Mengaplikasikan Mekanisme Bermuamalah menurut Tuntunan Syariah

52 Begitupun yang dikatakan oleh Ibu Ari sebagai teller BMT Usaha Mulya, sebagai berikut : “Kan kalo murabahah mah berkaitan dengan modal usaha, bagi para pengusaha kecil. Kalo ijarah itu sewa-menyewa untuk jasa, seperti pendidikan, biaya berobat. Contohnya kaya anak perlu sekolah, berarti kan menyewa jasa seorang guru, terus untuk berobat menyewa jasa seorang dokter, ya begitu. Kalo yang hiwalah itu untuk hutang- piutang, misalnya orang punya hutang sama pihak lain lalu dia mengajukan pembiayaan ke kita, kita sebagai orang ketiga yang meminjamkan uang untuk melunasi hutang tersebut. Tentunya dengan basilnya. Seperti untuk pelunasan motor itu masuknya ke hiwalah .” 2 Semua transaksi muamalah yang dilakukan menggunakan mekanisme yang sesuai dengan standar muamalah yang disepakati, yaitu muamalah syariah Islam seperti bagi hasil yang sesuai nisbah yang disepakati, keuntungan selisih harga jual, dan ujrah atau upah.

2. Memudahkan Akses Permodalan dan Pengelolaan Kegiatan Usaha bagi

Masyarakat Bawah dan Menengah Kehadiran BMT Usaha Mulya di Kelurahan Kota Baru Bekasi Barat diharapkan mampu menanggulangi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha kecil mikro, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan masyarakat kecil yang ingin memulai atau menjalankan dan mengembangkan usahanya. Untuk dana yang telah diterima oleh BMT Usaha Mulya yang diperoleh dari dana sosial dan ZIS Yayasan Pondok Mulya yang setiap tahunnya sebesar Rp 400.000.000, yang kemudian disalurkan langsung kepada nasabah atau anggota untuk memulai atau penambahan modal dalam mengembangkan usahanya. Seperti yang telah dikatakan oleh Bapak Edy 2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ari, Bekasi, 14 November 2014. 53 Purwanto selaku Ketua Pelaksana Cabang BMT Usaha Mulya, sebagai berikut : “Awalnya kita dengan dikucurkan dana itu sekitar dua ratus lima puluh juta, baru pertama. Satu tahun setengah ditambah seratus jadi empat ratus. ” 3 Dana tersebut disalurkan kepada nasabah dengan nilai pembiayaan masing-masing, paling kecil sebesar Rp 500.000, dan paling besar Rp 10.000.000. Berikut tabel angsuran pembiayaan produktif dan konsumtif BMT Usaha Mulya : Tabel 2 Angsuran Pembiayaan untuk Usaha Produktif dan Konsumtif No. Nominal Pembiayaan Angsuran Jangka Waktu 100 Hari 4 Bulan 6 Bulan 10 Bulan 12 Bulan 1. 500.000 5.500 137.500 - - - 2. 1.000.000 11.000 275.000 - - - 3. 1.500.000 16.500 412.500 - - - 4. 2.000.000 22.000 550.000 383.333 250.000 216.667 5. 3.000.000 33.000 825.000 575.000 375.000 325.000 6. 5.000.000 55.000 1.375.000 958.333 625.000 541.667 7. 10.000.000 - - 1.916.667 1.250.000 1.083.333 Sumber: Berdasarkan Data dari BMT Usaha Mulya Data tabel yang diatas menjelaskan bagi nasabah pembiayaan diharuskan melakukan penyetoran simpanan atau tabungan wajib minimal sebesar margin per bulan. Dengan porsi pembiayaan sebesar Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000 untuk bantuan bagi kaum dhuafa. Sedangkan porsi pembiayaan di atas dari Rp 1.000.000 untuk penguatan bagi usaha kecil, mikro dan menengah. Adapun jumlah nasabah dari porsi pembiayaan yang telah disebutkan, di bawah Rp 1.000.000 ada sekitar 100 orang sedangkan dengan porsi pembiayaan di atas Rp 1.000.000 terhitung 110 orang. 3 Ibid. 54 Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Edy Purwanto, Ketua BMT Usaha Mulya, sebagai berikut : “Yaa kalo yang dibawah satu juta itu untuk dhuafa sekitar seratus orang, kalo yang di atas satu juta sisanya ada seratus sepuluh orang berarti. Kalo yang di atas satu juta untuk pengusaha, kaya warung kan dia punya usaha tuh .” 4 Ibu Ari juga menjelaskan banyaknya nasabah sesuai dengan jenis pembiayaan, sebagai berikut : “Kalo untuk pembiayaan murabahah itu ada 150 orang, kalo yang ijarah ada 30 orang, hiwalah juga 30 orang . ” 5 Dalam menjalankan program pembiayaan ini, pihak BMT pun memiliki persyaratan untuk menjadi nasabah yang akan mendapatkan modal atau pinjaman dana. Salah satu kriterianya adalah masyarakat bawah menengah yang memiliki usaha minimal telah berjalan selama satu tahun. Selain itu karakter dari calon nasabah itu sendiri. Pihak BMT perlu menyeleksi calon nasabah, dengan langsung terjun ke lapangan atau mensurvei untuk mengetahui lebih dekat kondisi kehidupan, dan perekonomian calon nasabah yang akan dibantu tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Edy Purwanto selaku Ketua Pelaksana Cabang BMT Usaha Mulya, sebagai berikut : “Jadi wilayah sama karakter orang. Kalo karakter orang apa orang tersebut mudah dipercaya atau bisa diberikan amanahnya. Kalo wilayah, wilayah ini kita belum tahu, karena kita kan orang Jakarta Selatan jadi untuk wilayah ini kita belum tau.Terus juga kalo dia sudah ada dapat pinjaman dari pihak lain enggak kita kasih, takutnya memberatkan. Jadi kalo sudah ke pihak lain bayar ke kita kan berat. Jadi kita disini perlu analisa, setiap ada yang baru kita analisa dulu jadi kita survei dulu, kita tanyakan ke tetangganya, atau apa, tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Jadi kita langsung dateng aja. ” 6 4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Edy Purwanto, Bekasi 14 November 2014. 5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Ari, Bekasi, 14 November 2014. 6 Wawancara Pribadi dengan Bapak Edy Purwanto, Bekasi 01 Juli 2014.