perbuatan. Dimana menurut Van Hammel dibagi dua golongan yaitu : mengenai diri orang yang melakukan perbuatan dan mengenai diluar diri si pembuat. Ketiga
adalah keadaan tambahan yang disebut dengan unsur-unsur yang memberatkan. Misal pasal 351 ayat 2 dan 3 KUHP tentang penganiayaan dengan pemberatan.
Keempat adalah adanya perbuatan yang tertentu dirumuskan seperti dirumuskan
maka sifat pantang dilakukannya perbuatan itu sudah nampak dengan wajar.
23
Ini yang kemudian dinamakan dengan sifat melawan hukumnya perbuatan, tidak perlu dirumuskan lagi sebagai elemen atau unsur tersendiri. Misal padal 285
tentang pemerkosaan. Dan yang kelima adalah sifat melawan hukum subjektif.
2. Kesalahan ; Mens Rea
Dapat dipidananya seseorang, terlebih dahulu harus ada dua syarat yang menjadi suatu keadaan, yaitu pertama perbuatan yang bersifat melawan hukum
sebagai sendi perbuatan dan kedua perbuatan yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai sendi dari kesalahan.
24
Vos menjelaskan bahwa tanpa sifat melawan hukumnya suatu perbuatan tidaklah mungkin dipikirkan adanya kesalahan, namun sebaliknya sifat melawan
hukumnya perbuatan mungkin ada tanpa adanya kesalahan.
25
Namun menurut Moeljatno, menyatakan bahwa rumusan tersebut lebih baik dengan kalimat bahwa
orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan atau tidak mungkin dijatuhi pidana kalau dia tidak melakukan perbuatan pidana, tetapi meskipun melakukan
perbuatan pidana dia tidak selalu atau belum tentu dapat dikenakan pidana.
26
23
Ibid., h. 130
24
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994 Cet ke-7 h. 135.
25
Ibid., h. 135.
26
Ibid., h 135.
Menurut Jonkers, kesalahan dibagi atas tiga bagian yaitu selain pertama kealpaan dan kesengajaan, meliputi juga kedua sifat melawan hukum dan ketiga
kemampuan bertanggung jawab. Dari pandangan diatas terlihat bahwa pengertian tentang kesalahan tersebut diatas nampak sekali terselip elemen dari sifat melawan
hukum. Pendapat ini sebenarnya bertentangan dengan pandangan mengenai elemen melawan hukum seharusnya terletak pada bidang perbuatan pidana.
Vos memandang pengertian kesalahan mempunyai tiga tanda khusus yaitu : pertama kemampuan bertanggungjawab dari orang yang melakukan perbuatan;
kedua hubungan batin tertentu dari orang yang berbuat yaitu perbuatannya itu
dapat berupa kesengajaan atau kealpaan; ketiga tidak adanya dasar alasan penghapusan pertanggungjawaban bagi Si pembuat atas perbuatannya. Sedangkan
menurut E. Mezger memandang pengertian kesalahan dengan: pertama kemampuan bertanggung jawab; kedua adanya bentuk kesalahan; ketiga tak
adanya alasan penghapus kesalahan. Dahulu ada anggapan kesalahan dalam hukum pidana itu identik dengan
kesengajaan atau kealpaan, akan tetapi lambat laun tumbuh pendapat yang mengatakan bahwa kesalahan bukan hanya terdiri dari kesengajaan atau kealpaan
semata namun ada hal lain yang penting yaitu berupa kemampuan bertangung jawab dan unsur tidak adanya alasan pemaaf dan adanya alasan pembenar.
Jonkers dan Pompe memandang bahwa kesalahan harus memenuhi syarat- syarat : pertama sifat melawan hukum, kedua mempunyai bentuk kesengajaan
atau kealpaan, dan ketiga pertanggungjawaban pidana. Adakalanya isi kesalahan tersebut diatas dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu : pertama tentang
kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan, kedua tentang hubunngan batin tertentu dari orang yang melakukan perbuatan yang berbentuk
kesengajaan atau kealpaan, ketiga tentang tidak adanya alasan pengahapus kesalahan pemaaf.
Kesalahan dengan tiga bagian itu dapat dijumpai dalam buku hukum pidana karangan Vos dan Mezger, kedua ahli itu berbeda sedikit saja dalam
merumuskan isi yang ketiga karena perbedaan penekanan, disatu pihak menekankan pada pertanggung jawaban, sedangkan dilain pihak menekankan
pada kesalahan. Vos menyebutkan tiga macam isi kesalahan : pertama kemampuan bertanggung jawab orang yang melakukan perbuatan, kedua
hubungan batin orang itu dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan atau kealpaan, ketiga tidak adanya alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban
jawab terhadap perbuatan pada pembuat. Sedangkan Mezger menentukan tiga macam pengertian dalam kesalahan, yaitu pertama kemampuan bertanggung
jawab, kedua bentuk kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan dan ketiga Alasan-alasan yang menghapus kesalahan.
27
Anak yang bermain korek api dipinggir rumah tetangga kemudian membakarnya, orang gila, dan dokter yang diminta membuat suatu keterangan
dengan todongan pistol pasal 276 KUHP dikepalanya tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana..
28
Dengan demikian dapatlah kita temukan pengertian kesalahan, Menurut Prof. Mr. G.A. Van Hamel kesalahan adalah ketika seseorang melakukan
perbuatan, dengan kesadaran aktif memiliki kehendak atas pebuatannya tanpa paksaan yang ia secara insyaf mengetahui bahwa perbuatan itu dilarang menurut
ukuran masyarakat setempat memiliki sifat melawan hukum.
27
Ibid., h 144
28
Moeljatno, Asas-Asas, h. 155-164
3. Pertanggungjawaban Pidana ; Criminal Liability