Selang dalam keadaan baik dan katup pembuka tidak bocor Nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran hidran
gedung d Sprinkler
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang dimaksud dengan sprinkler adalah alat pemancar air untuk
pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar kesemua arah secara merata. NFPA 13 installation of sprinkler system mengatur
sprinkler yang digunakan sebagai berikut: Semua instalasi pipa sprinkler di cat berwarna merah
Terdapat sistem dan jaringan air bersih yang bebas lumpur maupun pasir
Jarak antara sprinkler tidak lebih dari 4,6 meter
2.5.4. Sarana Penyelamatan Kebakaran
Selain dari sistem proteksi yang ada tersebut, sistem proteksi juga harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan kebakaran. Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, yang dimaksud dengan sarana penyelamatan kebakaran adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni
maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan
gedung dan lingkungan. Yang termasuk kedalam sarana penyelamatan diantaranya:
a. Manajemen Pengamanan Kebakaran Fire Safety Management
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang termasuk dalam unsur manajemen pengamanan kebakaran Fire Safety Management adalah
terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan berkala, perawatan dan pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan latihan penanggulangan
kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada bangunan.
Sedangkan yang termasuk dalam Fire Safety Management adalah sebagai berikut Tardianto dalam Syahri, 2011 :
1 Kebijakan fire safety policy 2 Identifikasi dan pengendalian pre-fire sistem
3 Pengorganisasian fire team 4 Pembinaan dan latihan
5 Tanggap darurat 6 Gladi terpadu fire drill
7 Riksa-uji inspection and testing 8 Pemeliharaan preventive maintenance
9 Audit fire safety audit 10 Sistem informasi dan komunikasi
11 Posko pengendalian darurat b.
Persiapan Keadaan Darurat
Keadaan aman sepenuhnya tidak mungkin tercapai, karena selalu terdapat kemungkinan ada faktor yang tidak diperhitungkan. Oleh karena
itu, di semua industri tidak cukup apabila manajemen hanya melakukan perencanaan untuk keadaan operasi normal. Melainkan harus membuat
perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya untuk membatasi kerugian baik berupa materil maupun korban manusia jika terjadi suatu
keadaan darurat di tempat kerja Sahab dalam Syahri, 2011. Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana, dan
mudah dimengerti. Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario
keadaan darurat. Bila hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah penanggulangannya yang memadai, maka akan dapat menimbulkan
kerugian total, karena musnahnya seluruh asset perusahaan. Perencanaan keadaan darurat memuat antara lain Sahab dalam Syahri, 2011 :
a. Pembagian tanggung jawab yang jelas pada tiap satuan kerja baik tangggung jawab kelompok maupun perorangan.
b. Tersedia tenaga terampil setiap saat, untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan dengan cepat dan baik.
c. Gerakan segera setiap satuan atau unit atau perorangan yang sesuai pembagian tugas dan tanggung jawab dalam rencana keadaan darurat bila
tanda bahaya berbunyi.
2.6. Evaluasi Sistem Proteksi Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung