk kegiatan usaha yang cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis
sesuai permintaan pemilik dana. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah untuk kegiatan usaha yang cakupannya dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu dan daerah bisnis sesuai permintaan pemilik dana
.
19
2. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai
kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara bank sebagai penyandang dana shahibul maal dengan pengelola usaha mudharib sesuai
dengan kesepakatan. Umumnya, porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi masing-masing, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada
bank.
20
Menurut Undang-Undang
Perbankan Syariah
pembiayaan musyarakah adalah kerjasama di antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan
18
Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia Jakarta: Kencana, 2005, h. 115.
19
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h. 192.
20
Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia Jakarta: Kencana, 2005, h. 119.
32 kesepakatan, dan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana
masing-masing. Dalam pembiayaan ini nasabah bertindak sebagai pengelola usaha
dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati, seperti melakukan
review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang dibuat oleh nasabah
berdasarkan bukti
pendukung yang
dapat dipertanggungjawabkan.
21
b. Prinsip Jual Beli
1. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan
kewajiban mengembalikan talangan tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan bank pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh
margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah.
22
Dalam pembiayaan ini bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi murabahah dengan nasabah. Bank dapat
membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. Apabila telah ada kesepakatan antara bank
dan nasabahnya dan pembiayaan murabahah telah ditandatangani oleh
21
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, h. 196.
22
Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia Jakarta: Kencana, 2005, h. 106.