Profil Pasangan Calon Gubernur – Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017
Putaran Kedua
Pasangan No
Urut Latar Belakang
Parpol Non Parpol
Kekayaan Dana Kampanye
Fauzi Bowo – Nachrowi
Ramli 1
Foke: Gubernur DKI Jakarta
Nara: Pensiunan TNI AD dengan pangkatan terakhir Mayor Jenderal.
Ketua DPD Partai Demokrat DKI PD, PAN,
Hanura, PKB, PBB,
PMB, dan PKNU
Foke: Rp. 59,389 M, dan 325.000
USD
Nara: Rp. 15,784 M, dan 30.003 USD
Rp. 22.714 M
25 Juni 2012: 10 Juli 2012:
Rp. 62,6 M
Joko Widodo – Basuki
Tjahaja Purnama
3 Jokowi: Walikota Solo selama 2
periode 2005-2015, Pengusaha mebel
Ahok: Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Mantan Bupati Belitung
Timur 2005-2006 PDIP dan
Gerindra Jokowi: 27,2 M,
dan 9.876 USD
Ahok: Rp.12,458 M, dan 5.030 USD
25 Juni 2012: Rp. 7.080 M
10 Juli 2012: Rp. 27,5 M
Diolah dari berbagai sumber
Dokumentasi Wawancara
1. Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad Rusydi Ali
Jabatan : Penasehat dan Timses Foke-Nara
HariTanggal : Sabtu, 11 Agustus 2012
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Jalan Masjid II nomor 7 Kampung Melayu Jakarta
a. Dokumentasi berupa foto
b. Dokumentasi berupa rekaman wawancara
Berikut ini pertanyaan dan jawabannya:
Q : Apakah buyah ini adalah timses dari Fauzi Wibowo? A : Ya, timses sekaligus penasehat Foke, bukan hanya dari putaran pertama saja, tapi
dari jaman beliau bersama Sutiyoso. Q : Seperti apa sosok Fauzi Bowo dimata buyah?
A : Fauzi Bowo bukan semata dimata saya pribadi, melainkan di mata umat adalah salah seorang profil pemimpin yang sangat ideal, terutama di mata kami beliau
sangat agamis. Dia selalu berpandangan pada nilai-nilai agama, selalu tenang, dan tidak lepas dari petunjuk-petunjuk ulama. Adapun persoalan kemasyarakatan, kami
sebagai kiayi melihat Foke selalu turun kebawah ketika menghadapi persoalan umat, seperti halnya kebakaran Pertamina di daerah Plumpang pada waktu dini
hari, walau larut malam Foke lamgsung menyelesaikannya di tempat. Dan untuk sekarang ini, hampir setiap hari beliau mengadakan sahur keliling bersama,
tarawikh keliling, subuh berjamaah keliling, mana ada pejabat yang mau subuh- subuh keliling mendekati warga, kecuali Foke saja. Itu menurut kami di mata
ulama beliau sangat ideal sebagai pemimpin Jakarta. Q : Apakah Foke mempersiapkan terlebih dahulu pada saat pidato kampanye?
A : Orang pintar, apalagi tingkat seperti Foke, berpikir dulu baru kerja, hanya orang bodoh yang kerja dulu baru berpikir, kecuali ada hal-hal yang sifatnya genting,
ketika beliau diminta untuk diwawancarai atau tidak direncanakan sebelumnya, ketika wartawan bertanya itu adalah di luar perencanaan, bisa sifatnya spontanitas
tapi berstruktur dan tidak berbicara asal. Q : Di dalam berkampanye, apakah Foke menggunakan naskah di dalam pidatonya
seperti SBY? A : Masyarakat sudah melihat sebenarnya, Foke itu orang pinter kok, dia tidak pernah
menggunakan naskah atau skrip, karena apa yang dia bicarakan bukan hanya bicarakan tentang yang sekarang, tetapi juga untuk kedepan. Semua udah ada di
otaknya dan direncanakan sebelumnya. Foke itu faham apa yang ditanya dan dia sudah tahu jawabannya, naskah tidak diperlukan untuk seorang Fauzi Bowo,
karena semua sudah terekam di kepalanya. Melihat beberapa kandidat cagub pertama mereka memakai naskah, dan semua perencanaannya sudah dilakukan
oleh Gubernur, yakni Fauzi Bowo, mereka hanya mengekor dan tidak inovatif dalam perencanaanya.
Q : Bagaimana tanggapan buyah terhadap berita-berita negative mengenai Foke?
A : Sebenarnya ini menjadi permasalahan, mengapa pada saat Foke terjun ke masyarakat tidak pernah diliput oleh media? Karena Foke tidak pencitraan, tidak
seperti Jokowi yang menggunakan media sebagai alat kampanyenya. Turun ke masyarakat, jalan dari kampung ke kampung, ini sudah menjadi kinerja Foke
dahulu. Foke karakternya memang kuat, dia selalu berbicara apa adanya, tidak pernah akting di depan media. Kalau dia tidak suka, pasti dia katakan. Saya rasa
masyarakat jangan sepenuhnya percaya 100 kepada media, kita harus kritis dalam setiap pemberitaan. Banyak sekali beberapa kegiatan sosial Foke yang
jarang diliput oleh media, karena dia tidak mengundang media, dia lakukan tulus, sebagian masyarakat sendiri bisa melihat mana yang setting dan mana yang real.
Q : Ketika acara debat kandidat cagub DKI Jakarta 2012 yang diselenggarakan di
stasiun TV swasta, Foke terlihat emosional dalam menanggapi kritikan lawannya, bagaimana pendapat buyah terhadap sikap Foke yang emosional?
A : Kata emosi sebenarnya yang menanggapi emosi, bukan yang bicara emosi, tetapi yang menanggapi yang melihat yang emosi, kenapa tidak melihat dari latar
belakang seseorang, orang Jawa itu beda-beda, ada yang berbicara agak kasar dan ada yang lembut, orang Sunda sendiri, ada Sunda kasar ada Sunda lembut. Karena
vokal beliau begitu, itu bukan marah sebenarnya, tapi gaya komunikasi. Seperti halnya perbedaan cara berbicara antara orang Bandung dengan orang Sumatra.