keadaan darurat. Bila hal ini tidak diantisipasi dan tidak diambil langkah penanggulangannya yang memadai, maka akan dapat menimbulkan
kerugian total, karena musnahnya seluruh asset perusahaan. Perencanaan keadaan darurat memuat antara lain Sahab dalam Syahri, 2011 :
a. Pembagian tanggung jawab yang jelas pada tiap satuan kerja baik tangggung jawab kelompok maupun perorangan.
b. Tersedia tenaga terampil setiap saat, untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan dengan cepat dan baik.
c. Gerakan segera setiap satuan atau unit atau perorangan yang sesuai pembagian tugas dan tanggung jawab dalam rencana keadaan darurat bila
tanda bahaya berbunyi.
2.6. Evaluasi Sistem Proteksi Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, perlu adanya pengawasan dan pengendalian mengenai sistem proteksi kebakaran di bangunan gedung dan lingkungan.
Instansi tersebut harus melakukan pengawasan dan pengendalian ini agar spesifikasi teknis dan gambar-gambar perencanaan seluruh instalasi sistem
proteksi kebakaran baik pasif maupun aktif serta seluruh sarana menuju jalan ke luar sesuai dengan hasil perencanaan dan secara efektif dapat memberikan
proteksi terhadap bangunan atau lingkungan.
Evaluasi sistem proteksi keselamatan kebakaran bangunan dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan keselamatan kebakaran
bangunan gedung Saptaria, 2005. Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keandalan
dengan melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap kelengkapan upaya pencegahan kebakaran yang bersifat aktif, pasif, sehingga diperoleh
informasi tingkat keandalan dari bangunan tersebut. Menurut Saptaria 2005, langkah-langkah pemeriksaan keselamatan
kebakaran bangunan gedung dilakukan dengan cara: a.
Memberikan penilaian terhadap semua sub parameter KSKB Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan berdasarkan data hasil pengamatan
lapangan. b.
Menghitung nilai kondisi setiap sub KSKB
c. Menghitung nilai kondisi KSKB dengan cara menjumlahkan nilai kondisi
semua sub KSKB yang bersangkutan. d.
Menghitung nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dengan menggunakan menjumlahkan nilai kondisi keempat komponen proteksi.
Tabel 2.1 Pembobotan Penilaian KSKB
No Parameter
Bobot
1 Kelengkapan Tapak
25 2
Sarana Penyelamatan 25
3 Sistem Proteksi Aktif
24 4
Sistem Proteksi Pasif 26
Cara yang digunakan untuk menganalisa kumpulan data tersebut yaitu dengan menghitung nilai kondisi dari setiap sub-bagian yang diteliti dengan
mengisi lembar pengamatan yang telah dibuat. Nilai kondisi keandalan sistem kebakaran bangunan merupakan nilai dari bangunan atau utilitas bangunan
yang menunjukkan kinerja yang prima, berfungsi maksimal atau tidak sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
Nilai kondisi sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:
Nilai Kondisi = ekivalensi nilai x bobot sub-KSKB x bobot KSKB
Nilai keandalan sistem proteksi kebakaran dihitung menggunakan rumus:
Nilai Keandalan = KT + SP + SPA + SPP
Kondisi setiap komponen atau bagian bangunan harus dinilai. Kriteria penilaian untuk sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu: 1
Baik : ‘B’ ekuivalensi nilai B adalah 81-100
2 Cukup : ‘C’ ekuivalensi nilai C adalah 60-80
3 Kurang : ‘K’ ekuivalensi nilai K adalah 60
2.7. Petunjuk Pelaksanaan Audit K3