luas, menyatakan bahwa orang menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut mempunyai koherensi dan terdengar benar
mempunyai ketepatan. Paradigma atau naratif memungkinkan sebuah penilaian demokratis terhadap pembicara karena tidak ada seorang pun yang
harus dilatih secara khusus agar mampu menarik kesimpulan berdasarkan konsep koherensi dan kebenaran.
3
1. Asumsi Dasar Teori Naratif:
Ada lima asumsi dasar teori naratif, antara lain:
4
a. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita. Fisher mengatakan
bahwa manusia merupakan homo narrans sebagai metafora untuk menjelaskan kemanusiaan. Cerita merupakan hal mendasar dalam hidup
yang mempengaruhi, menggerakkan, dan membentuk dasar keyakinan dan tindakan kita. Dalam berkomunikasi dengan pihak lain, manusia juga
memposisikan dirinya sebagai pencerita tersebut. Fisher memunculkan asumsi demikian karena berdasar pengamatannya naratif bersifat universal,
ditemukan dalam semua budaya dan periode waktu. Dalam hal ini Elkins
mengatakan bahwa manusia pada dasarnya menggunakan cerita dalam semua aspek kehidupan keseharian kita, untuk menghabiskan waktu,
menyampaikan informasi, untuk menempatkan diri di sebuah tempat,
keluarga, dan komunitas.
b. Keputusan mengenai harga dari sebuah cerita didasarkan pada
“pertimbangan sehat” good reasons. Yang dimaksud pertimbangan yang
3
West Richard dan Turner Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 46.
4
Ibid., h. 50.
sehat adalah individu membuat keputusan mengenai cerita mana yang akan diterima dan mana yang ditolak berdasarkan apa yang masuk akal
bagi dirinya. Asumsi ini memberitahu kepada kita bahwa tidak semua cerita itu sama atau sebanding dalam hal efektivitasnya, sebaliknya faktor
dalam pemilihan cerita dibuat berdasarkan alasan-alasan yang bersifat personal berdasarkan pemikiran yang logis. Semua orang mempunyai
kapasitas untuk menjadi rasional dalam paradigma naratif. Karena ukuran rasionalitas dalam paradigma naratif berbeda dengan ukuran rasionalitas
tradisional yang mendasarkan pada logika formal. Setiap orang mengambil keputusan-keputusan hidup menganggap cara berfikirnya logis dan
rasional menurut ukuran personal orang bersangkutan.
c. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya dan
karakter. Asumsi ini memperjelas bahwa ukuran rasionalitas manusia itu
tidak sama satu sama lain. Masing-masing orang mempunyai ukuran dan jenis rasionalitasnya sendiri. Munculnya rasionalitas tertentu pada
seseorang tergantung konteks di mana mereka terikat.
d. Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan
kebenaran sebuah cerita. Orang akan mempercayai sebuah cerita selama cerita tersebut terlihat konsisten secara internal dan dapat dipercaya. Yang
perlu digarisbawahi bahwa rasionalitas yang dimaksud dalam paradigma naratif ini berbeda dengan rasionalitas tradisional. Sebuah cerita dikatakan
runtut ketika pencerita tidak meninggalkan detail-detail yang penting atau
mengkontradiksi elemen-eleman dalam cerita dengan cara apapun.