Masalah Ormas Anarkis di Jakarta: Masalah Banyaknya Angka Anak Putus Sekolah:

66

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS RETORIKA POLITIK

JOKO WIDODO DAN FAUZI BOWO

A. Konteks Rivalitas Joko Widodo dan Fauzi Bowo pada Pemilukada DKI

Jakarta 2012 Putaran Kedua Setelah diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU DKI Jakarta pada Kamis, 19 Juli 2012 bahwa pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli Foke-Nara dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Jokowi- Ahok resmi maju dalam putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta 2012, akhirnya hari ini pesta demokrasi lima tahunan tersebut kembali digelar. Para kandidat sudah melakukan kampanye terbuka kepada masyarakat pada tanggal 14-16 September 2012 lalu di Jakarta. Debat antar Cagub dan Cawagub terkait penajaman visi dan misi juga sudah digelar di dua stasiun televisi. Rivalitas antara Joko Widodo dan Fauzi Bowo dapat dilihat pada putaran kedua ini, dari masa kampanye, maupun pada acara debat kandidat pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Pernyataan-pernyataan sindiran terus menghujani dan adu lempar tudingan pencitraan, kemudian isu SARA terjadi di pemilukada DKI Jakarta putaran kedua ini. Isu SARA menjadi suatu senjata yang digunakan oleh pihak lawan untuk menjatuhkan dinding Jokowi-Ahok, karena Ahok berasal dari etnis dan agama minoritas. Tetapi, dalam isu-isu ini sebenarnya menguntungkan bagi kubu Jokowi-Ahok, karena banyaknya simpati bagi masyarakat melihat kubu Jokowi-Ahok merasa terdeskriminasi terhadap isu-isu tersebut. Jokowi tenang mengatasi isu-isu menyangkut dirinya dan pasangannya, yaitu Ahok. Inilah yang membuat publik menilai positif bagi kubu Jokowi-Ahok yang tidak terbawa emosi pada isu-isu yang menyangkut dirinya. Jokowi ini sangat sadar bahwa isu SARA tidak optimal bekerja di putaran kedua ini. Rivalitas kekuatan Jokowi dan Foke di putaran kedua terlampir dengan grafik perolehan suara partai politik pengusung Cagub dan Cawagub dalam pemilukada DKI Jakarta 2012, yakni pasangan nomor urut 1 Foke- Nara yang merangkul beberapa partai elit politik antara lain, Partai Demokrat, PKS, PPP, PAN, Hanura, PKB. Dan pasangan nomor urut 3, Jokowi-Ahok hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra. Tetapi koalisi dari gabungan partai politik besar tidak menjadi tolak ukur untuk memenangkan Pemilukada DKI Jakarta Putaran Kedua ini. Tetapi integritas dari figur tersebut. Dan Jokowi berhasil menanamkan di benak khalayak bahwa Jokowi adalah figur yang memiliki integritas dapat mengubah Jakarta lebih baik lagi.

1. Isu SARA Putaran Kedua

Ramainya isu SARA Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan pada putaran kedua pemilukada DKI Jakarta 2012 menandakan bahwa politik identitas masih kental di tubuh masyarakat, khususnya Jakarta. Putaran kedua berlangsung, isu SARA yang berkembang di tengah-tengah masyarakat adalah isu yang menyerang pasangan Jokowi-Ahok. Isuini berkaitan dengan etnisitas dan agama, karena Ahok yang berasal dari etnis dan agama minoritas.