20 adil dan berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan
berlandaskan syariah dari ridho Allah SWT
.
7
Salah satu tonggak penting gerakan BMT adalah didirikannya Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil PINBUK pada tahun 1995 oleh Ketua Umum
MUI, Ketua Umum ICMI, dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia. PINBUK memperkenalkan serta mempopulerkan istilah BMT Baitul Maal
wa Tamwil. PINBUK pula yang paling giat mendorong pendirian BMT di wilayah, disertai dengan bantuan teknis untuk hal tersebut
.
8
2. Prinsip BMT Baitul Maal Wa Tamwil
Ada tiga prinsip yang dilaksanakan oleh BMT dalam fungsinya sebagai Baitut Tamwil, yaitu:
1. Prinsip Bagi Hasil Prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara pemodal dengan pengelola dana. Pembagian bagi hasil ini dilakukan antara BMT dengan pengelola dana dan antara BMT
dan penyedia dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah Mudharabah dan Musyarakah.
2. Prinsip Jual Beli dengan Keuntungan Mark-up Prinsip ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, kemudian BMT bertindak
sebagai penjual, menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 449.
8
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 92.
21 sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT atau sering disebut
margin Mark-up. Keuntungan yang diperoleh BMT akan dibagi juga kepada penyedia
atau penyimpan
dana. Bentuk
produk prinsip
ini adalah Murabahah dan
Bai’ Bitsaman Ajil. 3. Prinsip non Profit
Prinsip ini disebut juga dengan pembiayaan kebijakan, prinsip ini lebih bersifat sosial dan tidak profit oriented. Sumber dana untuk
pembiayaan ini tidak membutuhkan biaya non cost of money tidak seperti bentuk-bentuk pembiayaan tersebut diatas. Bentuk produk prinsip ini adalah
pembiayaan Qordul Hasan.
9
3. Kegiatan Usaha BMT Baitul Maal Wa Tamwil
Dalam operasionalnya, BMT dapat menjalankan berbagai jenis kegiatan usaha, baik yang berhubungan dengan keuangan maupun non-
keuangan. Adapun jenis-jenisusaha BMT yang berhubungan dengan keuangan dapat berupa:
1. BMT memobilisasi dana dengan mengembangkannya dalam aneka
simpanan sukarela semacam tabungan umum dengan berasaskan akad mudharabah dari anggota bentuk:
a. Simpanan Biasa
b. Simpanan Pendidikan
c. Simpanan Haji
d. Simpanan Umrah
e. Simpanan Qurban
f. Simpanan Idul Fitri
g. Simpanan Walimah
9
Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syari’ah Malang: UIN-Malang Press, 2009, h.
36-38.
22 h.
Simpanan Aqiqah i.
Simpanan Perumahan pembangunan dan perbaikan j.
Simpanan Kunjungan Wisata k.
Simpanan Mudharabah Berjangka 2.
Kegiatan pembiayaan atau kredit usaha kecil bawah mikro dan kecil, antara lain dapat berbentuk:
a. Pembiayaan Mudharabah, yaitu pembiayaan total dengan
menggunakan mekanisme bagi hasil. b.
Pembiayaan Musyarakah, yaitu pembiayaan bersama dengan menggunakan mekamisme bagi hasil.
c. Pembiayaan Murabahah, yaitu pemilikan suatu barang tertentu yang
dibayar pada saat jatuh tempo. d.
Pembiayaan Bai’ bi Tsaman Ajil, yaitu pemilikan suatu barang tertentu dengan mekanisme pembayaran cicilan.
e. Pembiayaan Qard al Hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan
pengembalian kecuali sebatas biaya administrasi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa BMT memiliki peluang
cukup besar dalam ikut berperan mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan di atas
prinsip syariah yang lebih memberikan kesejukan dalam memberikan ketenangan baik bagi para pemilik dana maupun kepada para pengguna dana
.
10
10
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 460.