Sumber: KPUD DKI Jakarta, 2012 Melihat  grafik  perolehan  suara  Foke  dan  Jokowi,  menjelaskan  bahwa  di
Jakarta  Pusat,  pasangan  Foke-Nara  memperoleh  249.427  suara  yang  sah,  dan Jokowi-Ahok unggul  tipis  dari  Foke,  yaitu memperoleh 256.529 suara  yang sah.
Pasangan  Foke-Nara,  unggul  di  Kecamatan  Menteng,  Tanah  Abang,  Senen,  dan Johar  Baru.  Kemudian,  Pasangan  Jokowi-Ahok  umggul  di  Kecamatan  Cempaka
Putih,  Sawah  Besar,  Gambir,  dan  Kemayoran.  Dan  jumlah  golput  di  daerah Jakarta  Pusat  mencapai  273.755  orang.  Di  Jakarta  Utara,  Jokowi-Ahok  unggul
dengan perolehan suara sebanyak 432.714 suara yang sah. Sedangkan Foke-Nara memperoleh  suara  sebanyak  300.188suara  yang  sah.  Pasangan  Jokowi-Ahok
unggul  hampir  semua  kecamatan,  dan  Foke-Nara  hanya  unggul  di Cilincing.Jumlah  golput  mencapai  425.408  orang.  Di  Jakarta  Selatan,  Jokowi-
Ahok mengantongi 507.257 suara  yang sah
.
Untuk pasangan dengan nomor urut
100,000 200,000
300,000 400,000
500,000 600,000
700,000
Gambar 6 Grafik Hasil Suara Jokowi Versus Foke Putaran II
Foke-Nara Jokowi-Ahok
Golput
1,  yakni  Fauzi  Bowo  dan  Nachrowi  Ramli  mendapat  perolehan  476.742  suara yang sah.
Jakarta  Selatan  memiliki  jumlah  golput  yang  besar,  yaitu  sekitar  512.286 orang.  Perhitungan  suara  Pemilukada  DKI  Jakarta  Timur,  Jokowi-Ahok  lebih
unggul  dari  pasangan  Foke-Nara.  Jokowi-Ahok  meraih  695.220  suara  yang  sah, dan  Foke-Nara  611.366  suara  yang  sah.Dari  10  kecamatan  di  Jakarta  Timur,
pasangan  Jokowi-Ahok  menguasai  7  kecamatan  yakni  kecamatan  Pulogadung, Jatinegara,  Pasar  Rebo,  Cakung,  Duren  Sawit,  Kampung  Makasar,  dan  Ciracas.
Sedangkan  pasangan  Foke-Nara  hanya  unggul  tipis  di  3  kecamatan  yaitu kecamatan  Cipayung,  Matraman,  dan  Kramat  Jati.  Kemudian  jumlah  golput  di
Jakarta Timur 670.096 suara. Wilayah Jakarta Barat,  pasangan Jokowi-Ahok memiliki suara terbanyak,
sementara  Foke-Nara  hanya  unggul  di  2  kecamatan  saja.  Pasangan  Foke-Nara berhasil  mengantongi  474.298  suara  yang  sah,  sementara  Jokowi-Ahok
memperoleh  577.232  suara  yang  sah.  Jokowi  berhasil  unggul  6  kecamatan, yakniCengkareng,Grogol,  Kalideres,  Tambora,  Taman  Sari,  dan  Kembangan.
Sementara  pasangan  Foke-Nara  unggul  2  kecamatan,  Kebon  Jeruk  dan Palmerah.Jumlah  golput  di  Jakarta  Barat  dengan  jumlah  sebesar  443.214  orang.
Kemudian  Kepulauan  Seribu,  pasangan  Foke-Nara  jauh  lebih  unggul  dari pasangan  Jokowi-Ahok.  Jokwi-Ahok  hanya  mengantongi  3.178  suara,  sementara
Foke-Nara  mengantongi  8.373  suara.  Jumlah  angka  golput  terkecil  ada  di Kabupaten Kepulauan Seribu, yaitu mencapai 4.201 orang.
c. Hasil Akhir Rivalitas Joko Widodo dan Fauzi Bowo pada Putaran
Kedua
Pasangan  Cagub  dan  Wacagub  DKI  Jakarta,  Joko  Widodo  dan  Basuki Tjahaja  Purnama  memenangi  perolehan  suara  pemilihan  kepala  daerah  DKI
Jakarta putaran kedua. Jokowi-Basuki unggul dengan selisih  351.315 suara  yang sah  dari  rival  politik  mereka,  yakni  Fauzi  Bowo-Nachrowi  Ramli.  Hasil  akhir
rivalitas Joko Widodo dan Fauzi Bowo dengan hasil rekapitulasi final pemilukada DKI  Jakarta  yang  sudah  dikeluarkan  oleh  Komisi  Pemilihan  Umum  KPU  DKI
Jakarta  pada  hari  Jumat,  28  September  2012.  Di  bawah  ini  adalah  grafik  hasil akhir pertarungan pemilukada DKI Jakarta 2012 putaran kedua:
Sumber: KPUD DKI Jakarta, 2012 Keterangan:  Dalam  rapat  pleno  rekapitulasi  perhitungan  suara  putaran  kedua
ditingkat  Provinsi  oleh  Komisi  Pemilihan  Umum  KPU  DKI  Jakarta,  Jumat,  28 September 2012.
Hasil  akhir  perhitungan  suara  pemilukada  DKI  Jakarta  2012  putaran kedua,  maka  secara  resmi  pasangan  Jokowi-Basuki  dengan  nomor  urut  3
Gambar 7 Hasil Akhir Perhitungan Suara Pemilukada DKI Jakarta 2012
Putaran Kedua
Jokowi-Ahok Foke-Nara
Foke- Nara
2.120.815 46,8
Jokowi- Ahok
2.472.130 53,82
dinyatakan  secara  resmi  menjadi  pemenang  pemilukada  DKI  Jakarta  putaran kedua  dengan  perolehan  hasil  2.472.130  suara  yang  sah  dari  masyarakat  DKI
Jakarta,  dan  Foke-Nara  memperoleh  hasil  2.120.815  suara  yang  sah  dari masyarakat DKI Jakarta.
Maka yang akan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta  masa  priode  2012-2017  adalah  Joko  Widodo  sebagai  Gubernur  dan  Basuki
Tjahaja  Purnama  sebagai  Wakil  Gubernur.  Setelah  menggelar  rapat  rekapitulasi penghitungan  suara,  KPU  DKI  Jakarta  akan menetapkan Gubernur  dan  Wakil  Gubernur
DKI Jakarta terpilih pada hari Sabtu, 29 September 2012. Pemilihan  Umum  Kepala  Daerah  Pemilukada  DKI  Jakarta  2012  resmi
dimenangkan  oleh  pasangan  nomor  urut  3,  yakni  Joko  Widodo –Basuki  Tjahaja
Purnama.
Sikap Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli sangat elegan ketika mengetahui hasil  pemilihan  putaran  kedua  yang  dimenagkan  oleh  Jokowi-Ahok.  Hal  positif
yang  dapat  kita  lihat  dari  seorang  Foke,  meskipun  tidak  memenagkan  di Pemilukada  2012,  Foke  tetap  menunjukkan  ke  publik  bahwa  telah  berkompetisi
secara  baik,  tidak  melanggar  hukum,  dan  mengakui  kekalahannya.  Karena  tidak mudah  kita  temukan  pemimpin  yang  seperti  ini,  yang  mau  mengakui
kekalahannya  yang  dilakukan  Foke.  Menurut  analisis  Arya  Fernandes,  Faktor sikap elegan Foke adalah:
“Menurut saya ini didorong karena faktor kepribadian Foke, atau pendidikannya  Foke  atau  lingkungan.  Foke  adalah  seorang  Doktor  dari
universitas ternama di  Jerman, seorang  yang berpendidikan, dan rasional. Faktor  tersebut  mempengaruhi  Foke  secara  kesatria  dia  harus  mengakui
kekalahannya.  Kalau  kita  lihat  point-point  dalam  pidato  Foke  adalah  dia kalah dan mau membantu Jokowi dalam menangani Jakarta, itu salah satu
hal  yang  baik  menurut  saya.  Kemudian,  strategi  Foke  menunjukkan kepada  kita  bahwa  pemimpin  yang  besar  itu  adalah  berani  mengakui
kekalahan,  dan  apa  yang  dilakukan  Foke  harusnya  menjadi  pembelajaran bagi  politisi-politisi  yang  lain  dalam  mengakui  kekalahannya.  Dan  target
utamanya  dia  adalah  untuk  memperbaiki  citranya  setelah  berdarah-darah dalam  kampanye  dan  mencitrakan  pada  beberapa  kalangan  bahwa  dia
sangat emosioanal itu ingin dikenang juga sebagai pemimpin yang sportif.
Dan  hal  itu  biasa  saja  dalam  hal  berdarah-darah  dalam  kampanye  dan mengakui  kekalahannya  yang  cukup  bagus  dan  berani,  itu  sangat  penting
juga memperbaiki citranya di akhir. Tetapi dalam kekalahan ini karir Foke tidak  akan  mati,  dia  masih  memiliki  potensi  yang  besar  untuk  menjadi
mentri misalnya, atau lebih dari itu”.
3
Hasil wawancara dari Arya Fernandes menjelaskan, akhir sikap Foke yang elegan,  karena  atas  pendidikannya,  baik  pendidikan  dari  keluarga,  lingkungan,
dan pendidikan akademisi. Foke adalah seorang Doktor dari Universitas ternama di  Jerman.  Dan  Foke  adalah  seorang  yang  cerdas  dan  rasional.  Menerima
kekalahan dari seorang pemimpin jarang sekali kita temukan, dan ini merupakan strategi  akhir  memperbaiki  citra  Foke  yang  sudah  membangun  citra  emosional,
arogan, elitis di benak khalayak.
B. Analisis Komparatif Retorika Politik Joko Widodo dan Fauzi Bowo pada
Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Kedua 1.
Kampanye Joko Widodo dan Fauzi Bowo pada Putaran Kedua
Kampanye pemilihan umum idealnya merupakan proses penyampaian pesan-pesan politik yang salah satu fungsinya memberikan pendidikan politik
bagi  masyarakat.
4
Retorika  akan  bermain  di  dalam  kampanye  yang  akan digunakan
oleh Cagub
dan Cawagub
demi mengambil
simpati masyarakat.Retorika menggunakan bahasa untuk mengidentifikasi pembicara
dan  pendengar  melalui  pidato.  Menggunakan  bahasa  yang  baik,  kata-kata yang  indah,  dan  dapat  merayu  publik  dengan  tujuan  bersama.  Pidato  adalah
3
Wawancara pribadi dengan Arya Fernandes.
4
Asep  Saeful  Muhtadi,  Komunikasi  Politik  Indonesia:  Dinamika  Islam  Politik  Pasca- Orde Baru, Bandung: Rosda Karya, 2008, cet. 1, h. 145.