Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
dan menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama dengan masyarakat.
5
Foke membuat strategi seperti pilkada DKI 2007 yang telah Foke menangkan sebagai Gubernur DKI Jakarta 2007, yaitu menggunakan
“Konsep Blocking” dengan strategi penguasaan partai–partai pada level elite dimana Foke melakukan koalisi besar pada partai PKS, PPP, PAN, Demokrat
dan Golkar. Karena akan sangat mungkin elite partai di DPP memberi endorsement ke Foke-Nara. Partai-partai elite tersebut berpihak kepada Fauzi
Bowo karena pertimbangan elektoral 2014, yaitu mereka sensitif atau sentimen terhadap partai PDIP dan Gerindra. Putaran kedua pemilukada DKI
Jakarta 2012 membuktikan ini, bahwa Foke lebih cenderung membangun koalisi-koalisi parpol daripada mengubah strategi komunikasi politik.
Akhirnya, citra yang terbangun dalam benak publik adalah Foke terkesan elitis.
6
Sikap yang kontras Foke ditunjukkan oleh Jokowi yang sangat friendly terhadap masyarakat maupun wartawan sehingga menjadi media darling, dan
menjadikan pemberitaan-pemberitaan Jokowi membuat citra positif di mata publik. Strategi Jokowi
–Ahok bersifat inovatif yang membuat banyak simpati masyarakat. Seperti halnya turun ke kampung, makan di warung makan
pinggiran, jalan –jalan ke pasar tradisional, serta berinteraksi langsung dengan
masyarakat yang sasaran utamanya adalah masyarakat menengah ke bawah,
5
Husin Yazid, Berebut Kursi Jakarta Satu: Kenapa Foke dan Jokowi? Data dan Analisa Putaran Pertama Pilkada DKI Jakarta Jakarta: Firdaus, 2012, cet. 1, h. 9.
6
Gun Gun Heryanto, Koalisi Pilgub DKI bentuk sentimen asal bukan PDIP dan Gerindra, artikel diakses pada 22 Juli 2012, dari: http:www.merdeka.comjakarta koalisi-pilgub-
dki-bentuk-sentimen-asal-bukan-pdip-dan-gerindra.html.
ini diakui langsung oleh Hasan Nasbi Batupahat.
7
Tidak ada berita cacat di media mengenai Jokowi
–Ahok. Pasangan nomor urut tiga ini diusung oleh partai PDIP dan Gerindra.
8
Ramainya isu SARA Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan pada putaran kedua digunakan lawannya sebagai alat
“name calling” memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak
sesuatu tanpa menguji kenyataan untuk menjatuhkan Jokowi –Ahok, karena
Ahok berasal dari agama minoritas. Bulan Ramadhan dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk memainkan isu agama melalui berbagai media dakwah.
Seperti kasus H. Rhoma Irama salah satu masjid wilayah Tanjung Duren diduga mengandung SARA yang menyudutkan pasangan Jokowi-Ahok. Dan
perkembangan teknologi menjadi sarana berkembangnya isu ini melalui Blackberry Broadcast Message dan sarana media sosial lainnya. Maka isu
SARA yang mengarah pada bentuk kampanye hitam Black Campaign selalu muncul cenderung menyudutkan Jokowi-Ahok. Tapi dengan isu SARA
tersebut membuktikan bahwa masyarakat kita pada umumnya lebih melihat seorang figur yang menghasilkan Jokowi
–Ahok memenangkan di pemilukada pertama dan kedua. Isu SARA tidak berpengaruh besar pada masyarakat di
dalam pemilukada ini.
9
Hasil perolehan suara pemilukada pada putaran kedua yang dilaksanakan pada 20 September 2012, berdasarkan rekapitulasi tersebut,
7
Wawancara pribadi dengan Hasan Nasbi Batupahat, Jakarta, 10 Agustus 2012.
8
Wawan Bahrudin dan Ardi Nuswantoro, Kartu Sukses Jokowi-Ahok Melangkah Pasti Menuju DKI Jakarta 1, Jakarta:Polite, 2012, cet. 1, h. 31.
9
Wawancara pribadi dengan Arya Fernandes, Jakarta, 11 Febuari 2013.
hasil suara pasangan Jokowi-Ahok 53,82 atau 2.472.130 suara. Sedangkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli 46,8 atau 2.120.815 suara.
10
Foke dan Jokowi memiliki strategi kampanye yang berbeda –beda, serta
keduanya juga memiliki perbedaan dalam segi retorika politik. Retorika sangat berpengaruh dalam kampanye, karena di dalam pidato kampanye
tersimpan propaganda memiliki daya pengaruh yang kuat dalam merayu politik. Retorika tersebut menggunakan suara intonasi yang bagus, gerak
tubuh yang meyakinkan, serta menggunakan kata –kata bersifat persuasif.
11
Kampanye pemilihan umum idealnya merupakan proses penyampaian pesan- pesan politik yang salah satu fungsinya memberikan pendidikan politik bagi
masyarakat.
12
Berbagai penjelasan di atas, penulis bermaksud meneliti tentang retorika politik Joko Widodo dan Fauzi Bowo pada pemilukada DKI Jakarta
2012 putaran kedua. Argumentasi penulis menguatkan penelitian ini sangat penting dan bermanfaat karena di dalam proses pemilukada DKI Jakarta
2012, selain kota Jakarta adalah sebagai ibukota negara Indonesia, Pemilukada DKI Jakarta 2012 terjadinya fenomena yang tidak mudah
ditemukan di pemilukada kota lainnya. Kemudian peneliti tertarik dengan kandidat pada putaran kedua, yakni Fauzi Bowo dan Joko Widodo, karena
kedua kandidat tersebut sangat kontras, memiliki karakter yang unik dan setiap narasi pemilukada DKI Jakarta ini banyak sekali makna yang
10
“KPU DKI Jakarta, Terpilih Pasangan Jokowi-Ahok Pemilihan Gubernur DKI Jakarta,” artikel diakses pada 2 Oktober 2012, dari: http: news. detik.comread 20120929
114959204514610kpu-dki-jokowi-ahok-pasangan-terpilih-pilgub-dki-2012?9911012.
11
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 230.
12
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca- Orde Baru, Bandung: Rosda Karya, 2008, cet. 1, h. 145.
terkandung. Itulah beberapa yang dapat dijadikan penulis sebagai argumentasi, mengapa kasus ini diangkat dan dijadikan sebuah penelitian
penting yang diberi judul
“RETORIKA POLITIK KANDIDAT PEMILUKADA DKI JAKARTA: ANALISIS KOMPARATIF JOKO
WIDODO DAN FAUZI BOWO ”.