Kebakaran Teori Terjadinya Api Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebakaran

Kebakaran merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3 buah unsur, yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di udara dan panas yang dapat berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cedera bahkan kema tian manusia Suma’mur, 1997. Kebakaran tidak lepas dari teori timbulnya api, dimana kebakaran adalah api yang tidak terkendali artinya di luar kemampuan dan keinginan manusia. Api adalah persenyawaan antara suatu bahan bakar dengan oksigen pada temperatur tertentu yang pada prosesnya timbul nyala, suara dan cahaya. Dengan demikian kebakaran merupakan kondisi natural akibat persentuhan bahan bakar, oksigen dan panas atau kalor, yang tidak terkendali Ramli, 2010.

2.2. Teori Terjadinya Api

Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu adanya bahan yang bisa terbakar, adanya kecukupan oksigen, dan adanya sumber panas atau nyala Suma’mur, 1997. Tiga unsur tersebut dinamakan segitiga api. Bila salah satu dari elemen- elemen tersebut dihilangkan maka api pun akan padam. Gambar 2.1 Segitiga Api Kemudian model segitiga api dikembangkan oleh W.M. Haessler 1974 menjadi teori “fire tetrahedron” dengan menambahkan elemen reaksi kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila ketiga elemen api tersebut ada pada kondisi dan jumlah atau proporsi yang cukup. Gambar 2.2 Fire Tetrahedron

2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara terencana untuk mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya kebakaran. Karena itu pencegahan kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal penyalaan sangat penting untuk dilakukan, baik dengan jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan khususnya tentang kebakaran. Sulaksmono, 1997. Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan Hargiyarto, 2003. Menurut Hargiyarto 2003 terdapat alat yang dapat digunakan untuk penanggulangan kebakaran, yaitu: 1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan side effect,sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian airdilakukan dengan cadangan bak-bak air dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slangpipa karetplastik. b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember. c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api. d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran. 2. Alat Pemadam Api Ringan APAR APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air water, busa foam, serbuk kering dry chemical gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan. APAR memiliki beberapa karakteristik, yaitu : a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar. b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8 detik. d. Bila telah dipakai harus diisi ulang e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran