Prinsip Sewa Menyewa Jenis-Jenis Pembiayaan atau Penyaluran Dana

36 penyedia dana dalam kegiatan transaksi ijarah dengan nasabah, bank juga bertindak sebagai pemberi janji wa’ad antara lain untuk memberikan opsi pengalihan hak penguasaan objek sewa kepada nasabah sesuai kesepakatan. Sama halnya dengan pembiayaan ijarah, maka dalam pembiayaan IMBT, selama masa sewa barang yang disewa secara prinsip adalah milik bank bukan milik nasabah, maka secara hukum nasabah tidak mungkin menjadikan objek sewa sebagai angunan . 27

d. Prinsip Pinjam-Meminjam

Pembiayaan Qard adalah pembiayaan berupa pinjaman dana tanpa biayaimbalan apa pun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnaf zakatinfaksedekah dan ingin mulai berusaha kecil-kecilan. dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Transaksi pinjam- meminjam dalam bentuk piutang qard merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah penerima fasilitas debitur. Bank dilarang dengan alasan apa pun untuk meminta pengembalian pinjaman melebihi jumlah nominal yang sesuai akad. Bank juga dilarang membebankan biaya apa pun atas penyaluran dana pembiayaan atas dasar qard, kecuali administrasi dalam batas kewajaran. Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qard harus dilakukan oleh nasabah pada waktu yang telah disepakati. 27 Ibid., h. 218. 37 Dengan memperhatikan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pinjaman dana dalam transaksi dengan akad qard adalah pinjaman kebajikan. Dalam transaksi ini bank syariah berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian nasabahnya secara maksimal. 28

E. Usaha Kecil Mikro

1. Pengertian Usaha Kecil Mikro

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menegah dan Usaha Besar umumnya didasarkan pada nilai aset awal tidak termasuk tanah dan bangunan, omzet rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Dalam konteks Indonesia, kriteria usaha penting dibedakan untuk penentuan kebijakan yang terkait. Skala usaha dibedakan menjadi usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Penyebutan UMKM adalah untuk ketiga skala usaha selain usaha besar, yakni usaha menengah, kecil dan mikro. Dalam kehidupan sehari-hari, usaha mikro dan usaha kecil mudah dikenali dan mudah dibedakan dari usaha besar. Awali Rizky menyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki aset, modal, omzet yang amat kecil . 29 28 Ibid., h. 223. 29 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 41. 38 Di Indonesia, definisi UMKM di ataur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 dari Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa: a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. Dengan kriteria ini, Usaha Mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai aset paling banya Rp 50 juta, atau dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp 300 juta. b. Usaha Kecil adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Mikro atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimakasud dalam Undang- Undang tersebut. Dengan kriteria Usaha Kecil dengan nilai aset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, atau memilki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga maksimum Rp 2.500.000.000,00. c. Usaha Menengah adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Mikro atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut. Dengan kriteria Usaha Menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga