Dokumentasi berupa foto Dokumentasi berupa rekaman wawancara

karena semua sudah terekam di kepalanya. Melihat beberapa kandidat cagub pertama mereka memakai naskah, dan semua perencanaannya sudah dilakukan oleh Gubernur, yakni Fauzi Bowo, mereka hanya mengekor dan tidak inovatif dalam perencanaanya. Q : Bagaimana tanggapan buyah terhadap berita-berita negative mengenai Foke? A : Sebenarnya ini menjadi permasalahan, mengapa pada saat Foke terjun ke masyarakat tidak pernah diliput oleh media? Karena Foke tidak pencitraan, tidak seperti Jokowi yang menggunakan media sebagai alat kampanyenya. Turun ke masyarakat, jalan dari kampung ke kampung, ini sudah menjadi kinerja Foke dahulu. Foke karakternya memang kuat, dia selalu berbicara apa adanya, tidak pernah akting di depan media. Kalau dia tidak suka, pasti dia katakan. Saya rasa masyarakat jangan sepenuhnya percaya 100 kepada media, kita harus kritis dalam setiap pemberitaan. Banyak sekali beberapa kegiatan sosial Foke yang jarang diliput oleh media, karena dia tidak mengundang media, dia lakukan tulus, sebagian masyarakat sendiri bisa melihat mana yang setting dan mana yang real. Q : Ketika acara debat kandidat cagub DKI Jakarta 2012 yang diselenggarakan di stasiun TV swasta, Foke terlihat emosional dalam menanggapi kritikan lawannya, bagaimana pendapat buyah terhadap sikap Foke yang emosional? A : Kata emosi sebenarnya yang menanggapi emosi, bukan yang bicara emosi, tetapi yang menanggapi yang melihat yang emosi, kenapa tidak melihat dari latar belakang seseorang, orang Jawa itu beda-beda, ada yang berbicara agak kasar dan ada yang lembut, orang Sunda sendiri, ada Sunda kasar ada Sunda lembut. Karena vokal beliau begitu, itu bukan marah sebenarnya, tapi gaya komunikasi. Seperti halnya perbedaan cara berbicara antara orang Bandung dengan orang Sumatra. Foke terkesan marah, tapi sebenarnya dia bukan marah, hanya tegas. Kalau ada orang yang senyam-senyum justru orang itu lagi jualan, tentu saja harus senyum supaya laku, beda dengan Foke tipikal seorang pemimpin yang cenderung ketegasan bukan pemarah. Lain orang lain karakter, orang Betawi itu orang yang blak-blakan, berbicara apa adanya, ditambah lagi beliau ada kumisnya, terkesan galak. Sebenarnya bagaimana orang yang menilai, perasaan orang yang menilai Foke marah-marah atau emosional, padahal tidak. Justru yang dipertanyakan siapa yang menilai, apabila yang menilai dari kubu kandidat lain, pasti terkesan negatif. Q : Strategi apa yang digunakan Foke untuk putaran kedua? A : Dalam hal ini saya tidak bisa memberikan mengenai strategi, karena ini bersifat rahasia, intinya semua strategi kampanye politik yang kami buat masih di dalam koridor agama dan semua untuk kepentingan umat, kepentingan warga Jakarta. Intinya menurut saya rakyat harus tahu siapa pemimpinnya, harus mengenal latar belakang pemimpin, warga ini harus pintar, jangan mau dibodoh-bodohi, jangan sampai kita terjerumus ke lembah kekafiran. Ada di dalam Al-quran, dan ada dijaminan undang-undang, mau tidak mau SARA itu pasti akan terjadi, kita harus melihat mayoritas warga Jakarta adalah beragama muslim, dan di dalam ajaran agama kita, ada larangan kita untuk memilih pemimpin yang non muslim, SARA itu sudah biasa. Setelah putaran pertama, nanti adanya perang ideologi, dan itu sudah digambarkan oleh orang-orang pintar. Q : Melihat kajian lembaga-lembaga pollster, masyarakat kurang puas terhadap kinerja Foke selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, masyarakat menganggap Foke gagal dalam membenahi Jakarta. Untuk sekarang ini, bagaimana cara citra Foke membangun atau memperbaiki citranya kepada masyarakat, agar mereka percaya kembali dan memilih Foke untuk memimpin Jakarta? A : Citra masyarakat yang ditanyakan tadi adalah masyarakat menengah ke bawah, masyarakat yang tidak mengerti dan tidak mengakses berita, tidak membaca koran, yang tidak dekat dengan orang-orang yang mengerti dengan pembangunan DKI, masyarakat itu taunya lagi sakit, lagi gak punya duit, lagi seneng ya dia tidak ceritakan, taunya lagi banjir, macet, padahal macet ini lagi ada perbaikan dan persiapan untuk 5 tahun ke depan. Macet ini juga karena kepemilikan kendaraan pribadi yang membludak, kapasitas jalanan yang sempit, padahal Foke ini mempersiapkan jalan layang untuk mengatisipasi untuk 5 tahun ke depan, memang efeknya akan terjadinya macet, macet inilah yang terlihat di mata masyarakat, ditambah lagi ada yang mengkompor-komporin. Padahal ini adalah efek dari pembangunan, untuk kebaikan kita semua. Termasuk diantaranya banjir, tapi antisipasi banjir sudah 40, coba dilihat BKT, masyarakat menengah ke bawah tidak mendengar informasi yang baik, kalau ada yang mendengar informasi yang tidak sehat dari media TV, TV sudah lama menjadi media informasi yang tidak berimbang, ini pun harus dibangun kebersamaan kalau ingin mencari pemimpin yang baik, media TV, media cetak harus berimbang. Dan profil calon-calon pemimpin harus berimbang. Q : Apa pandangan buyah pada Pilgub putaran pertama? A : Putaran pertama itu ada sesuatu kenyataan di masyarakat kita, kalau kemaren ada 6 Cagub dan Cawagub, mereka semua dari latar belakang yang berbeda-beda, memiliki prestasi-prestasi yang baik. Dan ada keterkejutan, di antaranya adalah melonjak suaranya Jokowi telah ditelusuri masyarakat itu sendiri banyak penyimpangan-penyimpangan, yang sangat terasa ada money politic.

2. Wawancara pribadi dengan Hasan Nasbi Batupahat

Jabatan : Direktur Utama Cyrus Network : Timses Jokowi-Ahok HariTanggal : Jumat 10 Agustus 2012 Pukul : 17.00 WIB Tempat : Graha Pejaten nomor 8 Jakarta 12510 a. Dokumentasi berupa foto

b. Dokumentasi berupa rekaman wawancara

Berikut ini pertanyaan dan jawabannya: Q : Pak Hasan Nasbi ini bisa dikatakan sebagai timses dari Jokowi? A : Iya, timses dan konsultan Jokowi - Ahok. Q : Menurut bapak, seperti apa sosok Joko Widodo? A : Di mata saya, Jokowi itu seperti orang kebanyakan. Dia tidak punya tongkrongan pejabat, dia tidak punya tongkrongan pamong, dia seperti orang kebanyakan. Kalau dia ganti baju kondektur, pasti orang percaya kalau dia itu kondektur, kalau dia ganti baju dan memakai handuk kecil di lehernya sambil mendorong becak, pasti orang percaya kalau dia adalah seorang tukang becak. Dan apabila Jokowi jalan- jalan ke pasar memakai baju biasa, pasti orang-orang tidak tahu kalau dia adalah pejabat. Jadi, Jokowi itu adalah sosok pejabat dengan muka bukan pejabat, bukan tongkrongan pejabat, dan style-nya bukan potongan pejabat. Yang kedua Jokowi sosok pejabat yang bukan di belakang meja, dia pejabat yang turun ke lapangan, dia menyelesaikan semua masalahnya di lapangan, makanya Jokowi tidak pernah lama di kantor, dia bukan seorang administratur yang hanya terima tanda tangan saja, dia adalah orang yang turun ke masyarakat dan bertemu langsung dengan masyarakat. Q : Seperti yang dikatakan pak Hasan sendiri, Jokowi itu seperti orang kebanyakan, sederhana, jadi menurut bapak apakah Jokowi masuk ke dalam kategori low profile contect? A : Kita tidak bisa bilang low profile, karna orang memposisikan dia sebagai seorang pejabat yang tidak memberikan jarak kepada masyarakat, jadi masyarakat bisa berbicara lepas dengan dia dan tidak sungkan. Q : Apakah sasaran utama Jokowi adalah masyarakat menengah ke bawah? A : Tidak bisa dibilang seperti itu. Karena masyarakat menengah ke atas itu tidak bisa menjangkau media, mereka mungkin melihat berita dari koran, internet, mereka aktif di sosial media, masyarakat menengah ke atas biasanya mengakses media adalah berita bukan sinetron. Masyarakat menengah ke bawah ini problem, mereka tidak mengakses berita dengan baik, yang mereka konsumsi adalah berita gosip selebriti, sinetron, dan dua-duanya Jokowi tidak bisa masuk di dalam itu. Nah, cara satu-satunya yang efektif adalah dengan datang langsung mengunjungi mereka. Keadaan ini sangat langka, karna Jokowi mau datang ke warga Jakarta meskipun dalam keadaan becek-becekan, hujan, kotor, tapi ini malah ramai dan menjadi tontonan warga. Q : Apakah Jokowi menggunakan konsultan politik dalam Pemilukada ini? A : Jokowi itu tidak punya konsultan politik, tidak ada program pencitraan, tidak seperti Foke. Bisa dilihat ketika tampil di TV, Foke terlihat sekali dia memakai konsultan pencitraan, karena ada timing-nya dia memegang kumis, tersenyum, dan ada orang di balik layar itu semua. Berbeda dengan Jokowi, dia tidak ada program pencitraan. Kamu bisa lihat sendiri ketika wartawan bertanya kepada Jokowi jumlah transjakarta ada berapa, dan dia tidak tau. Ekspresi ketidaktahuan Jokowi dia hanya garuk-garuk kepala, tidak ada pencitraan dari dirinya. Kalau tidak tau dia katakan tidak tau, dia jawab spontanitas tapi terarah. Pencitraan sendiri dibangun oleh timses yang memberitakan tentang Jokowi. Q : Bagaimana gaya komunikasi Joko Widodo dalam kampanye? A : Gaya komunikasi Jokowi biasa-biasa saja. Kosa kata Jokowi sendiri adalah kosa kata kebanyakan, bukan kosa kata yang canggih seperti intelektual, akademisi. Jokowi tidak bisa berbicara yang rumit-rumit, apalagi istilah yang rumit-rumit, istilah yang dia pakai istilah orang biasa, seperti orang kebanyakan, yang tukang becak, tukang sayur, pedagang pasar ngerti. Dan terakhir Jokowi adalah figur tanpa